• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan dan Keuangan Daerah .1 Capaian Utama Pembangunan

DAFTAR BOX

4.7 Kelembagaan dan Keuangan Daerah .1 Capaian Utama Pembangunan

4.6.3 Arah Kebijakan dan Strategi

Pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, perdesaan, serta transmigrasi merupakan kegiatan yang mendukung pencapaian PN, terutama untuk PN 2 (Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan Pembangunan Wilayah). Arah kebijakan pada kegiatan-kegiatan tersebut di tahun 2022 masih sejalan dengan rumusan tahun 2021. Secara umum, arah kebijakan untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, perdesaan, dan transmigrasi difokuskan pada (1) pemulihan ekonomi masyarakat dan kawasan, (2) perluasan akses sarana dan prasarana, (3) peningkatan kapasitas SDM, dan (4) penguatan tata kelola serta koordinasi.

Adapun strategi yang dirumuskan dalam upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, perdesaan, dan transmigrasi dilakukan dengan (1) menguatkan BUM Desa, BUM Desa Bersama, dan pengembangan desa wisata serta penajaman prioritas penggunaan Dana Desa; (2) mengembangkan produksi dan pengolahan nilai tambah komoditas unggulan bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat; (3) memperluas akses serta penyediaan prasarana dan sarana untuk pemenuhan pelayanan dasar; (4) melakukan pemanfaatan teknologi dan informasi untuk mendukung pengembangan digitalisasi ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan (telemedicine), dan pelayanan publik lainnya; (5) melakukan penguatan dan optimalisasi tata kelola desa melalui peningkatan kapasitas sumber daya masyarakat dan pemerintah desa yang partisipatif dan kontekstual; dan (6) melaksanakan koordinasi antarsektor maupun antara pemerintah pusat-daerah melalui forum-forum, baik di tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, maupun evaluasi.

4.7 Kelembagaan dan Keuangan Daerah

Tabel 4.7

Capaian Pembangunan Kelembagaan dan Keuangan Daerah Tahun 2019-2022

Uraian Satuan 2019 2020 2021 2022

Jumlah daerah yang memiliki PTSP Prima berbasis elektronik

daerah 159 22 84 74a)

Persentase capaian

penerapan SPM di daerah % 74,24 66,05 69,55 82,85a) Persentase jumlah daerah

yang memiliki Indeks Inovasi Tinggi

% 12 34,25 65,13 68,45b)

Jumlah daerah dengan penerimaan daerah meningkat

daerah 313 16 246 409a)

Jumlah daerah dengan

realisasi belanja berkualitas daerah 102 N/Ac) 250 318a) Jumlah daerah yang

melakukan deregulasi/

harmonisasi dan

penyesuaian Perda PDRD dalam memberikan kemudahan investasi

daerah 34 50 219 318a)

Peta dasar pertanahan ha 2.862.661 2.429.050 1.532.250 2.022.250a) Sertipikat Hak Atas Tanah bidang 6.295.340 3.297.859 7.554.677 4.887.971a) Penyelesaian sengketa,

konflik, dan perkara pertanahan

kasus 2.672 1.599 751 1.615a)

Pengadaan tanah untuk pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN)

ha 39.993 70.117 23.938 51.226a) Kantor Wilayah ATR/BPN

dan Kantor Pertanahan yang menerapkan pelayanan pertanahan modern berbasis digital

jumlah

kantor 0 156 82 90a)

Bimbingan Teknis Peninjauan Kembali/

Penyusunan RTR Provinsi/Kabupaten/Kota

materi

teknis 59 25 35 75a)

Pelaksanaan dan

Pendampingan Persetujuan Substansi Teknis RTR Provinsi/Kabupaten/Kota

jumlah

dokumen 36 40 45 42a)

Uraian Satuan 2019 2020 2021 2022 Bantuan Teknis

Penyusunan RDTR Arahan Prioritas Nasional

materi teknis

72 (16 Arahan PN dan 56 OSS)

11 14 12a)

Bimbingan Teknis

Penyusunan Materi Teknis RDTR

materi

teknis 99 25 110 164a)

Sumber: 1) Ditjen Bina Adwil Kemendagri, 2022; 2) Ditjen Bina Bangda Kemendagri, 2022; 3) BSKDN, 2022;

4) Ditjen Bina Keuda, Kemendagri, 2022; 5) Kementerian ATR/BPN, 2022.

Keterangan: a) Target Tahun 2022; b) Angka capaian sementara; c) Terjadi perubahan metode perhitungan, data 2020 belum tersedia.

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Prima berbasis elektronik merupakan salah satu kegiatan yang mendukung Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2022 yang mengusung tema pemulihan ekonomi dan reformasi struktural. Saat ini, kebijakan PTSP telah menjadi bagian penting dalam peningkatan iklim investasi sebagaimana diatur dalam UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja guna mendorong PTSP berdasarkan pemetaan risiko. Optimalisasi peran PTSP Prima berbasis elektronik dalam penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan dilakukan dengan rangkaian perbaikan proses perizinan yang meliputi durasi proses, jumlah izin, dan proses izin.

Selain itu dalam rangka mendorong kemudahan usaha bagi berbagai sektor strategis, UU No. 11/2020 mengamanatkan penghapusan biaya untuk perizinan tertentu.

Capaian PTSP Prima berbasis elektronik tahun 2021 adalah 84 daerah yang melebihi target RKP 2021 yaitu 80 daerah. Pada tahun 2022, PTSP Prima berbasis elektronik ditargetkan bertambah di 74 daerah.

Indikator tata kelola pelayanan dasar di daerah terlihat dari data capaian penerapan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Data tersebut menunjukkan capaian pada enam bidang SPM yaitu (1) pendidikan; (2) kesehatan; (3) pekerjaan umum; (4) perumahan rakyat; (5) ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat (trantibumlinmas); serta (6) sosial, yang diterapkan pada seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Secara nasional, capaian penerapan SPM tahun 2019 mencapai 74,24 persen dan tahun 2020 mencapai 66,05 persen. Penurunan capaian disebabkan perubahan dasar regulasi penghitungan SPM dari PP No. 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal menjadi PP No. 2/2018 tentang Standar Pelayanan Minimal. Pada tahun 2021 capaian penerapan SPM meningkat menjadi 69,55 persen dan ditargetkan meningkat menjadi 82,85 persen di tahun 2022.

Dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan daya saing daerah, pemerintah terus mendorong peningkatan inovasi daerah. Berdasarkan data capaian daerah dengan indeks inovasi tinggi yang diterbitkan oleh Pusat Litbang Inovasi Daerah Kementerian Dalam Negeri, pada tahun 2019, 12 persen daerah dengan indeks inovasi tinggi. Capaian daerah dengan indeks inovasi tinggi meningkat dari 34,25 persen di 2020 menjadi 65,13 persen di 2021. Data ini menunjukkan bahwa capaian

daerah dengan indeks inovasi tinggi pada tahun 2021 melebihi target baik pada tahun berjalan maupun target akhir RPJMN tahun 2024 yakni 36 persen. Tingginya capaian indeks inovasi tinggi menunjukkan komitmen pemerintah daerah untuk terus menyediakan pelayanan publik yang berkualitas melalui pengembangan inovasi yang semakin meningkat yang ditargetkan terus bertambah di tahun 2022.

Peningkatan kapasitas keuangan pemerintah daerah dapat diukur dari indikator penerimaan dan realisasi belanja daerah yang berkualitas. Indikator penerimaan daerah diukur dari peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah dengan target 5 persen untuk kabupaten/kota dan 8 persen untuk provinsi pada tahun 2021. Pada tahun 2021, terdapat 246 daerah yang mampu meningkatkan penerimaan daerahnya.

Sementara itu, target daerah yang dapat meningkatkan pendapatannya di tahun 2022 sebanyak 409 daerah. Selanjutnya, indikator kualitas belanja yang berkualitas ditunjukkan oleh realisasi belanja APBD yang berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat. Program-program yang dilaksanakan berfokus kepada pemenuhan SPM masyarakat. Terdapat 250 daerah yang belanjanya sudah tergolong berkualitas dan berorientasi pada pemenuhan SPM sampai dengan akhir tahun 2021. Jumlah ini telah melampaui target di tahun 2022 yaitu sebanyak 318 daerah.

Selain itu, dalam rangka peningkatan daya saing dan pendapatan daerah, salah satu program yang dilakukan adalah dengan melakukan deregulasi/harmonisasi Peraturan Daerah (Perda) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Pada tahun 2021, sebanyak 219 daerah telah melakukan harmonisasi dan perbaikan Perda tentang PDRD. Ditargetkan sampai dengan akhir tahun 2022 sebanyak 318 daerah dapat melakukan deregulasi/harmonisasi Perda tentang PDRD ini.

Kepastian hukum hak atas tanah berperan penting dalam percepatan pembangunan wilayah. Dalam mendukung hal tersebut, capaian utama bidang pertanahan antara lain (1) penyusunan peta dasar pertanahan di akhir tahun 2021 mencapai 1,5 juta ha yang diakumulasikan mencapai 37,9 juta ha di seluruh wilayah Indonesia; (2) penerbitan sertipikat tanah bagi masyarakat pada akhir tahun 2021 sebanyak 7.554.677 bidang sehingga secara akumulatif sampai dengan tahun 2021 sebanyak 80 juta bidang tanah; (3) penyelesaian sengketa, konflik, dan perkara pertanahan pada akhir tahun 2021 mencapai total sebesar 751 kasus; dan (4) tercapainya jumlah kantor wilayah ATR/BPN dan kantor pertanahan BPN yang menerapkan pelayanan pertanahan modern berbasis digital sebanyak 82 kantor pertanahan. Selain itu, pembangunan wilayah juga didukung melalui capaian (1) pengadaan tanah untuk pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) seluas 23 ribu ha pada tahun 2021;

dan (2) telah terbentuk dan beroperasinya Bank Tanah dengan perolehan tanah pada triwulan I-2022 seluas 150,66 hektare.

Peta dasar pertanahan berperan penting dalam penerbitan sertipikat tanah agar sertipikat tanah memiliki georeferensi yang baik. Sertipikat tanah tersebut kemudian bermanfaat dalam memberikan kepastian hukum hak atas tanah yang dimiliki oleh masyarakat dan dapat pula menjadi akses permodalan ke lembaga keuangan. Hal ini

Indonesia melalui pelayanan pertanahan modern berbasis digital sehingga dapat mengurangi potensi timbulnya sengketa, konflik, dan perkara pertanahan.

Salah satu agenda prioritas dalam upaya pemulihan ekonomi di tahun 2022 yaitu melalui peningkatan iklim investasi dan pemerataan pembangunan. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan arahan berupa percepatan penyusunan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang terutama Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang menjadi dasar dalam penerbitan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR). Capaian utama pada bidang tata ruang dalam mendukung hal tersebut yaitu adanya peningkatan jumlah rencana tata ruang daerah yang dihasilkan melalui bimbingan teknis maupun bantuan teknis. Untuk bantuan teknis sendiri ditujukan ke lokasi yang merupakan arahan prioritas nasional.

Pada tahun 2021, capaian penyusunan dan penetapan rencana tata ruang daerah yaitu (1) 35 materi teknis dan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) provinsi/kabupaten/kota yang mendapat bimbingan teknis; (2) 45 persetujuan substansi Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) provinsi/kabupaten/kota; (3) 14 RDTR kabupaten/kota arahan prioritas nasional yang mendapat bantuan teknis; dan (4) 110 materi teknis RDTR kabupaten/kota yang mendapat bimbingan teknis. Pada semester I-2022 seluruh kegiatan pendampingan kepada pemerintah daerah melalui Kementerian ATR/BPN tersebut telah berjalan sehingga diperkirakan target percepatan dapat direalisasikan.

4.7.2 Permasalahan dan Kendala

Dalam pelaksanaan dan pencapaian target indikator Kelembagaan, Keuangan Daerah, Pertanahan, dan Tata Ruang terdapat berbagai kendala yang masih dihadapi di antaranya sebagai berikut (1) masih lambatnya proses penyederhanaan birokrasi di daerah yaitu dalam hal proses pengalihan dari jabatan struktural ke jabatan fungsional, penyesuaian SOTK serta mekanisme kerjanya termasuk pada Dinas Penanaman Modal dan PTSP; (2) belum meratanya persebaran daerah dengan indeks inovasi tinggi; (3) masih terbatasnya sumber daya untuk pemenuhan SPM; (4) berkurangnya pendapatan daerah selama pandemi COVID-19; (5) berkurangnya anggaran untuk pemenuhan SPM dan peningkatan ekonomi masyarakat; (6) belum adanya peraturan teknis implementasi UU No. 1/2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD) untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas tata kelola keuangan daerah; (7) terbatasnya ketersediaan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) sebagai dasar penyusunan peta dasar pertanahan;

(8) terbatasnya ketersediaan juru ukur pertanahan dalam rangka mendukung percepatan penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah (SHAT); (9) belum terintegrasi sepenuhnya data fisik pertanahan dalam peta digital; (10) terbatasnya jaringan internet di wilayah terpencil sehingga menghambat pelayanan pertanahan modern berbasis digital; 11) kapasitas dan kesiapan pemerintah daerah dalam penyusunan RDTR dan RTRW; dan 12) ketersediaan peta dasar RBI skala besar untuk penyusunan rencana detail tata ruang masih terbatas.

4.7.3 Arah Kebijakan dan Strategi

Berdasarkan RPJMN 2020-2024 dan RKP 2022, beberapa arah kebijakan Kelembagaan, Keuangan Daerah, Pertanahan, dan Tata Ruang meliputi (1) peningkatan kualitas tata kelola pelayanan dasar di daerah yang lebih efektif dan efisien; (2) optimalisasi pemanfaatan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dalam pelayanan dan penyelenggaraan pemerintahan guna mendukung transformasi digital; (3) harmonisasi regulasi pusat-daerah dalam mendukung kemudahan berusaha dan pemulihan ekonomi; (4) peningkatan pendapatan dan kemandirian daerah; (5) peningkatan kualitas belanja daerah yang berfokus pada layanan dasar, kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah; (6) peningkatan rasio pajak dan tata kelola keuangan daerah; (7) percepatan perubahan sistem pendaftaran tanah menjadi publikasi positif; (8) pencadangan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum; (9) operasionalisasi pelayanan pertanahan modern berbasis digital; (10) peningkatan ketersediaan perencanaan tata ruang di tingkat nasional dan tingkat daerah yang berkualitas; dan (11) perwujudan pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang.

Dalam melaksanakan 11 arah kebijakan tersebut, terdapat beberapa strategi yang dilakukan meliputi (1) penguatan kapasitas pelaksana termasuk pejabat fungsional SPM di pusat dan daerah termasuk mekanisme koordinasi; (2) prioritasi penerapan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah; (3) perumusan kebijakan asimetri SPM sesuai dengan tipologi wilayah; (4) penilaian dan penghargaan inovasi daerah untuk mendorong transformasi digital; (5) penguatan PTSP melalui pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan PTSP di daerah berdasar OSS dan UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja; (6) penguatan koordinasi antarpemangku kepentingan untuk pelayanan perizinan dan nonperizinan; (7) peningkatan investasi daerah serta pengembangan sumber pembiayaan alternatif (pinjaman daerah, KPBU, dana CSR, filantropi) untuk meningkatkan pendapatan dan kemandirian daerah; (8) meningkatkan proporsi alokasi APBD yang berfokus pada pendanaan pemenuhan SPM, kesejahteraan masyarakat dan peningkatan ekonomi daerah, hal ini sejalan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang semakin membaik; (9) percepatan penyusunan aturan turunan UU No.1/2022 tentang HKPD untuk peningkatan pendapatan asli daerah melalui peningkatan rasio pajak daerah, serta peningkatan tata kelola dan akuntabilitas keuangan daerah; (10) percepatan penyediaan peta dasar pertanahan dan peningkatan cakupan bidang tanah bersertipikat di seluruh wilayah Indonesia melalui Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL); (11) percepatan penyediaan tanah oleh Bank Tanah dengan pembiayaan melalui Penyertaan Modal Negara (PMN); (12) pelaksanaan pelayanan pertanahan modern berbasis digital yang mencakup pengembangan sistem informasi pertanahan modern, standardisasi sarana dan prasarana kantor, pengembangan SDM berkompetensi digital, dan penyiapan regulasi penyelenggaraan kantor modern berbasis digital; (13) penyelesaian rencana tata ruang di tingkat nasional sesuai standar; (14) peningkatan kualitas rencana tata ruang dan SDM penataan ruang di tingkat daerah melalui

kegiatan bantuan teknis dan bimbingan teknis yang komprehensif; (15) perkuatan sinkronisasi program pemanfaatan ruang dengan rencana pembangunan; serta (16) peningkatan kualitas perangkat pengendalian dan proses penertiban pemanfaatan ruang.

4.8 Percepatan Pembangunan Wilayah Papua