• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR BOX

5.3 Kemiskinan

Box 5.1

Pemanfaatan Data Registrasi Sosial Ekonomi untuk Perencanaan Penganggaran di Desa Pasanggrahan

Tabel 5.3

Realisasi Bantuan Sosial bagi Penduduk Miskin dan Rentan Tahun 2019-2022

Uraian Satuan 2019 2020 2021 Semester I 2021 2022 Program Keluarga

Harapan (PKH) KPM 9.841.270 10.000.000 10.000.000 9.897.822 9.559.522 Program Kartu

Sembako/BPNT KPM 15.080.261 19.413.909 18.557.606 15.885.754 18.799.986 Penerima

Bantuan Iuran (PBI) JKN

jiwa 96.800.000 96.800.000 96.788.880 96.788.880 92.809.180

Program Indonesia Pintar (PIP)*)

siswa 18.398.469 18.092.876 18.000.000 8.520.245 17.927.308

Sumber: Kemensos, 2019-2021.

Keterangan: *) Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Percepatan penurunan kemiskinan dan akselerasi pemulihan ekonomi dilakukan melalui program peningkatan ekonomi yang selaras dengan Program Prioritas Pengentasan Kemiskinan. Selain itu, pemerintah juga menyelenggarakan program perlindungan sosial tambahan, seperti Bantuan Sosial Tunai (BST) dengan realisasi 9,2 juta keluarga (2020) dan 9,4 juta keluarga (2021), Bantuan Sosial Sembako PPKM yang disalurkan pada bulan Agustus 2021 dengan realisasi 5,8 juta keluarga. Dalam penanganan kemiskinan ekstrem pada bulan Desember 2021 diselenggarakan penambahan bantuan sosial bagi 1,2 juta keluarga. Hal ini berlanjut, dengan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Minyak goreng bagi 20,3 juta keluarga di tahun 2022. Pelaksanaan reforma agraria dan perhutanan sosial diharapkan juga memberi dampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan kelompok rentan di sekitar hutan dengan memanfaatkan sumber daya hutan secara lestari. Realisasi kegiatan redistribusi tanah di tahun 2021 sebesar 444.147 bidang dan pemberdayaan masyarakat penerima Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) kepada 118.452 KK.

Pelaksanaan penyaluran bantuan stimulan insentif modal usaha pada program kewirausahaan sosial yang dilanjutkan pendampingan usaha mencapai 9.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di tahun 2021.

Tabel 5.4

Realisasi Program Prioritas Pengentasan Kemiskinan Tahun 2019-2022

Uraian Satuan 2019 2020 2021 Semester I

2021 2022 Jumlah bidang

tanah yang diredistribusi

bidang 668.715 290.902 444.147 67.918 6.636

Jumlah masyarakat penerima TORA yang memperoleh pemberdayaan1)

kelompoka) 176 123 KUB 118.452 KK 329 KUB 3.329 KK

Perhutanan sosial ribu hektare 1.573,97 379,74 484,62 315,87 32,6

Ultra Mikro (UMi)2)

jumlah debitur yang dibiayai UMi

809.926 1.765.974 1.958.224 1.094.458 858.559

KUBE (Kelompok Usaha Bersama)/

Program Kewirausahaan Sosial (Prokus)c)

KPM 101.796 29.629 9.000 2.500 10.000b)

Sumber: 1) Kementerian ATR/BPN; 2) DJP, Kemenkeu.

Keterangan: a) Pada tahun 2020, jumlah masyarakat penerima TORA yang memperoleh pemberdayaan menggunakan satuan Kelompok Usaha Bersama (KUB) kemudian berganti menjadi Kepala Keluarga (KK) pada Tahun 2021; b) Target tahun 2022; c) Pelaksanaan KUBE pada tahun 2021 berubah konsep menjadi Program Kewirausahaan Sosial.

5.3.2 Permasalahan dan Kendala

Sesuai dengan arah kebijakan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024 dan RKP tahun 2022 maka strategi dalam menekan kemiskinan di antaranya dilaksanakan melalui pengurangan beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Permasalahan dalam upaya pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin, antara lain (1) hambatan penyaluran bantuan sosial terkait data KPM; (2) program- program bantuan sosial di berbagai K/L yang belum terintegrasi dan bersifat eksklusif;

(3) akurasi basis data tingkat kesejahteraan masih perlu dimutakhirkan dan disempurnakan; (4) belum terbangunnya mekanisme integrasi dan graduasi untuk program-program bantuan sosial; dan (5) kurang memadainya jaringan

telekomunikasi, sarana dan prasarana, pembangunan infrastruktur fisik serta aksesibilitas di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar Indonesia.

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat, di antaranya adalah (1) belum optimalnya sinergi, mekanisme konvergensi dan komplementaritas program-program pemberdayaan di berbagai K/L, termasuk kepada masyarakat penerima TORA berdasarkan kebutuhan masyarakat, potensi SDM, potensi pasar, dan komoditas wilayah; (2) kurangnya ketuntasan pemberdayaan yang berakibat pada kurangnya kesinambungan rintisan usaha; (3) kendala dalam perluasan penjangkauan, pendampingan, dan kolaborasi multisektor dengan mitra inkubasi bisnis; (4) terbatasnya akses masyarakat miskin dan rentan terhadap akses pembiayaan usaha mikro dan ultra-mikro; dan (5) rendahnya aksesibilitas objek TORA di beberapa lokasi menyebabkan masyarakat penerima aset produktif kesulitan untuk meningkatkan pendapatan.

Selain itu, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam percepatan penghapusan kemiskinan, di antaranya adalah (1) sulitnya kondisi sasaran pengentasan kemiskinan, (2) keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) penyelenggara program penanggulangan kemiskinan di tingkat daerah, dan (3) fragmentasi pelaksanaan program lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

5.3.3 Arah Kebijakan dan Strategi

Strategi untuk mengatasi tantangan dalam mengurangi beban kelompok miskin dan rentan antara lain (1) perencanaan dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial berorientasi pada sasaran (penerima manfaat) untuk lebih memastikan dampak penanganannya dapat meningkatkan status kesejahteraan sosial orang-per-orang lebih permanen; (2) integrasi program pengentasan kemiskinan dengan program- program ekonomi yang berhasil; dan(3) perluasan pendataan penduduk miskin dan rentan melalui pengembangan Registrasi Sosial Ekonomi serta Digitalisasi Monografi Desa/Kelurahan yang dimulai dengan pendataan awal pada tahun 2022, khususnya di lokasi penghapusan kemiskinan ekstrem.

Perluasan pendataan ini perlu diiringi dengan (1) pemerataan jaringan telekomunikasi, sarana dan prasarana, pembangunan infrastruktur fisik serta aksesibilitas di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar Indonesia; (2) kolaborasi bersama dengan swasta dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan sarana pendukung penyaluran bantuan sosial; (3) pengembangan skema perlindungan sosial adaptif terhadap bencana alam maupun non-alam; (4) pengembangan mekanisme penyaluran bantuan sosial melalui pemanfaatan berbagai platform pembayaran digital; (5) integrasi program bantuan sosial untuk meningkatkan kecukupan manfaat dan efektivitas dampak terhadap kemiskinan; (6) perluasan edukasi ke penerima manfaat agar mengubah perilaku kesehatan, pendidikan, dan ekonomi serta penguatan fungsi

pendampingan program bantuan sosial; (7) pengembangan mekanisme graduasi terintegrasi dan berkelanjutan untuk program-program bantuan sosial.

Pada strategi peningkatan pendapatan kelompok miskin dan rentan dilaksanakan melalui penyelenggaraan akselerasi kemandirian ekonomi, antara lain melalui (1) pendampingan usaha dan peningkatan kualitas produksi usaha mikro dan ultra mikro untuk menciptakan pasar yang berkelanjutan melalui kerjasama Keperantaraan Pasar dan Kemitraan serta kolaborasi Program Kewirausahaan Sosial dan Rehabilitasi Sosial dengan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT); (2) penguatan ekonomi keluarga; (3) penyediaan sumber dan aksesibilitas TORA dan Perhutanan Sosial dengan didukung peningkatan kapasitas pelaksana program di tingkat daerah; dan (4) penyediaan akses permodalan usaha dengan bunga rendah, keperantaraan usaha, dan kemitraan.

Sejalan dengan upaya pengentasan kemiskinan ekstrem menuju nol persen pada tahun 2024, pemerintah sedang menyusun Peraturan Presiden tentang Reformasi Sistem Perlindungan Sosial. Reformasi sistem perlindungan sosial difokuskan pada penyempurnaan penyelenggaraan program bantuan dan jaminan sosial yang lebih akurat, terintegrasi, dan adaptif. Selain itu, pemerintah juga sedang menyusun Pedoman Kemiskinan Ekstrem untuk memberikan panduan kepada K/L dan pemerintah daerah dalam merancang dan melaksanakan kebijakan kolaboratif.