DAFTAR BOX
3.11 Pangan dan Pertanian
3.11.1 Capaian Utama Pembangunan
Beberapa capaian utama bidang pangan dan pertanian antara lain yaitu pertumbuhan produksi untuk beberapa komoditas strategis utama, sebagaimana tersaji dalam Tabel 3.13. Selama tahun 2021 capaian produksi padi, daging sapi/kerbau dan aneka cabai mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi padi mengalami penurunan sebesar 0,42 persen, daging sapi/kerbau mengalami penurunan sebesar 2,86 persen, dan aneka cabai mengalami penurunan sebesar 0,72 persen. Komoditas yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2020 adalah jagung yang produksinya meningkat sebesar 0,52 persen dan bawang merah yang meningkat sebesar 10,50 persen.
Pada triwulan II-2022. pertumbuhan PDB pertanian sebesar 1,29 persen (c-to-c) Tingkat pertumbuhan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan produksi pada beberapa komoditas strategis pertanian menjadi salah satu faktor rendahnya produksi pertanian. Dari sisi perdagangan global, peningkatan harga perkebunan global mampu mempertahankan PDB pertanian untuk tetap tumbuh positif. Kondisi tersebut juga berdampak positif bagi ekspor komoditas pertanian, di mana pada tahun 2021 ekspor komoditas pertanian mengalami peningkatan sebesar 4,24 persen.
Tabel 3.13
Capaian Produksi Komoditas Strategis Pertanian Tahun 2020–2022
Komoditas Satuan 2020 2021 % Pert. 2021 thd 2020
2022 Semester I*)
Padi juta ton 54,65 54,42 -0,42 32,54
Jagung juta ton 22,92 23,04 0,52 14,65
Daging Sapi/
Kerbau
juta ton 0,35 0,34 -2,86 0,19
Aneka Cabai juta ton 2,77 2,75 -0,72 1,22
Bawang Merah juta ton 1,81 2,00 10,50 0,69
Sumber: 1) Kementan; 2) BPS.
Keterangan: *) Angka sementara.
Gambar 3.5
Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian (c-to-c) Tahun 2020–2022
Sumber: BPS, 2022.
Gambar 3.6
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2020–2022 (Tahun Dasar 2018=100)
Sumber: BPS, Agustus 2022 diolah.
Daya beli petani yang merepresentasikan kesejahteraan petani pada semester I-2020 sempat mengalami penurunan, namun kondisi tersebut membaik sejak September 2020 dan berlangsung sepanjang tahun 2021. Hal ini tecermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus meningkat. Pada akhir tahun 2020 Nilai NTP masih sekitar 101,65 dan terus meningkat hingga 104,64 pada Desember 2021. Meskipun demikian, memasuki bulan April 2022, NTP mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas strategis ditingkat global (Gambar 3.6).
Capaian dari sisi konsumsi, dapat dilihat dari mutu gizi dan keragaman pola konsumsi masyarakat yang ditunjukkan oleh nilai Skor Pola Pangan Harapan (PPH). Pada tahun 2021, nilai skor PPH nasional berada pada angka 87,20 naik dari tahun 2020 yang berada pada angka 86,90. Kenaikan skor PPH tersebut menunjukkan adanya peningkatan mutu gizi dan juga keragaman pangan di masyarakat. Capaian tersebut utamanya didorong dengan adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan, termasuk di dalamnya peningkatan produksi pangan lokal, diversifikasi konsumsi, dan perbaikan logistik pangan sehingga mempermudah akses pangan bagi konsumen.
Pada tahun 2022, pembangunan pangan dan pertanian difokuskan untuk penguatan produksi domestik berkelanjutan dan ketersediaan untuk mencukupi kebutuhan permintaan pangan yang berkualitas dan aman serta untuk mendorong peningkatan nilai tambah ekonomi di bidang pangan dan pertanian.
3.11.2 Permasalahan dan Kendala
Beberapa permasalahan dan kendala dalam bidang pangan dan pertanian dapat dikelompokkan menjadi tiga klaster, yaitu permasalahan di sisi on farm, permasalahan di sisi off farm, dan permasalahan enabling factor untuk mendukung maju dan
99,60
103,59
105,96
95,00 98,00 101,00 104,00 107,00 110,00
Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20 Mei-20 Jun-20 Jul-20 Agu-20 Sep-20 Okt-20 Nov-20 Des-20 Jan-21 Feb-21 Mar-21 Apr-21 Mei-21 Jun-21 Jul-21 Agu-21 Sep-21 Okt-21 Nov-21 Des-21 Jan-22 Feb-22 Mar-22 Apr-22 Mei-22 Jun-22 Jul-22
NTP (data per bulan) NTP (tahun berjalan/akumulasi)
lain rendahnya kapasitas serta produktivitas tenaga tani, terbatasnya akses petani terhadap input produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain), serta tingginya konversi dan fragmentasi lahan pertanian. Permasalahan di sisi off farm, antara lain rendahnya nilai tambah dan daya saing produk pertanian, serta masih perlu ditingkatkan mutu gizi dan keragaman pola konsumsi masyarakat. Selanjutnya, dari aspek enabling factor, permasalahan yang dihadapi mencakup kondisi infrastruktur di pedesaan yang masih kurang memadai, belum kuatnya implementasi penjaminan risiko pertanian (asuransi), serta rendahnya investasi di bidang pangan dan pertanian.
3.11.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut, maka arah kebijakan dan strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut (1) dari sisi on farm, arah kebijakan dan strategi yang ditempuh untuk mendukung peningkatan kapasitas dan produktivitas tenaga tani antara lain (a) peningkatan penyuluhan, pendampingan, bimbingan teknis serta sekolah lapang bagi petani, utamanya terkait dengan implementasi good agricultural practices (GAP), pertanian presisi serta pertanian regeneratif untuk mendorong implementasi produksi berkelanjutan; (b) penguatan berbagai program untuk mendorong penumbuhan minat petani muda untuk terjun dalam bidang pangan dan pertanian; (c) penguatan penyediaan input produksi yang berkualitas, seperti benih unggul melalui penguatan riset dan inovasi serta pembangunan nursery modern, pembangunan laboratorium uji DNA benih; (d) perbaikan penyaluran pupuk bersubsidi; serta (e) penerapan sekolah lapang untuk penanganan hama terpadu konversi lahan. Selanjutnya (2) dari sisi off farm untuk mendukung peningkatan nilai tambah, arah kebijakan dan strategi yang ditempuh yaitu (a) peningkatan penyuluhan, pendampingan, bimbingan teknis serta sekolah lapang bagi petani, utamanya terkait dengan implementasi Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP); (b) penyaluran sarana dan prasarana pascapanen; (c) pengolahan hasil produk pertanian untuk meningkatkan upaya hilirisasi produk pertanian; (d) penguatan sertifikasi produk; (e) implementasi kebijakan yurisdiksi berkelanjutan; serta (f) transformasi sistem pangan. Tidak kalah penting (3) dari aspek enabling factor, beberapa arah kebijakan dan strategi yang ditempuh yaitu (a) penguatan implementasi asuransi pertanian; (b) perbaikan infrastruktur (listrik, pergudangan, jalan) untuk mendukung upaya peningkatan nilai tambah produksi pertanian melalui pemanfaatan cold storage, resi gudang, dan distribusi yang lebih cepat; (c) perbaikan regulasi untuk mempermudah investasi di bidang pangan dan pertanian; serta (d) penguatan korporasi pertanian, yang pada ujungnya diharapkan dapat mendorong modernisasi pertanian.