DAFTAR BOX
3.13 Kelautan
3.12.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dan strategi pembangunan sektor perikanan antara lain (1) Peningkatan Pengelolaan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) melalui peningkatan akurasi pendataan stok sumber daya ikan dan penerapan penangkapan terukur; (2) peningkatan produksi, produktivitas, standardisasi mutu dan nilai tambah produk kelautan dan perikanan melalui pemberian bantuan sarana dan prasarana produksi kepada nelayan dan pembudi daya ikan, penyediaan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan ramah lingkungan, pengembangan klaster perikanan budi daya, penguatan sistem logistik ikan, penyediaan sarana dan prasarana rantai dingin, serta penguatan jaminan mutu dan keamanan produk kelautan dan perikanan; (3) peningkatan fasilitasi usaha, pembiayaan, dan akses perlindungan usaha kelautan dan perikanan skala kecil serta akses terhadap pengelolaan sumber daya melalui pengembangan korporasi nelayan dan pembudi daya ikan, pendampingan dan fasilitasi akses pendanaan; dan (4) peningkatan SDM Kelautan serta database kelautan dan perikanan melalui pendampingan penyuluh dan pelatihan perikanan.
Sektor perikanan juga diarahkan mendukung program pemberdayaan ekonomi dan peningkatan produktivitas masyarakat untuk percepatan pengentasan kemiskinan ekstrem melalui pengembangan sentra atau kawasan perikanan (kampung nelayan dan kampung budi daya).
kawasan konservasi di Wilayah Nusa Tenggara, 1 kawasan konservasi di Wilayah Kalimantan, 2 kawasan konservasi di Wilayah Sulawesi, 4 kawasan konservasi di Wilayah Maluku, 2 kawasan konservasi di Wilayah Papua.
Gambar 3.10
Luas Kawasan Konservasi Perairan (Juta Hektare) Tahun 2019–2022
Sumber: KKP, 2022.
Keterangan: a) Angka capaian sangat sementara; b) Angka prognosis capaian.
Capaian produksi garam pada tahun 2021 sebesar 1,09 juta ton dari target 3,10 juta ton kemudian mengalami penyesuaian target akibat refocusing menjadi 1,09 juta ton.
Capaian produksi tersebut terdiri atas 0,91 juta ton produksi garam rakyat (64 kabupaten/kota) dan 0,18 juta ton produksi dari BUMN produsen garam. Pada triwulan II-2021 jumlah produksi garam mencapai 3.186,82 ton atau lebih tinggi dari triwulan II-2020 sebesar 1.092,71 ton. Namun pada triwulan II-2022, capaian produksi garam sebesar 101 ton, akibat peningkatan curah hujan yang tinggi dan perkiraan puncak musim kemarau 2022 yang mundur hingga pertengahan tahun.
Terkait pengamanan sumber daya kelautan dan perikanan di perairan Indonesia, pada tahun 2021 telah dilakukan upaya pemantauan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dari kegiatan illegal fishing dengan Operasi Matra Laut dan Matra Udara dengan sarana kapal pengawas, speedboat pengawas dan pesawat patroli udara. Cakupan WPP-NRI yang dipantau dari kegiatan illegal fishing tercapai pada tahun 2021 sebesar 57,37 persen dari target tahun 2021 sebesar 54,50 persen. Pada tahun 2021, kapal pengawas berhasil melakukan pemeriksaan sejumlah 2.827 kapal yang terdiri dari 2.760 Kapal Ikan Indonesia (KII) dan 67 Kapal Ikan Asing (KIA), dari jumlah tersebut dilakukan penangkapan sebanyak 167 kapal (114 KII, 53 KIA). Selain kapal pengawas, juga mengoptimalkan operasi speedboat pengawas (termasuk RIB, rubber boat, dan sea rider). Melalui operasi speedboat pengawas telah berhasil memeriksa sebanyak 4.313 kapal (4.312 KII, dan 1 KIA) dari hasil pemeriksaan tersebut 13 kapal ditangkap dan 11 alat tangkap disita. Sementara itu, sampai dengan triwulan II-2022, telah ditangkap 76 kapal ikan illegal fishing yang terdiri dari 67 KII dan 9 KIA.
Penyelesaian tata ruang laut dan zonasi pesisir (Rencana Zonasi) tahun 2021 sebanyak 13 rencana zonasi sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020 sebanyak 14 rencana zonasi. Penurunan tersebut adanya penyesuaian target yang disebabkan adanya refocusing anggaran atau keterbatasan fiskal. Perencanaan zonasi kawasan
23,14 24,11 28,41 28,9
0 10 20 30 40
2019 2020 2021a) 2022b)
13 Rencana Zonasi tahun 2021 tersebut terdiri atas (1) RZ KAW terdiri dari 2 kawasan yaitu Laut Selatan Jawa Bali dan Nusa Tenggara dan Laut Bali, (2) RZ KSN terdiri dari 2 kawasan yaitu KSN Banjarbakula dan Kawasan Laut Banda, serta (3) RZ KSNT telah dilaksanakan 9 kawasan berupa PPKT yang dikelompokkan dalam 3 klaster antara lain Klaster Simeulue (Pulau Simelucut dan Pulau Salaut Besar), Klaster Natuna (Pulau Sekatung, Pulau Sebetul, Pulau Semiun, dan Pulau Tokongboro), dan Klaster Jawa Timur (Pulau Ngekel, Pulau Panikan, dan Pulau Nusa Barong). Pada tahun 2022, telah diterbitkan 3 Peraturan Presiden terkait Rencana Zonasi meliputi RZ KAW Laut Jawa, Laut Sulawesi, dan Teluk Tomini.
3.13.2 Permasalahan dan Kendala
Tantangan dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan adalah belum optimalnya pengelolaan kawasan konservasi secara terintegrasi, baik pada saat sebelum dan sesudah penetapan, terutama dalam hal penyusunan zonasi dan rencana/pelaksanaan pengelolaannya. Selain itu, tantangan yang dihadapi terkait rencana zonasi antara lain (1) belum optimalnya harmonisasi ruang laut dan ruang darat yang dapat mengakibatkan konflik pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan laut, (2) belum terakselerasinya pengendalian pemanfaatan ruang laut dan pulau-pulau kecil serta perairan di sekitarnya, (3) proses harmonisasi penyusunan rencana zonasi yang memerlukan waktu panjang karena terdapat beberapa hal yang harus mendapat kesepakatan antarpengguna ruang di laut, serta (4) penurunan kualitas lingkungan laut akibat pencemaran darat dan laut.
Tantangan yang dihadapi terkait produksi garam yaitu produksi garam masih dilakukan secara tradisional yang masih tergantung dari faktor cuaca. Penataan lahan garam juga terhambat akibat perubahan iklim yang berdampak pada musim kemarau yang singkat mengakibatkan lahan garam basah dan dipengaruhi oleh air hujan dan bencana rob air laut yang terjadi di beberapa wilayah yang mengurangi waktu produksi garam. Selain itu, infrastruktur yang terbatas, minimnya inovasi dan pengembangan teknologi menyebabkan kuantitas dan kualitas produksi garam nasional rendah.
Selanjutnya, tantangan yang dihadapi terkait pengawasan sumber daya kelautan antara lain (1) masih terjadi praktik-praktik IUU (Illegal, Unregulated, Unreported) Fishing di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) yang meliputi destructive fishing oleh KII dan pencurian ikan oleh KIA, (2) kemampuan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan di Indonesia masih perlu ditingkatkan di wilayah terluar dan terpencil, dan (3) penguatan sinergi dengan penegak hukum, komunikasi antar-stakeholder dan pelaku usaha kelautan dan perikanan perlu ditingkatkan.
Kendala eksternal lainnya yaitu belum berakhirnya pandemi COVID-19 hingga saat ini menghambat penyelesaian rencana zonasi karena kegiatan yang bersifat komunal (participatory planning) dan on-site (field survey) sehingga tidak dapat dilaksanakan secara optimal.
3.13.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dan strategi yang ditempuh terkait pengelolaan kawasan konservasi di antaranya adalah (1) meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi yang telah ditetapkan melalui peraturan menteri; (2) menyampaikan program kawasan konservasi sebagai prioritas nasional maupun global kepada pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah dapat mengalokasikan ruang lautnya sebagai kawasan konservasi; (3) meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara pusat dan daerah, pemerintah provinsi, K/L terkait, perguruan tinggi, Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan mitra/Non-Government Organization (NGO); dan (4) meningkatkan kerja sama dengan instansi terkait dan mitra potensial dalam rangka alternatif sumber pendanaan.
Arah kebijakan dan strategi yang dilakukan terkait produksi garam antara lain (1) program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) sebagai upaya meningkatkan produksi, kualitas garam rakyat dan pendapatan petambak garam; (2) integrasi lahan garam, penyediaan sarana/prasarana pengembangan garam berupa revitalisasi gudang garam rakyat dan washing plant; (3) koordinasi terkait upaya penyerapan garam rakyat sehingga petambak garam tetap dapat berproduksi karena harga jual garam yang relatif tinggi; serta (4) penyusunan roadmap tentang percepatan pembangunan pegaraman nasional.
Arah kebijakan dan strategi yang dilakukan terkait pengawasan kelautan dan perikanan adalah (1) meningkatkan sarana dan prasarana pengawasan (kapal pengawas dan speedboat), meningkatkan operasional armada pengawasan, termasuk peningkatan pemanfaatan Vessel Monitoring System (VMS) dan penggunaan aplikasi daring dalam kegiatan pengawasan; (2) meningkatkan kapasitas pengawas (PPNS, Polisi Khusus Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Polsus PWP3K, dan Kelompok Masyarakat Pengawas/Pokmaswas); (3) mengoptimalkan pemanfaatan sistem pengawasan melalui airborne surveillance; serta (4) menginisiasi kegiatan pengawasan yang bersifat persuasif dan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha.
Dalam rangka mendukung penyelesaian rencana zonasi laut dan pesisir, upaya yang perlu dilakukan adalah percepatan penyelesaian peraturan zonasi sebagai dokumen kunci untuk mendorong percepatan investasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan mempertahankan kelestarian sumber daya yang tetap terjaga, berkelanjutan dan pemanfaatan ruangnya terkendali. Upaya ini dilakukan melalui (1) peningkatan kualitas dan kapasitas SDM terkait perencanaan zonasi dan pengendalian pemanfaatan ruang baik di tingkat pusat maupun daerah; (2) pendampingan daerah dalam menyelesaikan aturan pemanfaatan ruang laut; dan (3) peningkatan koordinasi dengan stakeholder terkait sehingga penetapan rencana zonasi laut dan pesisir serta perizinannya dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.