DAFTAR BOX
5.9 Ketenagakerjaan
5.9.1 Capaian Utama Pembangunan
Memasuki fase pelandaian kasus penularan COVID-19 dan pemulihan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka (TPT) berhasil diturunkan menjadi 5,83 persen pada periode Februari 2022, yang sebelumnya mencapai 6,26 persen pada periode Februari 2021. Penduduk yang bekerja tercatat pada survei bulan Februari 2022 sebanyak 135,61 juta orang, atau meningkat sebanyak 4,55 juta orang dibanding angka periode Februari 2021.
Proporsi pekerja formal pada Februari 2022 sebesar 40,03 persen atau bertambah sekitar 1,36 juta dibandingkan dengan Februari 2021. Tetapi, proporsi pekerja pada bidang keahlian menengah dan tinggi mengalami penurunan sebesar 0,40 persen dibanding tahun sebelumnya, menjadi 39,57 persen pada periode Februari 2022. Oleh karena itu, upaya peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja terus ditingkatkan melalui pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi berbasis permintaan dan memanfaatkan kerja sama dengan dunia industri.
Pelaksanaan UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja beserta aturan turunannya diharapkan dapat menjadi pendorong reformasi ketenagakerjaan untuk meningkatkan iklim usaha dan investasi yang berpengaruh langsung pada proses perluasan kesempatan kerja sekaligus penyaluran tenaga kerja terampil.
Dalam rangka melakukan penguatan pengawasan ketenagakerjaan, pemerintah telah menerapkan sistem Aplikasi Wajib Lapor Ketenagakerjaan Perusahaan (WLKP) Online.
Layanan WLKP Online berperan dalam membantu pengawas ketenagakerjaan di lapangan untuk menjaring informasi operasional perusahaan terkait kondisi tenaga kerja di perusahaan serta mempermudah proses pengawasan secara komprehensif.
Namun, berdasarkan data WLKP Online hingga 2021, jumlah pengawas tenaga kerja hanya mencapai 1.354 orang. Jumlah tersebut sangat sedikit dibandingkan jumlah perusahaan yang mencapai 387.698 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja diperkirakan sebanyak 13,95 juta tenaga kerja. Jumlah perusahaan yang melakukan pelanggaran sebanyak 18.148 perusahaan, dengan rincian 10.489 perusahaan dan pelanggaran norma K3 sebanyak 7.659 perusahaan. Pelanggaran tersebut seluruhnya telah ditindaklanjuti melalui upaya persuasif maupun represif yustisial sehingga hak normatif pekerja dan buruh dapat terpenuhi menuju peningkatan produktivitas kinerja. Jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada tahun 2021 sebanyak 7.298 kejadian.
Gambar 5.6
Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2019-2022
Sumber: Sakernas periode Februari, BPS, diolah.
Keterangan: a) Perhitungan dengan menggunakan penimbang proyeksi penduduk hasil SUPAS 2015; b) Perhitungan dengan menggunakan penimbang proyeksi penduduk interim (menunggu hasil akhir Sensus Penduduk 2020).
5.9.2 Permasalahan dan Kendala
Sebelum pandemi COVID-19 menerpa, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia sebenarnya telah berhadapan dengan sejumlah tantangan perubahan global untuk merespons megatrend pekerjaan masa depan. Keniscayaan perubahan bentuk pekerjaan dipicu antara lain oleh revolusi teknologi, perubahan demografi, revolusi keahlian, perubahan budaya, dan perubahan iklim.
Dari sisi domestik, pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia dihadapkan pada tiga tantangan besar yaitu (1) rendahnya kualitas angkatan kerja Indonesia ditandai dengan 54,66 persen pekerja hanya mampu menamatkan pendidikan tingkat SMP ke bawah, (2) fenomena digitalisasi berdampak pada pergeseran kebutuhan jenis keterampilan dan meningkatkan fleksibilitas hubungan kerja, dan (3) pandemi COVID- 19 yang berakibat pada pembatasan pergerakan dan social distancing sehingga berujung pada kontraksi ekonomi dan penyusutan lapangan pekerjaan.
Berdasarkan Survey Keadaan Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) periode Februari 2022 yang dirilis oleh BPS, kondisi pandemi COVID-19 memberikan dampak perubahan pada bidang ketenagakerjaan kepada 11,53 juta orang (5,53 persen penduduk usia kerja), yang terdiri dari pengangguran sebanyak 0,96 juta orang, Bukan Angkatan Kerja (BAK) sebanyak 0,55 juta orang, sementara tidak bekerja sebanyak 0,58 juta orang, dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja sebanyak 9,44 juta orang. Kondisi di atas juga mengakibatkan terjadinya penurunan rata-rata upah buruh pada Februari 2022. Selain itu, terbatasnya penciptaan lapangan
a) a) a) b)
kerja formal akibat pandemi COVID-19 semakin menekan angka TPT usia muda dan TPT lulusan pendidikan dan pelatihan vokasi.
Selain kontraksi ekonomi, pandemi COVID-19 juga berakibat pada terhambatnya pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi tatap muka. Pada periode Januari-Juni 2022, pelaksanaan pelatihan vokasi di 13 K/L baru mencapai sekitar 59.149 orang.
Sementara itu, pelaksanaan sertifikasi kompetensi relatif tidak terdampak karena telah tersedianya mekanisme asesmen jarak jauh. Hingga Juni 2022, jumlah tenaga kerja yang disertifikasi mencapai 345.468 orang.
Tantangan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan hubungan industrial (HI) yang harmonis adalah bertambahnya kasus perselisihan hubungan industrial sampai dengan bulan Mei tahun 2022 sebanyak 2.037 kasus dibandingkan dengan tahun 2021 sebanyak 5.970 kasus. Peningkatan jumlah kasus perselisihan HI tahun 2022 didominasi oleh perselisihan karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebanyak 2.037 kasus akibat dari menurunnya kondisi perekonomian akibat pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi untuk mencegah penularan COVID-19 lebih luas.
5.9.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Untuk menanggulangi dampak negatif pandemi COVID-19 pada bidang ketenagakerjaan, strategi utama dalam bidang ketenagakerjaan adalah (1) pembangunan struktur jaringan pengaman sosial yang komprehensif untuk tenaga kerja, sekaligus meningkatkan kondusifitas iklim berusaha dari sisi ketenagakerjaan.
PP No. 37/2021 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) menjadi faktor penting terbentuknya struktur jaring pengaman sosial yang terintegrasi untuk tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan. Program ini tidak hanya memberikan manfaat uang tunai, tetapi juga menyediakan manfaat berupa akses informasi pasar kerja dan pelatihan kerja untuk mereka yang kehilangan pekerjaan; (2) pembangunan Skills Development Center (SDC) di 20 lokasi Balai Latihan Kerja (BLK) dan 2.914 BLK Komunitas di seluruh provinsi. Keberadaan SDC dan BLK Komunitas berfungsi untuk menambah kapasitas pelatihan vokasi di Indonesia dan menjadi wahana kolaborasi antara pemerintah bersama masyarakat untuk membuka akses yang mudah, murah, dan berkualitas untuk peningkatan keterampilan tenaga kerja;
(3) pembangunan Sistem Informasi Pasar Kerja (SIPK). Dengan platform daring, SIPK berperan penting untuk memperbesar peluang untuk mereka yang kehilangan pekerjaan untuk segera memperoleh pekerjaan baru. SIPK juga dapat dimanfaatkan oleh pencari kerja pertama dan mereka yang hendak berganti pekerjaan, mengingat fleksibilitas hubungan kerja saat ini yang semakin meningkat. Dari sisi pelatihan kerja, informasi pasar kerja juga sangat bermanfaat untuk memberikan masukan upgrading program pelatihan kerja supaya senantiasa mengikuti perkembangan kebutuhan keterampilan di pasar kerja.
Selain PP No. 37/2021 tentang Penyelenggaraan Program JKP, pada bidang ketenagakerjaan, pemerintah juga telah menerbitkan tiga PP turunan dari UU No.
11/2020 Cipta Kerja, yaitu (1) PP No. 35/2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja, dan Waktu Istirahat memberikan kepastian hukum, khususnya untuk pekerja yang berada dalam perjanjian kerja waktu tertentu maupun pekerja alih daya. Kepastian hukum tersebut meliputi masa kerja, waktu kerja dan waktu istirahat, uang kompensasi dan uang pesangon; (2) PP No. 36/2021 tentang Pengupahan memberikan sistem pengupahan yang lebih adil untuk kesejahteraan pekerja maupun keberlangsungan dunia usaha; (3) PP No. 34/2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing bertujuan mendorong penggunaan tenaga kerja asing agar dilakukan sesuai dengan kondisi pasar kerja dalam negeri serta kepastian adanya alih teknologi dan alih keahlian kepada tenaga kerja Indonesia. Seluruh regulasi ini menjadi komponen utama jaringan pengaman sosial yang komprehensif untuk tenaga kerja Indonesia, sekaligus upaya untuk menjaga keberlangsungan iklim usaha di tengah pandemi COVID-19.
Upaya peningkatan daya saing dan produktivitas tenaga kerja dilakukan melalui pelatihan vokasi pada tahun 2021 di 13 K/L dengan jumlah peserta pelatihan mencapai 6,45 juta orang (termasuk peserta program Kartu Pra Kerja). Lebih lanjut, upaya mewujudkan reformasi ketenagakerjaan, antara lain melalui pembinaan hubungan industrial, penguatan pengawasan ketenagakerjaan, serta penyempurnaan peraturan ketenagakerjaan. Peningkatan dan penyelenggaraan dialog sosial bidang ketenagakerjaan serta pemberdayaan lembaga bipartit dan tripartit di tingkat nasional dan daerah merupakan salah satu strategi untuk mewujudkan hubungan industrial yang harmonis dan kondusif.
Box 5.2
Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP)