DAFTAR BOX
3.9 Pariwisata
3.8.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dan strategi pembangunan sektor industri pengolahan pada masa pemulihan ekonomi diarahkan untuk pemulihan rantai pasok dan akses pasar serta peningkatan produktivitas. Strategi yang dilaksanakan untuk pemulihan rantai pasok dan akses pasar antara lain (1) melanjutkan kebijakan IOMKI pada keseluruhan rantai pasok industri; (2) meningkatkan pemerintah dan BUMN untuk produk dalam negeri;
(3) meningkatkan ketersediaan bahan baku dan bahan penolong dalam tingkat harga yang kompetitif melalui dukungan neraca komoditas dan penyiapan pemasok lokal;
(4) melanjutkan stimulus untuk mendukung peningkatan daya beli masyarakat yang dapat dilakukan antara lain melalui relaksasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan PPNBM; dan (5) pemulihan lapangan kerja melalui rehiring dan retraining tenaga kerja.
Strategi yang dilaksanakan untuk peningkatan produktivitas antara lain meningkatkan (1) reskilling dan upskilling tenaga kerja; (2) lokalisasi produk dan bahan baku impor melalui penarikan investasi dan komersialisasi inovasi; (3) peningkatan penerapan standar kualitas dan inovasi produk bernilai tambah tinggi yang berorientasi ekspor;
(4) percepatan pembangunan kawasan industri prioritas, serta (5) percepatan transisi industri dalam implementasi otomasi, digitalisasi dan ekonomi sirkular.
dari jumlah wisman pada semester-1 2021 (yoy). Pintu masuk udara menjadi titik masuk utama wisman ke Indonesia yang didukung dengan pembukaan bandar udara Ngurah Rai di Bali. Pembukaan border juga dilakukan terhadap beberapa pintu masuk laut untuk memulihkan kunjungan wisman melalui Kepulauan Riau. Pemerintah Indonesia membuka Kepulauan Riau dengan skema travel bubble yang ditetapkan secara unilateral untuk menarik wisatawan dari Singapura. Pembukaan pintu masuk laut bagi perjalanan internasional juga memberikan peningkatan kunjungan wisman, namun masih terbatas pada penerapan skema travel bubble seperti yang disepakati antara Indonesia dan Singapura.
Sebagian besar wisman berasal dari negara-negara Asia dan Eropa, dengan kontribusi masing-masing sebesar 49,3 persen dan 17,8 persen. Kunjungan wisman dari India mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 884,17 kali dibandingkan periode sebelumnya (yoy). Peningkatan kunjungan wisman pada semester I-2022 juga mendongkrak devisa pariwisata hingga diestimasikan mencapai sebesar US$818 juta, dengan rata-rata pengeluaran wisman (ASPA) sebesar US$632 per orang per kunjungan. Nilai tersebut meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan devisa pariwisata pada semester I-2021 yang sebesar US$240 juta dan ASPA sebesar US$300 per orang.
Pada sisi pariwisata domestik, penanganan pandemi yang semakin membaik menjadi dasar bagi keputusan pemerintah untuk merelaksasi persyaratan bagi pelaku perjalanan dalam negeri. Kebijakan tersebut mampu mendorong peningkatan perjalanan wisnus seperti ditunjukkan oleh jumlah penumpang transportasi nasional pada semester I-2022 sebesar 57,9 juta penumpang, atau meningkat 57,8 persen dibandingkan periode sebelumnya (yoy). Kenaikan tertinggi terjadi pada moda transportasi pesawat domestik dan kereta api. Pemulihan juga ditunjukkan oleh peningkatan permintaan terhadap industri perhotelan yang pada semester I-2022 (periode low season) bisa membukukan okupansi hotel berbintang sebesar 43,4 persen, atau meningkat 9,4 poin dibandingkan capaian periode sebelumnya (yoy).
Capaian ini didorong oleh pelaksanaan event internasional Pertamina Grandprix of Mandalika yang diselenggarakan di Lombok, NTB; pelaksanaan festival yang dilaksanakan di beberapa daerah; serta kegiatan Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE) pemerintah dan dunia usaha. Peningkatan permintaan hotel terjadi secara merata di seluruh provinsi. Event Moto GP secara khusus memiliki dampak multiplier terhadap perekonomian di NTB sebesar 7,76 persen pada triwulan I-2022 dan nasional sebesar 5,01 persen dengan pada nilai tambah untuk Indonesia sebesar Rp4,5 triliun.
Pemulihan sektor pariwisata juga didorong dengan pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), di antaranya Danau Toba, Borobudur, Lombok-Mandalika, Labuan Bajo, Manado-Likupang, Wakatobi, Bromo-Tengger-Semeru, Bangka Belitung, Raja Ampat dan Morotai, sebagaimana tercantum dalam arahan RPJMN 2020–2024.
Berbagai program yang dilaksanakan untuk peningkatan infrastruktur dasar dan aksesibilitas di DPP dilengkapi dengan pemasaran pariwisata yang lebih masif dengan
menargetkan utamanya wisnus, pelaksanaan event pariwisata dan MICE, peningkatan kualitas SDM, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kapasitas industri pariwisata untuk menerapkan standar pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Upaya untuk meningkatkan penerapan pariwisata berkelanjutan telah membuahkan hasil berupa peningkatan peringkat Tourism Travel Development Index (TTDI), yang sebelumnya Tourism Travel Competitiveness Index (TTCI), menjadi peringkat 32 dari sebelumnya peringkat 40 TTCI pada tahun 2019 (indeks diukur dua tahun sekali).
Keberhasilan pemulihan pariwisata akan berdampak positif dalam peningkatan produktivitas di sektor-sektor terkait dalam rantai pasok pariwisata, seperti sektor transportasi, akomodasi makan dan minum, UMKM, industri, perdagangan, ekonomi kreatif dan sektor lainnya
Tabel 3.10
Capaian Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2019–2022
Indikator Satuan 2019 2020 2021 2022
Semester I
Nilai devisa pariwisata US$ miliar 19,70 3,38 0,52 0,24a)
Kontribusi PDB pariwisata % 4,97 2,24 2,40 3,6b)
Jumlah tenaga kerja
pariwisata juta orang 20,80 20,43 21,26 22,00b)
Jumlah wisatawan
mancanegara juta orang 16,11 4,05 1,56 0,87
Jumlah kunjungan wisatawan nusantara
juta
perjalanan 722,2 524,6 603,0 650,0b)
Nilai tambah ekonomi
kreatif Rp triliun 1.153,40 1.134,9 1.191,00 1.236,00c)
Nilai ekspor ekonomi
kreatif US$ miliar 19,68 18,79 23,90 25,33b)
Tenaga kerja ekonomi
kreatif juta orang 19,24 19,39 21,90 22,29 b)
Sumber: 1) BPS dan 2) Kemenparekraf, 2022 diolah.
Keterangan: a) Data hingga semester I-2022; b) Data prognosis capaian tahun 2022; c) Data merupakan target tahun 2022.
Perkembangan sektor pariwisata juga dilengkapi dengan peningkatan aktivitas ekonomi kreatif dan digital di dalam negeri yang semakin intensif. Sektor ekonomi kreatif pada tahun 2022 diproyeksi mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp1.236 triliun, naik dari proyeksi capaian tahun 2021 sebesar Rp1.191 triliun. Sektor ekonomi
kreatif juga menjadi sumber lapangan kerja bagi generasi muda, dengan proyeksi serapan tenaga kerja mencapai 22,29 juta orang pada tahun 2022. Ekspor produk kreatif di tahun 2021 mencapai sebesar US$23,90 miliar, atau meningkat secara signifikan dibanding dengan tahun 2020 yang mencapai sebesar US$18,79 miliar, dan diproyeksikan meningkat kembali sebesar US$25,33 miliar di tahun 2022.
Tren beraktivitas dari rumah selama pandemi COVID-19 memberikan momentum bagi peningkatan konsumsi produk kreatif digital melalui e-commerce, aplikasi, konten, dan gim. Selain itu, kebijakan vaksinasi ketiga dan pelonggaran pembatasan sosial meningkatkan animo masyarakat dalam konsumsi produk kreatif melalui pertunjukan langsung, termasuk penayangan film di bioskop, konser musik, dan pertunjukan seni lainnya. Tahun 2022 menjadi momentum pemulihan dan peningkatan produktivitas ekonomi kreatif, khususnya di subsektor yang membutuhkan porsi tatap muka yang signifikan seperti film, musik, dan seni pertunjukan.
3.9.2 Permasalahan dan Kendala
Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam proses pemulihan sektor pariwisata di antaranya (1) keterbatasan infrastruktur dasar dan konektivitas; (2) kurangnya penerapan pariwisata berkualitas yang berkelanjutan; (3) terbatasnya ketersediaan dan kualitas SDM pariwisata; (4) kurangnya kesiapan industri pariwisata dan masyarakat untuk memberikan layanan yang berkualitas, serta membangun rantai pasok pariwisata yang berdaya tahan tinggi dan inklusif; dan (5) belum optimalnya investasi di bidang pariwisata. Pada sektor ekonomi kreatif, permasalahan yang dihadapi adalah dukungan antarsektor yang belum terkoordinasi dengan baik sehingga belum mampu mengatasi kendala-kendala, antara lain (1) rendahnya kelayakan usaha dan tingkat industrialisasi usaha kreatif; (2) terbatasnya akses pembiayaan; (3) terbatasnya insentif untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha start-up; serta (4) belum meratanya pengembangan ekosistem ekonomi kreatif di daerah, khususnya infrastruktur kreatif dan pengembangan talenta kreatif.
Tantangan bagi pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di tahun 2022, antara lain melalui (1) efektivitas penerapan standar Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) oleh industri dan masyarakat; (2) efektivitas tata kelola penanganan varian baru COVID-19; (3) efektivitas pengelolaan mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi masyarakat dalam negeri, termasuk dalam penyelenggaraan event; (4) efektivitas pemasaran dengan menggunakan media yang terbaik untuk menarik minat wisatawan; (5) integrasi ekonomi kreatif untuk meningkatkan nilai tambah pariwisata; dan (6) pemanfaatan digitalisasi.
3.9.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif masih akan difokuskan pada pemulihan sektor pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan, serta peningkatan peran ekonomi kreatif untuk mendorong transformasi ekonomi. Kebijakan ini dilaksanakan dengan strategi (1) perbaikan rantai pasok dan peningkatan penerapan standar; (2) reskilling dan upskilling tenaga kerja; (3) percepatan pembangunan
infrastruktur, amenitas, dan atraksi di Destinasi Pariwisata Prioritas dengan dukungan investasi, event, dan MICE; (4) scalling up start-up ekonomi kreatif dan digital yang didukung akses pembiayaan dan investasi; (5) penyusunan peta potensi daerah untuk penarikan investasi; (6) peningkatan penggunaan produk dalam negeri, termasuk yang dihasilkan usaha kreatif; (7) perluasan pemasaran pariwisata dan peningkatan ekspor produk ekonomi kreatif dan digital, serta penguatan ekspor gastronomi melalui Indonesia Spice-Up The World; (8) pengembangan desa wisata inklusif; (9) revitalisasi infrastruktur ekonomi kreatif termasuk klaster/kota kreatif dan regenerasi kota warisan; dan (10) optimalisasi pemanfaatan digitalisasi untuk pengembangan talenta, pengembangan produk dan layanan, penguatan rantai pasok, penerapan standar, serta pemasaran.