• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Yushinta Amalia 1)

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 198-200)

Roniati2) Puri Purbandari3)

1), 2), 3)

Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Sebelas Maret. E-mail:yushintaamalia@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kurikulum 2013 menuntut proses pembelajaran menggunakan Student Center Learning (SCL) tidak terkecuali pada pelajaran fisika. Pembelajaran berbasis SCL dapat diperoleh dengan berbagai pendekatan, salah satunya yaitu pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran kontekstual membantu siswa tidak hanya menghafal isi tetapi juga membangun hubungan antara materi- materi yang dipelajari untuk menentukan maknanya. Terdapat satu tahapan yang penting didalamnya yaitu kontruktivisme. Pengetahuan dalam kontruktivisme tidak dapat ditransfer langsung dari guru ke siswa, melainkan harus diinterpretasikan oleh masing-masing siswa. Dalam proses ini siswa dituntut untuk aktif dan berpikir kritis untuk mengembangkan pengetahuannya. Salah satu cara untuk mewujudkan tuntutan kurikulum 2013 , yaitu dengan penggunaan Card Game dalam pembelajaran fisika. Permainan kartu yang dapat mengasah pola pikir siswa serta membuat fisika menarik dan menyenangkan. Pada card game terdapat beberapa bagian kartu yaitu soal, jawaban, tata cara praktikum, serta LKS sederhana yang mencakup satu sub materi. Dengan permainan tersebut nantinya siswa akan mencapai tujuan indikator yang dibelajarkan secara bersama-sama.

Kata Kunci : Student Center Learning, contextual teaching learning, bahan ajar, Card Game

ABSTRACT

Curriculum 2013 require a learning process using the Student Center Learning ( SCL ) is no exception to the physics lesson. SCL based learning can be obtained through various approaches , one of which is the approach Contextual Teaching and Learning ( CTL ) . Contextual Teaching and Learning is about to help students not only to memorize contents but also to construct the relation between subjects in order to define their meaning. There is an important stage in constructivism . Knowledge in constructivism can not be transferred directly, but must be interpreted by each student . In this process students are required to actively and think critically to develop knowledge. One way to realize the demands of the curriculum in 2013 , namely the use of Card Game in learning physics . Card game that can sharpen the mindset of students and make physics interesting and fun . At Card Game cards there are some parts that matter , answer , ordinances lab , as well as simple worksheets which includes one sub material. With these games the student will achieve the indicators that learned together

Keywords: Student Center Learning, contextual teaching learning, instructional materials, Card Game

PENDAHULUAN

Artikel ini ditulis sebagai interpretasi atas paper “Contextual Teaching and Learning Using a Card Game Interface” yang ditulis oleh Teles Sylker dan Tomimatsu Kiyoshi dalam jurnal International Asia Digital Art and Design vol.18 no 2.2, 2014. Sehingga yang dimaksud dengan penulis pada paper ini adalah Teles Sylker dan Tomimatsu Kiyoshi.

Dunia saat ini sangatlah kompleks, masyarakat berubah menjadi sebuah komunitas global yang lebih terhubung, pendidik diseluruh dunia membahas bagaimana sekolah dan pendidikan dapat mengkuti evolusi perkembangan jaman dengan kecepatan cahaya.

Penulis pada paper ini menjelaskan kombinasi antara permainan kartu dan prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran kontekstual untuk mengembangkan permainan yang interaksi antara sistem dan penggunanya lebih baik. Lebih cocok dalam mengirimkan informasi. Hal ini didasarkan pada hipotesis bahwa bermain kartu dapat membawa informasi yang lebih ke otak karena gambar visual yang lebih menarik.

METODE PENELITIAN

Pada paper ini penulis menyajikan pembelajaran menggunakan kartu-kartu permainan yang digunakan untuk membuat pembelajaran lebih

ISBN: 978-602-72071-1-0

menarik. Pada permaianan kartu ini pengguna secara langsung mendesain metode untuk memecahkan masalah menggunakan proses pendekatan pembelajaran konstekstual (Contextual Teaching and Learning) atau biasa disingkat CTL. Proses pembelajaran ini penulis membuat sepuluh kartu tentang sejarah seni dimana kartu tersebut didesain menggunakan gambar-gambar. Selanjutnya gambar-gambar tersebut diujikan kepada dua puluh orang pengguna selama tiga hari.

Contoh dari kartu-kartu permainan yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Contoh Kartu Permainan dari Teles Sylker dan Tomimatsu Kiyoshi.

Dari interpretasi paper yang sudah ada, disini kami akan membuat sebuah gagasan inovasi bahan ajar fisika yang lebih menarik dan interaktif. Seperti pada tuntutan kurikulum 2013, semua proses pembelajaran menggunakan Student Center Learning (SCL) tidak terkecuali dengan pelajaran fisika. Untuk menciptakan proses pembelajaran SCL, dimana siswa yang aktif, maka perlu bantuan pendekatan pembelajaran. Salah satunya yaitu contextual Teaching and Learning (CTL).

Pelajaran fisika adalah salah satu momok untuk siswa, baik siswa SMP maupun SMA. Ketika mendengar kata Fisika yang ada dibayangan mereka adalah angka, rumus dan proses pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang membosankan. Namun dengan adanya gagasan baru dalam bahan ajar fisika menggunakan media game card

(permainan kartu) ini. Siswa dituntut untuk aktif dan guru hanya sebagai fasilitator saja.

Fisika merupakan pelajaran yang berorientasi pada pembelajaran aktif dan kreatif. Aktivitas pembelajaran fisika diupayakan untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pemahaman materi maupun keterampilan. sitematika dan inovasi pembelajaran fisika harus dilengkapi dengan media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang digunakan adalah media kartu.

Dari permainan kartu disini pengajar dapat melihat kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, sehingga kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik. Dan pembelajaran yang ada sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN Student Centered Learning (SCL)

Student Centered Learning (SCL) adalah suatu paradigma atau pendekatan dalam dunia pembelajaran dan pengajaran dimana didalamnya siswa memiliki

tanggung jawab dan beberapa aktivitas penting seperti perencanaan, pembelajaran, interaksi antara guru dan sesama pelajar, penelitian dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukakan. Student Centered Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidikdirubah menjadi pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik menyesuaikan dengan kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya. Paradigma pembelajaran Student Centered Learning (SCL), guru hanya sebagai fasilitator dan motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar dan memungkinkan siswa memilih, menemukan, dan menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan keterampilan. Pada Student Centered Learning (SCL), ilmu pengetahuan tidak lagi dianggap statik tetapi dinamis dimana peserta didik secara aktif mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya artinya siswa secara aktif menerima pengetahuan. Pendekatan dengan model Student Centered Learning

(SCL) ini memiliki ciri-ciri yaitu : (1) peserta didik harus terlibat aktif dalam proses belajar, (2) pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri, (3) guru hanya sebagai fasilitator.

Student Centered Learning (SCL) tidak melupakan peran guru, dalam model pembelajaran SCL guru memiliki peran : (1) bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran; (2) mengkaji kompetensi mata pelajaran yang dikuasai siswa diakhir pembelajara; (3) merancang strategi dan lingkungan pembelajaran dangan menyediakan berbagai pengalaman belajar yang diperlukan siswa; (4) membantu siswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan nyata; (5) mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar peserta didik yang relevan dengan kompetensinya.

Model pembelajaran Student Centered Learning

(SCL) pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu : (1) peserta didik dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena siswa diberi kesempatan yang luas berpartisipasi; (2) peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran; (3) tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar membelajarkan diantara peserta didik; dan (4) dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru karena sesuatu yang dialami dan disampaikan oleh peserta didik yang mungkin belum diketahui oleh gurunya. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki model pembelajaran Student Centered Learning (SCL) tersebut mampu mendukung upaya kearah pembelajaran yang efektif dan efisien.

Contextual Teaching and Learning (CTL)

Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”. Sehingga Contextual Teaching

174

ISBN: 978-602-72071-1-0

and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu dalam proses pembelajaran disekolah. Secara umum Contextual mengandung arti yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna, dan kepentingan. Dalam proses belajar sehari- hari, siswa diminta untuk dapat mengeksplorasi segala kemampuannya dalam bidang mata pelajaran yang mereka sukai. Contextual Teaching and Learning

(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif (Nurhadi, 2005:5).

Dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual terdapat lima karakteristik penting yaitu (1)dalam Pembelajaran Kontekstual pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.; (2)Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge); (3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini;(4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) ; (5)Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Untuk memahami pembelajaran kontekstual maka ada kata kunci dalam pembelajaran kontekstual yaitu: (1) Real world learning, mengutamakan pengalaman nyata; (2) Berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif serta siswa; (3) Pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata; (4) Siswa praktek, bukan menghafal, Learning bukan Teaching, pendidikan bukan pengajaran; (5) Memecahkan masalah dan berpikir tingkat tinggi; (6) Hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.

Menurut Nurhadi (2002:10) bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu:

1. Konstruktivisme (Contructivisme)

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusiaharus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkostruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.

2.Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrempailan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merancang kegiatan yang merujukpada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkanya.

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry):(1) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun); (2) Mengamati atau melakukan observasi; (3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainya; (4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain.

3.Bertanya (Quetioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari “bertanya‟. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya daalm pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; (2) Mengecek pemahaman siswa; (3) Membangkitkan respon kepada siswa; (4) Mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa; (5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (7)untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; (8) Untuk menyegarkan pengetahuan siswa. 4.Masyarakat Belajar (learning Community)

Konse p Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari diskusi antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu dan yang belum tahu.

Praktek masyarakat belajar dalam pembelajaran terwujud dalam: (1) Pembentukan kelompok kecil; (2) Pembentukan kelompok besar; (3) Mendatangkan “ahli” ke kelas (tokoh olahragawan, dokter perawat, polisi, dsb); (4) Bekerja dengan kelas sederajat; (5) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya; (6) Bekerja dengan masyarakat.

5.Pemodelan (Modelling)

Pemodelan maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa di tiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dalam

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 198-200)