• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA MATERI LISTRIK STATIS DAN DINAMIS Cicyn Riantoni 1)

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 189-198)

Astalini2) Nehru3)

1)

Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang 2),3)Dosen program studi pendidikan fisika FKIP Universitas Jambi

E-mail : cicynriantoni@ymail.com

ABSTRAK

Fisika merupakan pelajaran yang harus seimbang antara teori dan eksperimen. Untuk eksperimen salah satu yang dapat digunakan adalah dengan virtual laboratorium, khususnya simulasi PhET. Dalam menggunakan PhET tentunya diperlukan sebuah penuntun ataupun lembar kerja siswa (LKS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan lembar kerja siswa berbasis inkuiri terbimbing untuk eksperimen fisika SMP yang menggunakan PhET Interactive Simulations pada materi listrik statis dan dinamis. Penelitian ini termasuk Research and Development yang langkah-langkahnya adalah analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan butir-butir materi, menyusun instrumen evaluasi, menyusun naskah/draft media, melakukan validasi ahli, dan melakukan uji coba/tes dan revisi. Hasil penelitian ini adalah lembar kerja siswa yang telah dinyatakan layak oleh 3 orang validator, sedangkan hasil analisis persepsi siswa terhadap LKS diperoleh persentase dari aspek desain, materi, keterbacaan LKS dan visualisasi LKS sebesar 85,66%, 88,26%, 85,88%, dan 87,07%, sehingga semua pernyataan berkategorikan sangat baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa lembar kerja siswa berbasis inkuiri terbimbing untuk eksperimen fisika SMP yang menggunakan PhET Interactive Simulations layak digunakan sebagai panduan pratikum siswa di kelas IX SMP.

Kata kunci : LKS, Inkuiri Terbimbing, PhET Interactive Simulations, listrik statis dan dinamis

PENDAHULUAN

Materi kelistrikan merupakan salah satu bab yang dipelajari dalam materi Fisika, yang mana dalam pembelajarannya mahasiswa dituntut untuk bisa memahami, menganalisis dan menerapkan konsep ini secara fisis dan matematis. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa masih banyak siswa maupun mahasiswa yang kurang memahami konsep kelistrikan. Misalnya Pada tingkat lanjutan, siswa memperlakukan arus dan hambatan sebagai konsep utama, sedangkan tegangan dianggap sebagai konsekuensi dari arus dan bukan sebagai penyebabnya (Smith dan Kampent,2011). Dari deteksi tes yang

dilakukan tentang pemahaman konsep listrik, Secara umum siswa mengalami kesulitan dalam memahami diagram hubungan seri dan paralel. Siswa tidak memahami dan tidak bisa mengaplikasikan secara benar konsep dari rangkaian secara komplit (Engelhardt dan Beichner, 2003).

Pembelajaran dengan eksperimen, khususnya mengunakan multimedia virtual atau virtual laboratorium adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan. Mccaule menjelaskan bahwa multimedia menyediakan informasi untuk pelajar secara sederhana dengan jalan bagaimanapun, multimedia interaktif memberi kendali informasi kepada para pemakai dan memastikan

164

ISBN: 978-602-72071-1-0

keikutsertaan mereka (Wahyudin., Sutikno dan Isa, 2010). Laboratorium virtual adalah serangkaian alat-alat laboratorium yang berbentuk perangkat lunak (software) komputer berbasis multimedia interaktif, yang dioperasikan dengan komputer dan dapat mensimulasikan kegiatan di laboratorium seakan-akan pengguna berada pada laboratorium sebenarnya” (Astuti, 2013).

Salah satu multimedia virtual yang bisa diterapkan dalam pembelajaran fisika adalah PhET interactive simulations. Dua tujuan utama untuk PhET sims adalah peningkatan keterlibatan siswa dan meningkatkan pembelajaran. Sims secara khusus dirancang untuk mendukung siswa dalam membangun pemahaman konseptual yang kuat dari fisika melalui eksplorasi (Perkins,. Dkk, 2006). Simulasi-simulasi interaktif PhET

merupakan gambar bergerak (animasi), interaktif dan dibuat seperti layaknya permainan dimana siswa dapat belajar dengan melakukan eksplorasi. Simulasi- simulasi tersebut menekankan korespondensi antara fenomena nyata dan simulasi komputer kemudian menyajikannya dalam model-model konseptual fisis yang mudah dimengerti oleh para mahasiswa (Okimustova,. Dkk, 2014).

Untuk melakukan kegiatan eksperimen, walaupun kegiatan itu adalah sebuah simulasi yang menggunakan software, tentunya memerlukan sebuah penuntun eksperimen atau sering disebut lembar kerja siswa (LKS). LKS untuk simulasi eksperimen inilah yang jarang dimiliki oleh sekolah, padahal LKS ini dapat menjadi pengarah kegiatan pratikum sehingga menjadi lebih teratur dan bermakna. Menurut Azhar (dalam Suyanto dkk, 2011), “LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat”.

Penggunaan langkah inquiry yang diterapkan di dalam LKS merupakan solusi utama untuk menumbuhkan minat belajar siswa khususnya materi listrik untuk siswa SMP yang memiliki tingkat berfikir yang berbeda dengan siswa SMA. Menurut Joice and Weil (1986) dalam Wena (2013), inkuiri tercipta melalui konfrontasi intelektual, dimana siswa dihadapkan pada suatu situasi yang aneh dan mereka mulai bertanya-tanya tentang hal tersebut, karenakan tujuan akhir model ini adalah pembentukan pengetahuan baru, maka siswa dihadapkan pada suatu yang memungkinkan untuk diselidiki lebih cermat.

Salah satu pembelajaran inkuiri yang dapat diterapkan adalah inkuiri terbimbing. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah jauh dari cara-cara pengajaran tradisional, di mana pendapat guru mendominasi dan siswa hanya dipaksa untuk menghafal dan mereproduksi

pengetahuan. Menurut Bruner, yang mendirikan metode ini, guru bergantung pada program analisis yang sesuai dan direncanakan di awal tahun. Selama pembelajaran ini ia menyajikan pengalaman instruktif atau topik lain yang menawarkan kesempatan untuk diteliti dan dibahas (Vlassi dan Karaliota, 2012).

Berdasarkan paparan di atas mendorong peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis inkuiri terbimbing untuk eksperimen fisika SMP yang menggunakan PhET interactive simulations pada materi listrik statis dan dinamis”.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah Research and Development. Metode Research And Development

(penelitian dan pengembangan) dapat diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada.

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini mengikuti penyusunan media pembelajaran yang dikembangkan oleh Sadiman dkk (Asyhar,2010), adapun prosedur penelitiannya adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Prosedur pengembangan media pembelajaran

Sumber : Asyar, 2010

Sebelum suatu produk dibuat maka terlebih dahulu mencari potensi dan masalah yang dialami guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang nantinya ditunjukkan dengan data kuantitatif maupun kualitatif, yang mana dari potensi dan masalah inilah dapat diketahui kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini data diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara langsung dengan guru mata pelajaran fisika di SMP Negeri 6 Sungai Penuh.

Penyusunan instrumen evaluasi bertujuan sebagai alat untuk mengukur kelayakan daripada media yang

ISBN: 978-602-72071-1-0

dikembangkan yaitu LKS. Menurut Asyhar (2010)

kegiatan evaluasi harus dilakukan setiap kali kita mengembangkan sebuah produk media. Salah satu tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui apakah produk media yang kita kembangkan bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Hasil evaluasi ini dapat kita manfaatkan untuk melakukan perbaikan terhadap produk media yang dibuat.

Dalam penelitian ini instrumen evaluasi yang digunakan adalah angket. Adapun angket yang digunakan ada 2 jenis yaitu angket berstruktur untuk validasi oleh ahli materi dan media dan angket tertutup untuk mengetahui persepsi siswa terhadap LKS yang dikembangkan.

Adapun hal-hal yang dilakukan dalam mendesain produk ini adalah : 1) Membuat kerangka konseptual desain LKS yang ingin dibuat sebagai bahan pembelajaran Fisika SMP pada virtual laboratory materi listrik statis dan dinamis yang disesuaikan dengan Pendekatan inquiry. 2) Pengumpulan bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam LKS baik itu berupa materi, gambar, SK & KD yang didapat baik melalui buku, silabus, internet maupun simulasi PhET itu sendiri. 3) Melakukan pengembangan atau pembuatan LKS berbasis

inquiry untuk pedoman PhET Interactive Simulations pada materi listrik statis dan dinamis.

Adapun rancangan LKS yang di design terdiri dari beberapa komponen :

a. Perumusan KD yang harus dikuasai b. Menentukan alat penilaian

c. Penyusunan materi

Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung dan dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, jurnal hasil penelitian. Dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapat melakukannya.

d. Struktur LKS

Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: 1) Judul, 2) Petunjuk belajar (petunjuk peserta didik), 3) Kompetensi yang akan dicapai, 4) Informasi pendukung, 5) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, 6) Penilaian.

Selanjutnya rancangan LKS tersebut disusun berdasarkan prosedur pembelajaran inquiry, yaitu inquiry

terbimbing. Menurut Sudjana (Trianto, 2007) ada lima tahapan dalam melaksanakan pembelajaran Inquiry yaitu : 1) Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa. 2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis. 3) Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau

permasalahan. 4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi. 5) Mengaplikasikan kesimpulan.

Media LKS untuk simulasi PhET ini akan divalidasi oleh dua orang dosen pendidikan fisika dan satu orang guru fisika dari sekolah yang menjadi tempat penelitian, yang mana Validasi dilakukan dengan pengisian angket yaitu angket terbuka.

Tabel 1 Kisi-Kisi Angket Penilaian Materi dan Media LKS

Variabel Indikator Deskriptor LKS berbasis inkuiri untuk pratikum fisika SMP dengan mengunakan phet interactive simulations Isi, konstruk, dan bahasa a. Kesesuaian b. Kemudahan c. Ketepatan d. kemanfaatan Afrina (Maritilova, 2013)

Tabel 2 Kisi-Kisi Ketepatan Pengunaan Langkah- langkah Inquiry di Dalam LKS

Indikator Deskriptor

Orientasi 1. LKS mengarahkan siswa untuk tertarik apa yang hendak dipelajari Rumusan

masalah

2. LKS mengarahkan siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu apa yang hendak dipelajari

Merumuskan Hipotesis

3. LKS mengarahkan siswa untuk membangun konsep awal atau dugaan sementara terhadap materi yang dipelajari

Mengumpulk an data / Menguji hipotesis

4. LKS memberikan petunjuk kepada siswa untuk memahami materi yag dipelajari

5. LKS memberikan kemudahan kepada siswa dalam pengunaan PhET interactive simulations pada materi listrik statis dan dinamis

Merumuskan kesimpulan

6. LKS mengarahkan siswa untuk memantapkan materi yang telah dipelajari

Instrumen tersebut dinilai dengan data kualitatif dengan mengunakan metode angket berstruktur. Dimana jawaban yang diambil adalah jawaban “ya atau tidak”.

Menurut Wahidmurni, dkk (2010) agar penelaah dapat dengan mudah mengunakan format penelaahan soal, maka para penelaah perlu memperhatikan petunjuk pengisian formatnya. Petunjuknya adalah sebagai berikut : 1) Analisis setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera dalam format, 2) Berilah tanda (√) pada

166

ISBN: 978-602-72071-1-0

kolom “Ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria, 3) Beri tanda cek (√) pada kolom “Tidak” bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.

Uji coba pemakaian dilakukan pada siswa SMP Negeri 6 Sungai Penuh kelas IX sebanyak satu kelas. Menurut Asyar (2010), uji coba dapat dilaksanakan pada kelompok siswa yang lebih besar (satu kelas), dengan tujuan dari uji coba tersebut adalah melihat kesesuaian dan efektivitas media dalam pembelajaran. Hal ini diperlukan karena kadang-kadang apa yang dikonsepkan oleh penulis belum tentu sesuai dengan kenyataan di lapangan. Hal ini terutama yang berkaitan dengan pemilihan aplikasi atau penerapan konsep dan pilihan kata atau bahasa. Selama uji coba diperlukan masukan dari peserta didik untuk mengetahui persepsi mereka tentang media yang digunakan”.

Jenis data yang digunakan pada penelitian pengembangan ini bersifat kuantitatif. Data yang diperoleh dinilai dengan skala Likert. Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert untuk keperluan analisis kuantitatif Menurut Sugiyono (2013), dapat diberi skor sebagai berikut :

1. Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5 2. Setuju/sering/positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor

2

5. Sangat tidak setuju/tidak pernah/diberi skor 1

Tabel 3 Kisi-Kisi Angket Persepsi Siswa Kom pone n Indikator Kriteria Baha n belaja r cetak Desain pembelajar an a.Kejelasan tujuan b.Ketepatan format sajian c.Kesesuaian dengan karaktaristik peserta didik Materi (content ) d. Kebenaran materi e.Kedalaman dan keluasan materi f.Kekomprehensifan materi g. Kesesuaian materi h. Kesesuaian contoh, ilustrasi dengan materi

i. Tes, tugas latihan mendukung Kom pone n Indikator Kriteria penguasaan materi Keterbacaa n LKS j. Struktur kalimat k. Kejelasan judul dan

sub judul

l. Sistematika penyajian m. Susunan paragraf n. Pengunaan kalimat o. Pengunaan kata dan

istilah p. Kemudahan bahasa q. Kemenarikan dan kesesuaian bahasa Visualisasi LKS r. Menjelaskan materi yang sulit s. Mempermudah pemahaman t. Mendorong minat

peserta didik untuk belajar

u. Memperkuat daya ingat

v. Menyederhanakan informasi yang sulit w. Habatan dan kendala

dalam mempelajari LKS

Warsita (2010)

Sebelum instrumen digunakan untuk mengukur kelayakan dari produk yang telah dikembangkan, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas logis. Menurut Setyosari (2010), “validitas logis diperoleh dengan usaha yang sangat hati-hati sehingga secara logika instrumen itu dicapai menurut validitas yang dikehendaki”. Sedangkan uji reliabilitas diukur dengan mengunakan rumus Kuder Richardson KR-20

(Arikunto, 2013) sebagai berikut:                  2 2 11 1 S pq S n n r x (1) Dengan,

 

X N X X S 2 2 2     (2) Keterangan:

r1 = reliabilitas tes secara keseluruhan

ISBN: 978-602-72071-1-0

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1- p)

∑ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes X = banyak subjek pengikut tes

Koefisien reliabilitas tes berkisar antara 0,00 – 1,00 dengan perincian korelasi:

0,00 ≤ r11≤ 0,20 : reliabilitas sangat rendah 0,21 ≤ r11≤ 0,40 : reliabilitas rendah 0,41 ≤ r11≤ 0,60 : reliabilitas sedang 0,61 ≤ r11≤ 0,80 : reliabilitas tinggi 0,81 ≤ r11≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

Hasil persepsi siswa selanjutnya dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Mengkuantitatifkan hasil checking dengan memberi skor sesuai dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya. b) Membuat tabulasi data.Menghitung presentasi dari tiap-tiap sub variabel. c) Dari persentase yang telah diperoleh ditransformasikan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif.

Persentase untuk tiap-tiap sub variabel dihitung menggunakan rumus:

(3.3)

Keterangan:

RS = persentase sub variable n = jumlah nilai tiap sub variable N = jumlah skor maksimum

Tabel 4 Range persentase dan kriteria kualitatif No Interval Persentase Kriteria

1. 84% ≤ skor ≤ 100% Sangat Baik 2. 68% ≤ skor ≤ 83% Baik 3. 52% ≤ skor ≤ 67% Cukup Baik 4. 36% ≤ skor ≤ 51% Kurang Baik 5. 20% ≤ skor ≤ 35% Tidak Baik

Sumber: Muhidin, 2007 Apabila produk yang telah dihasilkan yaitu LKS setelah di validasi oleh tiga validator dan diuji cobakan kepada siswa dalam beberapa waktu ternyata masih memiliki beberapa kelemahan dan butuh penyempurnaan sebelum diproduksi, maka LKS yang telah dikembangkan harus direvisi berdasarkan saran dari validator dan hasil dari uji coba.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lembar kerja siswa berbasis Inquiry untuk pembelajaran fisika SMP yang mengunakan PhET Interactive Simulations telah selesai dikembangkan, kemudian divalidasi oleh validator. Validator terdiri dari dua orang dosen Pendidikan Fisika Universitas Jambi dan satu orang Guru Fisika SMP Negeri 6 Sungai Penuh.

Berdasarkan hasil validasi, pada validasi tahap I validator menyarankan perbaikan LKS sebagai berikut : 1) Memperbaiki kalimat agar lebih disederhanakan lagi agar mudah dipahami, 2) Menyesuaikan pertanyaan pada rumusan masalah dengan percobaan yang akan dilakukan, 3) Meletakkan menu pengenalan bagian- bagian PhET pada lembaran awal, 4) Merapikan arah petunjuk bagian-bagian simulasi PhET, 5)

Menghilangkan Gambar keterangan untuk menu tools

dan show values, 6) Menambahkan tabel hasil percobaan pada materi beda potensial pada suatu rangkaian, 7) Memperbaiki urutan penyajian LKS, dan menyesuaikan warna, 8) Informasi yang berulang-ulang dibuat satu saja, 9) Menambahkan petunjuk pengunaan LKS, 10) Memperbaiki langkah pengunaan PhET secara offline

yaitu dengan menambah keterangan menginstal JAVA,

11)Membuat kumpulan rumus fisika pada bagian akhir LKS, 12) Menyederhanakan kalimat perintah.

Sedangkan penilaian terhadap ketepatan langkah inkuiri, validator menyarankan perbaikan sebagai berikut : 1) Menambahkan beberapa informasi pengunaan PhET

dan pengunaan LKS untuk meningkatkan daya tarik siswa, 2) Menyesuaikan pertanyaan pada rumusan masalah, 3) Memperbaiki beberapa kalimat perintah dan pertanyaan untuk mempermudah pemahaman siswa.

Pada validasi tahap kedua masih ada beberapa perbaikan pada LKS yang disarankan oleh validator, diantaranya adalah : 1) Membuat petunjuk umum dan petunjuk khusus dari LKS dan pengunaan PhET, 2) Memperbaiki ukuran tulisan judul, subjudul dan isi.

Sedangkan untuk penilaian ketepatan pengunaan langkah inquiry pada validasi tahap II, validator menyatakan langkah inquiry terbimbing yang digunakan sudah sesuai dan tidak perlu direvisi.

Pada validasi tahap ketiga, hanya mengambil saran dari segi materi dan media LKS karena untuk penilaian langkah inquiry dinyatakan sudah tepat pada validasi tahap II. Dan berdasarkan hasil validasi tahap ke tigas oleh tim validator LKS, LKS berbasis inquiry untuk Phet Interactive Simulations dinyatakan layak digunakan.

Tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba LKS ke sekolah. Sekolah yang dipilih sebagai tempat uji coba adalah SMP Negeri 6 Sungai Penuh yang dilaksanakan pada dua kelas yaitu kelas IX B dan IX C. Hasil uji coba pada kelas IX B digunakan untuk menentukan reliabilitas angket, sedangkan hasil uji coba pada kelas IX C digunakan untuk menentukan persepsi siswa terhadap LKS yang telah dikembangkan.

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara perhitungan koofesien korelasi dari persamaan Kudher Richadson (KR 20). Dari perhitungan dengan mengunakan persamaan tersebut diperoleh nilai reliabiltas angket sebesar R11= 0,97369 dengan kategori memiliki

168

ISBN: 978-602-72071-1-0

reliabiltas sangat tinggi. Maka disimpulkan angket penelitian dapat dipercaya dan digunakan untuk mengambil data non tes terhadap kelayakan LKS yang telah dikembangkan.

Kelayakan LKS diperoleh berdasarkan uji coba yang dilakukan di kelas IX C SMP Negeri 6 Sungai Penuh, dimana data yang diambil adalah persepsi siswa terhadap LKS yang telah dikembangkan. Angket yang digunakan terdiri dari 4 aspek yaitu desain pembelajaran, materi, keterbacaan LKS dan visualisasi LKS. Empat aspek ini terdiri dari 22 butir pertanyaan.

Berdasarkan angket persepsi siswa didapatkan persentase angket sebagai berikut :

Tabel 5 Persentase aspek desain pembelajaran

No Pernyataan Persentas e Kate gori 1. Tujuan pembelajaran dalam LKS disampaikan dengan jelas 85,9 % Sanga t baik 2. Urutan Penyajian LKS jelas 82,4 % Baik 3. LKS sesuai dengan karaktaristik peserta didik 84,7 % Sanga t baik 4. Tampilan LKS menarik 92,9 % Sanga t baik 5. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan adanya permasalahan 82,4 % Baik

Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa LKS yang telah penulis kembangkan dari segi desain sudah dikategorikan memiliki kelayakan yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban persepsi siswa yang jika dirata-ratakan memiliki persentase sebesar 85,66 % yaitu berkategori sangat baik.

Selanjutnya analisis dilakukan pada aspek materi. Persentase aspek ini dapat dilihat pada tabel berikut ini,

Tabel 6 Persentase aspek materi pembelajaran

No Pernyataan Persenta se Kategori 6 Penyajian materi didalam LKS 94,1 % Sangat baik No Pernyataan Persenta se Kategori sederhana dan mudah dipahami 7 Petunjuk pengunaan LKS mudah dimengerti 85,9 % Sangat baik 8 Informasi umum

dan khusus dalam LKS sangat membantu dalam pengunaan Simulasi Phet 87,1 % Sangat baik 9 Prosedur kerja dalam LKS memberikan kemudahan kepada siswa dalam mengunakan simulasi phet dan memahami materi

87,1 % Sangat baik

10 Uraian gambar jelas dan sesuai dengan langkah- langkah yang disajikan

87,1 % Sangat baik

Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa dari segi materi LKS yang telah dikembangkan memiliki kelayakan yang sangat baik. Ini dapat dilihat dari persentase jawaban persepsi siswa terhadap aspek materi yang jika dirata-ratakan memiliki persentase sebesar 88,26 % .

Selanjutnya analisis dilakukan pada aspek keterbacaan LKS. Persentase aspek ini dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 7 Persentase aspek keterbacaan LKS

No Pernyataan Persenta se Kategori 11 Kalimat yang digunakan dalam LKS mudah dipahami 89,4 % Sangat baik 12 Bahasa yang digunakan jelas dan sederhana 88,2 % Sangat baik 13 Tampilan judul dan

subjudul LKS jelas 84,7 %

Sangat baik 14 Ukuran huruf pada

tulisan sudah sesuai 82,4 % Baik 15 Tampilan dan ukuran gambar 83,5 % Sangat baik

ISBN: 978-602-72071-1-0 No Pernyataan Persenta se Kategori sudah jelas 16 Informasi yang terdapat didalam LKS jelas dan mudah dimengerti 87,1 % Sangat baik Berdasarkan tabel 4.8 dari segi keterbacaan LKS dapat disimpulkan bahwa LKS yang telah dikembangkan memiliki tingkat keterbacaan atau bahasa yang sangat baik. Ini dapat dilihat dari persentase jawaban persepsi siswa terhadap 6 aspek yang secara keseluruhan jika dirata-ratakan memiliki persentase sebesar 85,88 %.

Selanjutnya analisis dilakukan pada visualisasi LKS. Persentase aspek ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Persentase aspek visualisasi LKS

No Pernyataan Persenta se Kategori 17 Langkah-langkah kegiatan dalam LKS ini sangat membantu siswa dalam melakukan pratikum dengan mengunakan simulasi phet 85,9 % Sangat baik 18 LKS mempermudah pemahaman siswa terhadap materi 85,9 % Sangat baik 19 LKS mendorong

minat siswa untuk belajar 87,1 % Sangat baik 20 LKS untuk Phet Interactive Simulations dapat membantu siswa ingat terhadap materi pelajaran 85,9 % Sangat baik 21 LKS memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar secara mandiri dengan mengunakan Phet Interactive Simulations 89,4 % Sangat baik 22 Percobaan dengan media Phet interactive simulations mengunakan LKS 88,2 % Sangat baik No Pernyataan Persenta se Kategori membuat kegiatan pembelajran menjadi menyenangkan

Berdasarkan tabel 4.9 dari segi visualisasi LKS dapat disimpulkan bahwa LKS yang telah dikembangkan memiliki kelayakan yang sangat baik. Ini dapat dilihat dari persentase jawaban persepsi siswa terhadap 6 aspek visualisasi yang secara keseluruhan jika dirata-ratakan adalah sebesar 87,07%.

Dari uji coba yang dilakukan kepada siswa SMP Negeri 6 Sungai Penuh secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa LKS yang telah dikembangkan sudah layak digunakan sebagai panduan untuk guru dan siswa khususnya SMP dalam melakukan eksperimen dengan mengunakan simulasi PhET. Hal ini dapat dilihat dari persentase persepsi siswa terhadap LKS ini yang memiliki kategori sangat baik. Contoh hasil LKS yang telah dikembangkan bisa dililhat pada gambar 2, 3 dan 4.

170 ISBN: 978-602-72071-1-0 Gambar 3. Contoh LKS Gambar 4. Contoh LKS

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 189-198)