• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMA PGRI I KOTA MOJOKERTO

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 171-173)

Rani Asmara

Guru Biologi SMA PGRI I Kota Mojokerto E-mail: adenias_cantik@yahoo.com

ABSTRAK

Tuntutan belajar pada abad 21 tidak hanya mengutamakan kemampuan berpikir kritis, penyelesaian masalah, kreativitas, dan inovasi tetapi juga keterampilan dalam berkomunikasi (BSNP, 2010). Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada Permendikbud No 54 Tahun 2013 juga menyatakan bahwa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan sebagai bekal untuk mengatasi tantangan eksternal. Keterampilan komunikasi yang baik dapat membantu peserta didik dalam menemukan sumber informasi baru, mengekspresikan ide dan pendapat untuk menanggapi dan mengklarifikasi (Griffith, 2004). Proses belajar mengajar di sekolah lebih banyak menekankan pada aspek mengetahui dan memahami. Aspek analisis, aplikasi, sintesis dan evaluasi jarang sekali dilakukan sehingga mengajarkan siswa dalam belajar hafalan. Menurut Hamalik yang di kutip Azhar

Arsyad (2002: 15) mengemukakan bahwa “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar

dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psokologis terhadap siswa". Penggunaan media yang tepat bagi siswa dapat membantu siswa memahami materi-materi yang bersifat abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melatih keterampilan berkomunikasi siswa menggunakan Media Analog Mekanis Reaksi Terang dan Pamasel yang berorientasi Strategi TTW dengan ujicoba pada 29 siswa SMA kelas XII IPA1 dengan rancangan one group pretest-posttes. Berdasarkan tes hasil belajar siswa, persentase ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari yang semula 10,34% sebelum menggunakan media menjadi 55% setelah menggunakan media. Keterampilan berkomunikasi siswa menunjukkan adanya peningkatan. Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran TASC untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Simpulan peneliti bahwa perangkat pembelajaran berorientasi pendekatan TASC layak untuk digunakan dan dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa.

146

ISBN: 978-602-72071-1-0

PENDAHULUAN

Tuntutan belajar pada abad 21 tidak hanya mengutamakan kemampuan berpikir kritis, penyelesaian masalah, kreativitas, dan inovasi tetapi juga keterampilan dalam berkomunikasi (BSNP, 2010). Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada Permendikbud No 54 Tahun 2013 juga menyatakan bahwa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan sebagai bekal untuk mengatasi tantangan eksternal. Keterampilan komunikasi yang baik dapat membantu peserta didik dalam menemukan sumber informasi baru, mengekspresikan ide dan pendapat untuk menanggapi dan mengklarifikasi (Griffith, 2004). Guru harus memastikan bahwa diskusi tidak diabaikan tetapi diberikan prioritas, sehingga tercipta suatu interaksi edukatif. Interaksi edukatif tidak berarti hanya berlangsung antara guru dan siswa, tetapi juga interaksi antar peserta didik.

Keterampilan berkomunikasi dapat dikembangkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW). Strategi TTW memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan menguji ide-ide di dalam pikiran mereka sebelum menuliskannya. Berbicara dalam suatu diskusi dapat melatih peserta didik menggunakan bahasa yang tepat dan menguji berbagai pendapat. Ketika peserta didik diberi kesempatan berbicara, maka konsep yang dikonstruksi dapat dituangkan dalam bentuk tulisan, dan tulisan tersebut lebih bermanfaat bagi peserta didik dalam memahami konsep yang telah diuji kebenarannya.

SMA PGRI I Kota Mojokerto adalah salah satu SMA swasta di Kota Mojokerto yang intake siswanya relatif rendah. Intake rendah ini disebabkan karena rata- rata siswa memilih sekolah di SMA PGRI I setelah mereka tidak diterima di sekolah manapun di Mojokerto, dengan kata lain bersekolah di SMA PGRI I Kota adalah pilihan terakhir bagi mereka. Sekolah tidak dapat menolak siswa yang datang untuk belajar karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Di SMA PGRI I terdapat beberapa siswa yang termasuk dalam kategori siswa berkebutuhan khusus (Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan). Siswa berkebutuhan khusus ini terdeteksi setelah proses KBM berlangsung beberapa bulan.

Salah satu kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas XII adalah memahami peran enzim dalam proses metabolisme dan menyajikan data tentang proses metabolisme. Pada salah satu materi

tersebut, peserta didik mempelajari tentang tahapan reaksi fotosintesis meliputi reaksi terang dan reaksi gelap. Tahapan reaksi-reaksi fotosintesis tersebut sangat abstrak dan membutuhkan analisis yang dalam serta kemampuan berfikir abstrak. Apabila materi ini disampaikan dengan teknik ceramah saja tanpa dibantu dengan media pembelajaran yang bersifat nyata maka peserta didik akan kesulitan dalam memahami konsep materi tersebut, pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar peserta didik kurang memuaskan. Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton dalam

bukunya Azhar Arsyad (2002: 9) menyatakan bahwa “

Media pembelajaran dapat memnuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: (1) Memotivasi minat atau tindakan, (2) Menyampikan informasi, (3) Memberi instruksi. Manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.

Penulis telah melakukan pembelajaran menggunakan beberapa metode untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar siswa pada materi fotosintesis, tetapi saat itu masih bersifat konvensional. Beberapa contoh kegiatan pembelajaran yang pernah dilakukan penulis adalah sebagai berikut: peserta didik diminta menafsir ulang sebuah teks tentang fotosintesis dan menuliskannya dalam bentuk yang berbeda seperti menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri, peserta didik diminta untuk membuat skema dan bagan, melakukan riset sederhana untuk mencari pemecahan masalah, serta menggunakan media animasi proses fotosintesis. Pada saat melakukan kegiatan- kegiatan tersebut, penulis kerap meminta peserta didik mencari sumber di internet. Kegiatan pembelajaran lain yang telah dilakukan adalah : meminta peserta didik untuk mengamati animasi tentang reaksi terang dan reaksi gelap pada proses fotosintesis, kemudian meminta siswa menafsirkan kembali dengan bahasa sendiri.

Hasil observasi penulis terhadap hasil pembelajaran pada materi Fotosintesis di kelas XII IPA1 dan XII IPA2 pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: untuk kelas XII IPA 1 peserta didik yang mendapatkan nilai 75 ke atas sebanyak 10,34%, yang memperoleh nilai 65 – 74 sebanyak 17,24%, dan peserta didik yang nilainya kurang dari 64 sebanyak 72,41%. Kelas XII IPA 2 peserta didik yang mendapatkan nilai 75 ke atas sebanyak 18,7%, yang memperoleh nilai 65 – 74 sebanyak 24,5%, dan peserta didik yang nilainya kurang dari 64 sebanyak 56,8%. Melihat hasil pembelajaran yang kurang memuaskan maka penulis melakukan kajian dan ditemukan data bahwa peserta didik yang memperoleh nilai tinggi adalah peserta didik yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan peserta didik yang memiliki nilai rendah belum mampu mengembangkan kemampuan berpikir secara abstrak. Abstrak yang dimaksud adalah kemampuan berpikir yang tidak terbatas pada hal-hal aktual serta pengalaman yang benar-benar terjadi tetapi

ISBN: 978-602-72071-1-0

kemampuan berpikir yang lebih fleksibel dan kompleks (Papalia, et all, 2001).

Berdasarkan refleksi dan evaluasi, contoh kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan ternyata kurang menarik dan menantang. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan penulis kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajarnya. Keterampilan berkomunikasi tersebut diperlukan dalam kehidupan sehari-hari siswa dan dapat membantu siswa memperbaiki prestasi dalam bidang akademik, sedangkan untuk kepentingan jangka panjang, keterampilan berkomunikasi dapat meningkatkan peluang pekerjaan, menguatkan kompetensi dalam profesi tertentu dan memperbaiki kualitas diri. Terlebih bagi siswa berkebutuhan khusus yang minim sekali berkomunikasi lisan dengan sesama peserta didik di dalam kelas. Kegiatan ini juga mengalami banyak kendala karena pengamatan tersebut dilakukan pada satu laptop yang dimiliki oleh guru, sehingga banyak siswa tidak belajar.

Kenyataan yang diamati, dihadapi dan dilakukan oleh penulis inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan sebuah inovasi Pemanfaatan Analogi Mekanis Reaksi Terang dan Media Pamasel Berorientasi Strategi TTW untuk melatihkan Keterampilan Berkomunikasi pada pembelajaran Biologi. Penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi dengan cara memvisualisasikan konsep tentang reaksi terang dan reaksi gelap menggugunakan analog reaksi terang dan papan magnet seluler (Pamasel).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik

Berikut disajikan dalam tabel 1 hasil pembelajaran reaksi terang dan reaksi gelap menggunakan media Analog Mekanik Reaksi Terang dan Pamasel yang berorientasi Strategi TTW.

Tabel 1. Data hasil belajar Fotosintesis sebelum dan setelah menggunakan media Analog mekanis reaksi terang dan Pamasel yang berorientasi strategi TTW

No

Rentang

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 171-173)