• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Rochmawati 1)

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 54-66)

Ainis Shofa Marwah2)

Indrajayanti Ratnaningsih3)

1),2),3)Mahasiswa pasacasarjana program studi sains Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Perangkat pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran. Menurut Jones (1998:1), perencanaan pelajaran adalah fitur kunci dari pembelajaran yang efektif di dalamnya terdapat aktivitas reflektif. Dalam dunia pendidikan, kecerdasan menduduki peran yang penting. Akan tetapi, seringkali kecerdasan dipahami secara parsial oleh sebagian para pendidik, orang tua, bahkan masyarakat secara luas. Sejarah membuktikan, sederet penemu besar dan ilmuwan hebat, sebagian dari mereka merupakan sosok yang pernah dianggap tidak pandai dan bahkan dikeluarkan dari sekolah. Jadi semua siswa pada hakikatnya cerdas, tidak ada siswa yang tidak pandai, yang ada adalah siswa dengan kemampuan rendah. Dan siswa dengan kemampuan rendah dapat belajar dengan baik jika mereaka mereka menemukan guru yang tepat dan metode belajar yang sesuai. Ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, kecerdasan ini disebut kecerdasan majemuk. Setidaknya siswa menggunkan dua hingga tiga jenis kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan belajar. Perangkat pembelajaran yang berbasis kecerdasan akan meudahkan bagi siswa yang memiki berbagai jenis kecerdasan yang berbeda yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di satu kelas tanpa memisahkan siswa berdasar jenis gaya belajarnya. Dengan memaksimalkan kecerdasan yang dimiliki siswa maka pemikiran kreatif siswa dapat pula dilatihkan dan nantinya dapat dijadikan bekal hidup siswa dalam bermasyarakat.

Kata kunci: Perangkat pembelajaran, Multiple intelligences, Berpikir kreatif

Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016

“Mengubah Karya Akademik Menjadi Karya Bernilai Ekonomi Tinggi”

Surabaya, 23 Januari 2016

ISBN 978-602-72071-1-0

PENDAHULUAN

Artikel ini ditulis sebagai hasil interpretasi atas sebuah teori yang disampiakn oleh Gardner dalam bukunya yang berjudul Multiple intelligences. Dalam teori yang disampaikan oleh Gardner tersebut, dia menyatakan bahwa setiap anak adalah cerdas. Sejalan dengan hhal tersebut, penulis juga merasa ada kaitan antara kecerdasan siswa dengan gaya mnegajar guru. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Yohanes Surya, seorang ahli fisika, ilmuwan dan pemerhati dan motivator pendidikan yang meyatakan bahwa, tidak ada anak yang tidak cerdas. Jika kita menemukan anak yang kurang pandai, artinya dia belum menemukan guru dan metode belajar yang tepat untuk dirinya.

Dalam dunia pendidikan, kecerdasan menduduki peran yang penting. Akan tetapi, seringkali kecerdasan dipahami secara parsial oleh sebagian para pendidik, orang tua, bahkan masyarakat secara luas. Berdasarkan hasil wawancara yang pernah dilakukan kepada orang tua siswa, dapat diketahui bahwa sebagian besar menganggap bahwa siswa pintar adalah siswa yang memiliki IQ yang tinggi dan memperoleh nilai tertinggi di kelas. Sedangkan siswa yang berprestasi dalam menari, olah raga, atau bermain musik dianggap kurang pintar jika mereka tidak mendapat nilai yang tinggi untuk mata pelajaran yang diikutinya di kelas.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pintar diartikan berbeda dengan cerdas. Pintar artinya pandai, cerdik atau mahir. Cerdas merupakan keadaan sempurna akal budi untuk berpikir dan mengerti, serta memiliki ketajaman pikiran. Kecerdasaan artinya perihal cerdas; kesempurnaan perkembangan akal budi, seperti kepandaian dan ketajaman pikiran. Jadi, cerdas memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari pintar atau pandai, karena untuk menjadi cerdas dibutuhkan kepandaian dan ketajaman pikiran terlebih dahulu.

Sejarah membuktikan, sederet penemu besar dan ilmuwan hebat, sebagian dari mereka merupakan sosok yang pernah dianggap tidak pandai dan bahkan dikeluarkan dari sekolah (Said, 2015:6), misalnya saja Thomas Alva Edison dan Albert Einstein. Padahal, sepanjang manusia memiliki otak maka dapat dikatakan manusia itu pandai (Said, 2015:03). Jadi, pada dasaranya tidak ada siswa yang tidak pandai, yang ada adalah siswa dengan kemampuan rendah. Siswa dengan kemampuan rendah akan dapat menyerap informasi dengan baik jika mereka belajar dengan guru yang tepat dan strategi pengajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan dan gaya belajarnya (Said, 2015:16).

Pernyataan Said tersebut diatas, didukung oleh Jasmine (1999:33), yang menyatakan bahwa pada dasarnya kecerdasan selalu dimiliki oleh manusia sejak manusia itu dilahirkan. Menurut Gardner (dalam Yaumi, 2012) ada 8 jenis kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, yaitu: (1) linguistik, (2) matematis, (3) visual, (4) musik, (5) kinestetik, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, dan (8) naturalistik. Kecerdasan-kecerdasan ini kemudian lebih dikenal dengan multiple intelligences atau kecerdasan majemuk. Setidaknya setiap siswa memiliki dua hingga tiga jenis kecerdasan yang bisa digunakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran

(Fleetham dalam Said dan Budimanjaya 215), Menurut Hudojo (1988:100) tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Dalam hal belajar, masing-maing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar.

Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Gardner (1999), setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Musfiroh (2008:38) dalam bukunya menjelaskan bahwa esensi teori multiple intelligences menurut Gardner adalah mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka, menghargai keunikan setiap individu dan berbagai variasi cara belajar mereka. Chatib (2009:100) memaparkan bahwa dalam faktanya, banyak siswa mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Ternyata, banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan dan berpotensi untuk sukses pada jenis kecerdasan yang dimilikinya.

Sayangnya, sistem pendidikan di Indonesia tidak memungkinkan untuk memisahkan siswa berdasarkan gaya belajar mereka. Hal ini akan menjadi salah satu hambatan pembelajaran (Chatib,2000:112). Padahal, belajar sesuai dengan gaya belajar merupakan cara yang paling mudah untuk sebuah informasi masuk ke dalam otak (Said dan Budimanjaya, 2015:5). Salah satu faktor yang menjadikan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional adalah proses kegiatan belajar mengajar. Jika siswa mengalami hambatan dalam menerima informasi saat kegiatan belajar megajar di dalam kelas, maka akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan dalam Undang- Undang Dasar 1945.

Selain itu, dalam pembelajaran dengan menggunakan kurikulum yang dijadikan acuan dalam pendidikan di Indonesia saat ini, yaitu kurikulum 2013. Adapun tujuan dirancangnya kurikulum 2013 adalah menciptakan insan yang beriman, produktif, kreatif, dan inovatif serta mampu memberikan kontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembelajaran yang tidak sesuai dengan gaya belajar siswa mengakibatkan informasi yang masuk menjadi terhambat. Tentu saja hal ini juga menjadi salah satu hambatan terwujudnya tujuan kurikulum 2013.

Sebagaimana diketahui, data yang diperoleh dari CIA Word Factbook 2004, Indonesia menduduki urutan ke empat untuk jumlah penduduk terbesar di dunia, yaitu sebesar 241.452.952 jiwa. Jika jumlah warga yang besar tersebut tidak bisa diarahkan potensinya dengan baik, maka jumlah tersebut akan menjadi beban pembangunan bangsa. Oleh karenanya kemampuan berpikir kreatif sudah sepatutnya menjadi salah satu tujuan utama

30

ISBN 978-602-72071-1-0

bangsa, dan melalui pendidikanlah tujuan tersebut bisa tercapai.

Pada proses pembelajaran, siswa harus dilatiihkan kecakapan berpikir (Aryana dalam Rosidi, 2013). Keterampilan berikir diperlukan oleh setiap orang untuk berhasil dalam kehidupannya. Menurut implikasi dari teori Piaget meyatakan bahwa pembelajaran dipusatkan pada proses berpikir atau proses mental, bukan sekedar pada hasilnya (Slavin, 2011). Salah satunya adalah proses berikir kreatif, yang merupakan aktivitas mental untuk mengembangkan atau menemukan ide-ide asli, estetis, konstruktifis yang berhubungan langsung dengan pandangan konsep dan menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional (Krulik and Rudnick dalam Rosidi, 2013).

Pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan dalam rangkaian pengembangan sumber daya manusia yang bermutu (Hamalik, 1994:10). Sejalan dengan pendapat tersebut pengembangan kurikulum menjadi bukti besarnya keinginan pemerintah untuk menjadikan setiap warganya dapat menjadi modal pembangunan. Pentingnya kemampuan berpikir kreatif juga dituangkan secara eksplisit di dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 67 tahun 2013, tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum, bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.

Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan intelektual manusia yang sangat penting karena termasuk dalam kemapuan menyelesaikan masalah, kemapuan seperti ini disebut sebagai berpikir kreatif (Selwanus, 2010:52). Roger (1962) dalam Munandar (2009:18) menekankan bahwa sumber dari kreatifitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkann potensi dan dorongan untuk berkembang dan menjadi matang. Hal tersebut dapat berjalan dengan dengan baik jika siswa mengoptimalkan kecerdasan dalam diri mereka. Dengan kecerdasan yang unik yang dimiliki tiap siswa, maka akan memudahkan dalam proses masuknya informasi. Hal ini tentu saja bisa berjalan dengan baik jika didalam pembelajaran di dalam kelas menggunakan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kecerdasan yang dimiliki siswa yang.

PEMBAHASAN

Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran. Menurut Jones (1998:1), perencanaan pelajaran adalah fitur kunci dari pembelajaran yang efektif di dalamnya terdapat aktivitas reflektif. Refleksi ini berfokus pada isu-isumendasar untuk semua pembelajaran yang meliputi tujuan, penyampaian, proses pembelajaran dan mekanisme evaluasi. Dalam KBBI (2007:17), perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar.

a) Silabus

Berdasarkan Permendikbud no. 65 tahun 2013 tentang standar proses (kemendikbud, 2013:5) silabus merupakan acuanpenyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat: Identitas mata pelajaran, kompetensi inti,tema, materi pokok, pembelajaran, tema, alokasi waktu, media, sumber belajar dan penilaian.

b) Buku Ajar Siswa

Menurut Majid (2011:173) bahan ajar adalah segala bentuk bahan guna membantu guru dalam pembelajaran. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat memelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Menurut Sudjana (2009:67) bahan ajar meruapakan materi pelajaran yang diberikan kepadasiswa pada saat pembelajaran. Melalui bahan ajar diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Bahan ajar yang diberikankepada siswa harus sesuai dengan kurikulum yang digunakannya.

c) Lembar Penilaian

Berdasarkan Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian, penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahaninformasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhirsemester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujiannasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Penyusunan penilaian hasil belajar siswa didasarkan pada prinsip-prinsip: (1) objektif, (2) terpadu, (3) ekonomis, (4) transparan, (5) akuntabel, (6) edukatif. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkanpada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteriaketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikandengan memertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akandicapai, daya dukung, dan karakteristik siswa.

d) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Menurut Trianto (2007), LKSmerupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Menurut Madjid (2005), LKSmerupakan lembar kegiatan yang biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.

Pengertian multiple intelligences

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kecerdasan merupakan kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian dan ketajaman pikiran).

ISBN 978-602-72071-1-0

Kecerdasan majemuk artinya meiliki lebih dari satu kecerdasan. Konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences ini diperkenalkan oleh Prof.

Howard Gardner, yaitu seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvard Graduate School of Education dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan (Jasmine, 2014:14)

Konsep multiple intelligences menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame or Mind : The Theory of Multiple Intelligences, ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu. Dari berbagai jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan tiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap siswa cerdas. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan linguistik, logis matematis, spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.

Gardner juga mengatakan bahwasanya kemungkinan akan ada lagi jenis kecerdasan yang lainnya diluar yang telah disebutkan diatas. Dengan demikian daftar kecerdasan majemuk dapat disusun ulang dan ditambahkan. Tidak menjadi soal apakah akan ada kecerdasan yang lebih banyak atau tidak, kedelapan kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner dapat kita jadikan langkah besar menuju titik dimana tiap individu dihargai berdasar kemampuannya masing-masing (Jasmine, 2012: 12).

Jenis-jenis kecerdasan majemuk

1. Kecerdasan Linguistik (WordSmart)

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan (Baum dalam Yaumi, 2012). Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.

Siswa dengan kecerdasan linguistik mereka cenderung suka mengajukan banyak pertanyaan, suka bicara, memiliki banyak kosakata, suka membaca dan menulis, memahami fungsi bahasa, dapat berbicara tentang keterampilan bahasa (Yaumi, 2012:15).

2. Kecerdasan Logika Matematika (LogicSmart) Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Siswa dengan kecerdasan ini, ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika,dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif (Kezar, 2001). Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses

berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar (Said, 2015:112).

3. Kecerdasan Kinestetik (BodySmart)

Kecerdasan kinestetik atau fisik adalah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, dan perasaan (Yaumi, 2012:17). Kecerdasan ini juga meliputi kemampuan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan. Ciri gaya belajar kinestetik adalah gemar menyentuh sesuatu yang dujumpainya, menggunakan obyek nyata sebagai alat bantu belajar, banyak gerakan fisik dan koordinasi tubuh yang baik, saat membaca menunjuk kata-katanya dengan jari tangan, unggul dalam olahraga dan keterampilan tangan dan menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan sesuatu (Said, 2015:227).

4. Kecerdasan Visual Spasial (PictureSmart)

Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model mental (Jasmine, 2012:21). Visual artinya gambar. Spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna,garis,bentuk,ruang,ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.

Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian visual seperti film, gambar, video dan peragaan yang mennggunakan slide (Jasmine, 2012:21).

5. Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut (Yaumi, 2012:20). Siswa dengan kecerdasan ini mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan–aturan), etika (sopan santun), dan moral. Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan dunia batin.

6. Kecerdasan Interpersonal ( PeopleSmart)

Siswa dengan kecerdasan interpersonal memahami proses belajar mengajar dengan interaksi bersama dengan orang lain secara efektif (Chatib dan Said, 2012:94). Siswa dengan kecerdasan interpersonal peka pada ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain, dan umumnya dapat memimpin kelompok.

7. Kecerdasan Musikal (MusicSmart)

Musik mampu memengaruhi otak dengan cara yang luar biasa. Siswa yang melakukan apersepsi sebelum belajar, otaknya akan terkkondiisi pada frekuensi 9-13 hertz, artinya otak siswa dalam kondisi alpha, yaitu suatu kondisi rileks, santai dan memikirkan jalan keluar terhadap suatu masalah dan siap mempelajari suatu materi (Said, 2015: 214).

32

ISBN 978-602-72071-1-0

Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbre dari musik yang didengar (Jasmine, 2016:3). 8. Kecerdasan Naturalis (NatureSmart)

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan, dan bagian lain dari alam semesta. Menurut Armstrong (dalam Said 2015), jika sebuah kelas dimana gaya belajar dan kecenderungan kecerdasan siswa dominan naturalis, maka disarankan dua hal: pertama, proses pembelajaran perlu dilakukan di luar kelas yang diatur secara alami. Kedua, dunia alam perlu dibawa lebih banyak ke dalam kelas dan area lainnya di dalam gedung sekolah, sehingga siswa yang cenderung naturalis dapat memiliki akses yang lebih besar.

Strategi Pengajaran Multiple Intelligences

Strategi pengajaran berbasis kemampuan majemuk dapat dilakukan oleh guru dipaparkan dalam tabel dibawah ini:

ISBN 978-602-72071-1-0

Tabel 1: kemampuan yang dimiliki siswa terkait dengan kecerdasan majemuk yang dimilikinya serta jenis-jenis strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru.

34

ISBN 978-602-72071-1-0 Jenis

kecerdasan Kemampuan dominan Strategi pengajaran Linguistik pengucapan, abjad, fonik

(suara), membaca, menulis, mendengar, berbicara, berdiskusi, memberikan laporan lisan, memainkan permainan kata

bermain peran, memperdengarkkan lagu, mengisi buku harian, berdialog, ceramah, diskusi, tanya jawab, wawancara, presentasi, pelaporan oral, reporter, bercerita, dongeng, debat, membaca nyaring, puisi, tebak kata, aksara bermakna, pantun, menulis imajinatif, menulis informasi, menulis cerpen, menulis novel, menulis cerita dari komik, menulis laporan, menulis personal, kosakata, teka-teki silang, pidato, acak kata, menyusun skenario,

matematis bilangan dan angka, berbagai macam pola, berhitung, komputasi, pengukuran, geometri, statistik, kemungkinan, pemecahan masalah, logika, strategi, membuat grafik

bermain puzzel atau ular tangga, bermain dengan bentuk-bentuk geometri, pengamatan, discovery, problem solving, identifikasi, klasifikasi, separasi, kuantifikasi, komparasi, prosedural teks, pendataan, tebak angka, tebak simbol, sudoku, eksperimen, action research, studi kasus, analogi, tebak logis

Visual hal-hal ynag berkaitan dengan film,video, gambar, lukisan, peta, diagram, puzel jigsaw, berimajinasi dan berperan

melukis, menggambar, mewarnai, memberikan kesempatan untuk mencoret-coret, membuat prakarya, mind map, menulis diudara, urutan gambar, tebak gambar, menggambar imajinatif, tebak sketsa wajah, menggambar makna simbol, membaca peta, movie learning, menebak peta, membaca gambar

Musikal mendengarkan musik, menciptakan musik secara vokal, memproduksi melodi, menyelidiki dan merespon bunyi, gerakan ritmik, menciptakan ritme

bermain alat musik (baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan sendiri), meminta siswa untuk menciptakan irama, diskografi (mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan topik tertentu), meminta siswa untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya saja maupun dengan melodinya, menirukan berbagai nada, memperdengarkan musik instrumentalia, parodi, konser, games tebak bunyi, bernyanyi

kinestetik keterampilan otot, kegiatan fisik, membuat benda, peragaan, tarian, olah raga, berkeliling, bahasa tubuh, koordinasi mata dan tangan

bermain peran, bermain drama, berolahraga, menirukan gerakan orang, lompatan benar salah, gerakan kreatif, games ular tangga, simulasi, demomenstrasi, lari kanan kiri benar salah, injak angka interpersonal bekerjasama dalam

kelompok belajar koopoeratif, penyelesaian konflik, mencapai kesepakatan, tanggung jawab badan atau organisasi siswa dan sekolah,

kehidupan berteman dan sosial, empati

kerja kelompok, sosio drama, jigsaw, cerdas cermat berantai, menulis surat atau pesan untuk sahabat, melatih siswa menghargai perbedaan pendapat, menumbuhkan sikap ramah dan peduli sesama, melatih anak mengucapkan terima kasih, minta tolong, atau minta maaf, melatih kesabaran menunggu giliran

intrapersonal refleksi, analisis diri, percaya diri, mandiri, harga diri, pengelolaan waktu, merencanakan masa depan

bercakap-cakap tentang cita-cita, mengisi buku harian atau jurnal sederhana, bermain menghadap cermin dan menggambarkan atau menceritakan apa yang dilihatnya, mengajak siswa berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku, membuat jadwal kegiatan sehari-hari

Natural kepekaan membedakan spesies, mampu meneliti gejala alam dan berinteraksi dengan lingkungan

tebak suara hewan, identifikasi tumbuhan,karyawisata, menceritakan apa yang dilihat ketika memandang keluar jendela, Memelihara hewan atau membawa hewan ke kelas dan mengamatinya, Menanam pohon di halaman rumah dan mencatat perkembangannya, Membuat herbarium sederhana atau membuat kebun atau taman sebagai proyek bersama

ISBN 978-602-72071-1-0

Pengertian dan jenis gaya belajar

Menurut DePorter dan Hernacki dalam Haryanto (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis

gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality).

1. Gaya belajar visual (VisualLearners)

Gaya Belajar Visual menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 54-66)