• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji t*** Sig (2-tailed) = 0,

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 89-91)

Keterangan:

*Shapiro-Wilk test **Levene Test

***Independent Sample Test

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hasil uji normalitas dengan shapiro-wilk tes diperoleh nilai sig. sebesar 0,099 dan lebih besar dari 0,05. Dengan demikian N-gain kemampuan inkuiri siswa berdistribusi normal. Uji homogenitas dengan menggunakan levene test diperoleh nilai sig 0,068 > 0,05, yang berarti data homogen.

Uji statistik dengan uji-t diperoleh nilai signifikansi

0,000. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Jika dibandingkan dengan nilai α maka nilai sig. tersebut lebih besar (sig. 0,000> α 0,05). Hasil

pengujian tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan inkuiri siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan demikian pembelajaran inkuiri berbasis ekosistem mangrove lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatakan kemampuan inkuiri siswa.

Kemampuan inkuiri merupakan kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan inkuiri selama proses pengamatan. Kemampuan inkuiri pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran inkuiri berbasis ekosistem mangrove berbeda dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Perbedaan kemampuan inkuiri tersebut dikarenakan pada kelas eksperimen siswa belajar pada kondisi yang otentik (Rosnita, 2012:153). Pada pembelajaran inkuiri berbasis ekosistem mangrove, siswa melakukan serangkaian kegiatan inkuiri untuk mengamati fenomena di ekosistem mangrove. Kegiatan tersebut meliputi merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang penyelidikan, menggunakan alat dan teknik pengumpulan data, melakukan interpretasi data dan membuat kesimpulan, mengkumunikasikan prosedur dan hasil penyelidikan, dan menggunakan matematikan dalam penyelidikan.

Secara tidak langsung selama kegiatan tersebut berlangsung siswa mendapatkan latihan untuk melakukan kegiatan inkuiri yang dapat meningkatkan kemampuan inkuiri yang mereka miliki. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Gulo dalam Purwanto et.al, 2013 bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri sehingga dengan model pembelajaran tersebut kemampuan berinkuiri siswa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang.

Kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran inkuiri berbasis ekositem mangrove menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dalam pelaksanaannya. Pada inkuiri terbimbing kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam merancang prosedur kerja untuk menjawab masalah-

masalah baru yang dipilih (Suyatna, 2006). Pada proses pembelajaran yang berlangsung guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan arahan kepada siswa. Adanya bimbingan dan arahan guru selama proses pembelajaran membantu siswa dalam memahami bagaimana cara melakukan serangkaian kegiatan inkuiri tersebut. Dengan kegiatan semacam itu secara tidak langsung siswa mendapatkan bimbingan untuk menguasai kemampuan inkuiri.

Aktivitas inkuiri selam pembelajaran berlangsung juga diamati pada penelitian ini. Aktivitas inkuiri siswa selama kegiatan pembelajaran adalah sebagaiberikut.

k

Gambar 3. Grafik perbandingan aktivitas siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol

Pada gambar 3 terlihat bahwa aktivitas inkuiri siswa pada kelas kontrol lebih rendah persentasenya dibandingkan dengan aktivitas inkuiri siswa pada kelas eksperimen. Aktivitas menggunakan alat dan teknik pengumpulan data yang tepat menjadi aktifitas yang paling dominan dibandingkan dengan aktivitas lainnya, yaitu 47,83%. Sedangkan pada kelas eksperimen aktivitas yang paling dominan adalah aktivitas merumuskan masalah yaitu 72,46%. Aktivitas menggunakan matematika pada penyelidikan menjadi aktivitas yang paling rendah pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Pada kelas kontrol aktivitas menggunakan matematika pada penyelidikan yaitu sebesar 13,04% dan pada kelas eksperimen sebesar 21,74%.

Pada kelas eksperimen rata-rata aktivitas siswa sebesar 54,6% sedangkan pada kelas kontrol aktivitas inkuiri siswa sebesar 31,6%. Aktivitas inkuiri siswa menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen aktivitasnya lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Aktivitas inkuiri siswa pada kelas eksperimen termasuk ke dalam kategori aktif sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kategori kurang aktif.

Keterangan:

1) Merumuskan masalah, 2) Membuat hipotesis, 3) Merancang penyelidikan, 4) Menggunakan alat dan teknik pengumpulan

data yang tepat, 5) Menginterpretasi data dan membuat kesimpulan, 6) Mengkomunikasikan hasil penyelidikan, 7)

64

ISBN 978-602-72071-1-0

Jika dilihat dari tiap indikator aktivitas inkuiri, aktivitas inkuiri siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol aktivitas menggunakan alat dan teknik pengumpulan data yang tepat (47%) merupakan aktivitas dengan persentase tertinggi yang termasuk kategori cukup aktif. Aktivitas merumuskan masalah (37,68%), membuat hipotesis (36,96%), merancang penyelidikan (31,88%), menginterpretasi data dan membuat kesimpulan (32,61), dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan (28,99%) termasuk ke dalam kategori kurang aktif. Sedangkan aktivitas menggunakan matematika pada penyelidikan (13,04%) termasuk kategori sangat kurang aktif.

Pada kelas eksperimen aktivitas siswa dalam merumuskan masalah (72,46%), membuat hipotesis (63,04%), merancang penyelidikan (68,11%) dan menggunakan alat dan teknik pengumpulan data yang tepat (71,73%) termasuk ke dalam kategori aktif. Untuk aktivitas menginterpretasi data dan membuat kesimpulan (54,35%) termasuk ke dalam kategori cukup aktif. Sedangkan aktivitas mengkomunikasikan hasil penyelidikan (39,13%) termasuk kategori kurang aktif dan aktivitas menggunakan matematika pada penyelidikan (21,74%) merupakan aktivitas yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang aktif. Lemahnya aktivitas mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan aktivitas menggunakan matematika pada penyelidikan sebagaimana yang diungkapkan Rusefendi dalam Rosnita (2012) bahwa guru umumnya gagal membantu siswa dalam mengembangkan kompetensi dalam belajar matematika adalah dalam hal kemampuan melakukan telaah tentang pola dan hubungan antar fakta, data empiris secara logis dalam menarik suatu kesimpulan.

PENUTUP Simpulan

Pembelajaran inkuiri berbasis ekosistem mangrove dapat meningkatkan kemampuan inkuiri dan dapat mengkatifkan siswa dalam kegiatan inkuiri lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan secara konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

Djojosediro. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA.online tersedia. http:// pjjpgsd.unesa.ac.id.

Frankel et al. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Companies

Kunandar. (2010). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Kusmana,C., Onrizal & Sudarmadji. (2000). Jenis-jenis pohon mangrove di Teluk Bintuni, Papua. Fakultas Kehutanan IPB

Oguz-unver, A. dan Arabacioglu, S. (2011). “Overviews on Inquiry Based and Problem Based Learning Methods”. Western Anatolia Journal of Education Science.

Rosnita. (2012). Pengembangan program perkuliahan konsep ilmu pengatahuan bumi dan antariksa untuk meningkatkan kemampuan inkuiri dan menerapkannya dalam pembelajaran bagi calon guru sekolah dasar. Disertasi. UPI

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Prena Media

.

Suma, K. (2010). “Efektivitas Pembelajaran Berbasis

Inkuiri dalam Peningkatan Penguasaan Konten dan Penalaran Ilmiah Calon Guru Fisika”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

ISBN 978-602-72071-1-0

EFISIENSI IMPLEMENTASI KUNCI DIKOTOMI

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 (Halaman 89-91)