• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

Dalam dokumen BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 ISSN (Halaman 111-120)

Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah hasil tes ulangan harian, hasil non tes berupa observasi pada saat berlangsungnya PBM serta wawancara (setiap akhir siklus).

Hasil Tes Awal

Perencanaan (Planning)

Dari perencanaan penelitian ini diperoleh data tentang peningkatan kemampuan menulis inspiratif melalui model pembelajaran kontekstual dengan inspirator Gambar Peristiwa pada siswa kelas IX-1 MTsN 1 Balikpapan Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan KKM 78. Aspek yang dinilai dari hasil menulis inspiratif siswa adalah: 1) diksi (pilihan kata); 2) pengimajinasian; 3) gaya bahasa; 4) makna dan isi inspiratif; dan 5) kesesuain isi dengan judul inspiratif. Adapun

BORNEO, 106 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

hasil tes awal menunjukkan bahwa hanya 9 siswa (22,5%) yang tuntas, sementara 31 siswa (77,5) masih di bawah ketuntasan.

Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kelas IX-1 mendapatkan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia pada hari jam Senin jam ke-7 dan ke-8, serta pada hari Kamis jam ke 4 dan ke 5.

Berdasarkan hasil test awal bahwa dari 40 siswa; 31 orang siswa memperoleh nilai ≤ 70, 7 siswa ≤ 80 dan hanya 2 orang siswa yang memperoleh nilaiu 81 . dan tidak ada yang memperoleh nilai 91-100.

Observasi (Observing)

Teknik observasi dilakukan secara terus menerus dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Evaluasi dilakukan terhadap dampak dari pemberian dengan metode kontekstual bermedia gambar selama proses belajar mengajar terhadap hasil belajar dan peningkatan minat siswa. Dalam pelaksanaan pratest diperoleh hasil pengamatan pembelajaran yang berupa pengamatan kegiatan siswa dan pengamatan kegiatan guru.

Refleksi

Dari data di atas diperoleh data tentang kemampuan awal siswa dalam menulis inspiratif. Jumlah rata-rata hitung yang diperoleh siswa dari keseluruhan aspek yang dinilai adalah 60,37 atau jika dipersentasekan berjumlah 60,37 %. Dari hasil pra tes ini dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa kelas IX-1 MTsN 1 Balikpapan dalam menulis inspiratif masih kategori “kurang”.

Siklus I

Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti melakukan Observasi terkait dengan kegiatan pembelajaran. Dari hasil observasi inilah dapat diketahui prilaku siswa sudah mendapatkan hasil lebih baik atau belum. Adapun dari hasil pengamatan yang telah di lakukan yakni:

1. Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP) yang menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa.

2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung belajar yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti materi pembelajaran, data kelas, lembar kerja pembelajaran.

3. Mempersiapkan format penilaian berupa format lembar observasi pembelajaran.

4. Mempersiapkan daftar pertanyaan wawancara serta soal tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah tindakan pada siklus I

Adapun hasil siklus I menunjukkan bahwa ada 18 siswa (45%) yang tuntas, sementara 22 siswa (55%) masih belum tuntas, namun dalam katagori “cukup”

107

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

dengan rata-rata 69,9.

Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kelas IX-1 mendapatkan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia pada hari jam Senin jam ke-7 dan ke-8, serta pada hari Kamis jam ke 4 dan ke 5.

Tabel 4. Hasil Siklus I

Nilai Jumlah Siswa Prosentase

0 – 70 22 55 %

71 – 80 8 20 %

81 – 90 10 25 %

91 – 100 - -

Jumlah Seluruhnya 40 100 %

Sedangkan prosentase ketuntasan belajar: 𝐾𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎× 100% = 18

40× 100 = 45% Pada tes siklus I ini, hasil tes kemampuan menulis inspiratif melalui model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa pada siswa kelas IX-1 MTsN 1 Balikpapan secara klasikal menunjukan kategori ”cukup”. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai yang mencapai 69,9 dan belum memenuhi standar ketuntasan belajar mengajar yaitu sebesar 78.00.

Observasi (Obseving)

Teknik observasi dilakukan secara kontinue atau terus menerus dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Evaluasi dilakukan terhadap dampak dari pemberian metode kontekstual selama proses belajar mengajar terhadap hasil belajar dan peningkatan minat siswa.

1. Teknik observasi dilakukan secara terus menerus dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar.

2. Keaktifan anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas. 3. Peningkatan kemampuan pada setiap kelompok.

4. Peningkatan minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya standart kompetensi memahami inspiratif dengan kompetensi dasar menulis inspiratif siswa adalah: a) diksi (pilihan kata); b) bentuk tulisan; c) struktur bahasa; d) makna dan isi inspiratif; dan e) kesesuain judul dengan konteknya.

Refleksi Siklus I

Dilihat dari nilai rat-rata pada siklus I yang diperoleh dari 40 siswa adalah 6,9 dengan kategori cukup. Pada siklus I peneliti menemukan masalah yang dihadapi siswa dalam menulis inspiratif dengan Gambar Peristiwa melalui pembelajaran kontekstual. Adapun masalahnya sebagai berikut:

1. Siswa masih banyak tidak menggunakan majas melainkan menggunakan kata-kata biasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

BORNEO, 108 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

2. Daya imajinasi siswa masih perlu ditingkatkan.

3. Masih ditemukan judul pada inspiratif yang dibuat oleh siswa yang tidak sesuai antara judul dengan isi inspiratif.

4. Pilihan kata (diksi) dalam menulis inspiratif belum maksimal.

5. Hanya sedikit siswa yang mau bertanya mengenai cara menulis inspiratif.

Siklus II Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, perlu dilakukan perencanaan yang lebih baik untuk tindakan siklus II. Perencanaan tindakan siklus II dapat dirinci sebagai berikut:

1. Peneliti bersama guru secara kolaboratif menganalisis silabus untuk menyesuaikan pokok bahasan agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Peneliti menjelaskan kepada guru mengenai skenario prosedur pembelajaran yang akan dilakukan di dalam menerapkan model pembelajaran.

3. Peneliti secara kolaboratif bersama guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan.

4. Alat evaluasi berupa tes yang menugaskan siswa membuat inspiratif. 5. Pedoman dan kriteria penilaian untuk mengoreksi hasil tulisan.

6. Sudah banyak siswa yang menggunakan majas dalam menulis inspiratif.

7. Mendengarkan keluhan siswa yang menjadi faktor penghambat dalam menentukan judul yang sesuai dengan isi inspiratif.

8. Melakukan pendekatan khusus bagi beberapa siswa yang belum maksimal menggunakan pilihan kata (diksi) dalam menulis inspiratif.

9. Memberi semangat, arahan, dan dorongan bagi siswa khususnya yang belum mau bertanya mengenai cara menulis inspiratif dan meningkatkan daya imajinasi siswa.

Setelah dilaksanakan tes maka dapat diketahui hasil penilaian siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode kontekstual pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX-1 MTsN 1 Balikpapan. Adapun hasil penilaian pada siklus II siswa dapat menulis inspiratif dengan baik dan berimajinasi seperti yang diharapkan dengan nilai ketuntasan 100% dengan rata-rata 88,8.

Pelaksanaan (Acting)

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil refleksi setelah tindakan pada siklus I, penulis merancang skenario pembelajran baru pada siklus II dengan langkah-langkah tindakan sebagai berikut:

1. Setelah mempersiapkan kelas untuk memulai pembelajaran, guru menulis tujuan pembelajaran di papan tulis. Siswa memperhatikan dan menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan saksama.

2. Guru menyampaikan garis besar materi pembelajaran dengan menggunakan peta konsep/bagan yang ditulis di papan tulis mengenai cara manfaat menulis inspiratif, cara menulis inspiratif, serta menggunakan majas/gaya bahasa dalam inspiratif. Siswa mendengarkan dan menyimak dengan serius informasi yang disampaikan guru.

109

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

mendiskusikan materi pelajaran yang diterapkan.

4. Guru mempersilakan salah satu kelompok maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menggunakan kertas inspiratif yang telah mereka rancang. Walaupun masih ada yang masih lamban dalam menyelesaikan tugasnya namun siswa terlihat lebih kreatif, lebih serius dan kerjasama antar anggota kelompok lebih meningkat dari sebelumnya. Siswa juga terlihat lebih antusias saat online menggali informasi dari internet untuk menanggapi pertanyaan yang timbul saat sesi tanyajawab.

5. Memberikan motivasi dan dorongan pada kelompok siswa rendah/pasif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pada siklus II ini kelompok siswa rendah/ pasif sudah menampakkan keaktifan dan keberanian mereka dalam menyampaikan ide/pendapat mereka, walaupun akurasi jawaban mereka masih belum maksimal namun mereka sudah menampakkan peningkatan dalam proses pembelajaran.

6. Guru menyimpulkan ide/pendapat siswa dari hasil tanya jawab/diskusi yang terjadi di kelas sebagai umpan balik dan penguatan atas hasil kerja mereka. 7. Guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa serta menambahkan

hal-hal essensial yang belum terungkap.

8. Melaksanakan evalusi untuk mengetahui prestasi/ hasil belajar siswa setelah tindakan pada siklus II, kemudian diperoleh hasil ulangan harian II.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kelas IX-1 mendapatkan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia pada hari jam Senin jam ke-7-8, dan pada hari Kamis jam ke 4 dan 5. Dengan hasil; 2 orang siswa yang memperoleh nilai ≤ 70 , 38 orang siswa yang memperoleh nilai ≤ 90

Observasi (Obseving)

Teknik observasi dilakukan secara kontinue atau terus menerus dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Evaluasi dilakukan terhadap dampak dari pemberian metode kontekstual selama proses belajar mengajar terhadap hasil belajar dan peningkatan minat sisiwa.

1. Teknik observasi dilakukan secara terus menerus dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar.

2. Keaktifan anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas. 3. Peningkatan kemampuan pada setiap kelompok.

4. Peningkatan minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya standart kompetensi memahami inspiratif dengan kompetensi dasar menulis inspiratif siswa adalah: a) diksi (pilihan kata); b) pengimajinasian; c) gaya bahasa; d) makna dan isi inspiratif; dan d) kesesuain isi dengan judul inspiratif.

Hasil Wawancara

Wawancara akhir dari siklus II dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan balik siswa mengenai dampak dari aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil wawancara adalah sebagai berikut:

1. Kelompok siswa pandai menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran membuat mereka lebih mandiri dan menyadari arti penting kerjasama yang baik antar

BORNEO, 110 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

sesama teman. Melalui contoh kongkrit dan sumber belajar yang bervariatif membuat pengetahuan dan wawasan bertambah terhadap materi pelajaran dan mereka menyatakan merasa puas dengan hasil belajar yang telah dicapai. 2. Kelompok siswa yang memiliki antusias yang tinggi menyatakan bahwa

mereka lebih percaya diri mengungkapkan ide/ pendapat dan dapat belajar menghargai pendapat orang lain. Wawasan dan pengetahuan bertambah karena dapat melihat contoh kongkrit dan dapat belajar dari lingkungan. Mereka juga menyatakan puas dengan hasil belajar yang telah dicapai.

3. Kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah/ pasif menyatakan bahwa kegiatan belajar membuat mereka lebih percaya diri dan lebih semangat belajar setelah mendapat motivasi dari guru, namun mereka menyatakan membutuhkan waktu lebih untuk menguasai materi dan mereka menyatakan puas dengan dengan hasil belajar yang dicapai.

Refleksi Siklus II

Pada siklus II proses kegiatan belajar mengajar sudah lebih baik dari siklus I hal ini disebabkan kelemahan-kelemahan pada siklus I sudah diperbaiki antara lain:

1. Penyebaran anak disesuaikan dengan kemampuan anak dalam kelas tersebut. 2. Kelompok siswa diperbaki dengan pengertian penyebaran heterogen satu

kelompok terdiri dari 4 siswa.

3. Sarana media pembelajara dilengkapi.

4. Modul atau materi pembelajaran diberikan lebih awal sehingga siswa lebih siap dalam proses belajar mengajar.

Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II secara individu banyak siswa yang memperoleh nilai baik serta mampu menulis inspiratif melalui metode kontekstual dengan media gambar peristiwa terjadi perubahan dan mengalami peningkatan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan siswa dan guru menunjukkan bahwa kemampuan menulis inspiratif melalui model pembelajaran kontekstual dengan inspirator Gambar Peristiwa pada siswa kelas IX-1 MTsN 1 Balikpapan dapat membantu siswa dalam meningkatkan dalam menulis inspiratif. Hal tersebut dapat dilihat pada tes awal nilai ketuntasan hanya 9 siswa (22,5%) dan siswa yang belum mencapai 31 orang (77,5%) dengan nilai rata-rata 60,37 dengan kualifikasi “kurang” (D). Setelah tindakan pada siklus I yang tuntas ada 18 siswa (45%) dengan nilai rata-rata 69,90 dalam kualifikasi “cukup” (C). Artinya ada peningkatan 60%. Walaupun pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa, namun penelitian ini belum mencapai target kriteria keberhasilan karena siswa yang belum tuntas mencapai 80%, oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada siklus II.

Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II dengan skenario pembelajaran yang baru, diperoleh hasil yang menggembirakan dimana hasil observasi pembelajaran menunjukkan peningkatan pada semua aspek penilaian yang

111

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

mencapai nilai rata-rata 88,8 dengan kualifikasi sangat baik (A). Jika pada siklus I yang tuntas hanya 18 siswa (45%) maka pada siklus II ini ketuntasan dapat mencapai 100%. Dari semua hasil tindakan mulai dari siklus I sampai Siklus II, dapat membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kontekstual menulis inspiratif dengan inspirator media gambar peristiwa dapat meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa menulis inspiratif melalui model pembelajaran kontekstual dengan inspirator Gambar Peristiwa pada siswa kelas IX-1 MTsN 1 Balikpapan Tahun Pelajaran 2018/2019

KESIMPULAN

1. Penerapan model pembelajaran kontektual dengan dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita inspiratif pada siswa kelas IX-1 MTsN 1 Tahun Pelajaran Balikpapan 2018/2019. Hal ini berdasarkan pada nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap siklus . Pada tes awal siswa memperoleh nilai 60,37 meningkat pada siklus I menjadi 69,9 dan pada siklus II menjadi 88,8. Dan disamping itu peserta didik diaktifkan untuk mengkonstruksi pengetahuan yang diperolehnya dengan berdiskusi untuk mencari pemecahannya.

2. Dengan penerapan model pembelajaran kontekstual ini dapat meningkatkan kerjasama dan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat atau ide sehingga proses belajar mengajar semakin hidup. peserta didik memiliki pengalaman yang dapat di gunakan untuk mempelajari dan mengindentifikasi atau memecahkan masalah dalam konteks baru. Dan dapat menghubungkan antara dengan isu-isu dalam kehidupan nyata.

SARAN

1. Guru-guru bidang studi Bahasa Indonesia juga guru-guru bidang studi lainnya supaya memberi motivasi kepada siswa agar tidak mengabaikan pembelajaran sastra khususnya menulis inspiratif.

2. Untuk meningkatkan apresiasi sastra mengenai menulis cerita inspiratif hendaknya para guru memberikan motivasi siswa untuk menulis inspiratif dengan mengadakan perlombaan menulis inspiratif antara siswa setiap tahunnya pada bulan bahasa, sehingga secara tidak langsung dapat mengacu kreatifitas siswa dalam mengapresiasi sastra khusunya inspiratif.

3. Untuk mencapai kemampuan siswa dengan prestasi yang optimal hendaknya siswa diberikan teori tentang sastra khusunya inspiratif saja melainkan siswa semestinya lebih banyak diberikan metode, teknik dan praktik yang relevan. 4. Guru hendaknya mempelajari teknik pembelajaran guna meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis cerita inspiratif melalui model pembelajaran kontekstual.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

BORNEO, 112 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Antara, I.G.P. 1985. Apresiasi Inspiratif. Denpasar: Kaju Mas.

Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Angkasa.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Ernawati, Waridah. 2010. EYD dan Seputar Kebahasaan-Indonesia. Jakarta: Kawan Pustaka.

Netra, I.B. 1974. Metodologi Penelitian. Singaraja: Biro Penelitian dan Penerbitan FKIP UNUD.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Surabaya: Universitas Negeri Malang.

Nurkencana, Wayan.1981. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Sanjaya, H. Wina.2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Taniredja, H Tukiran. 2011. Model-model Pembelajaran inovatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Inspiratif. Bandung: Angkasa. Yoni, Acep dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

113

BORNEO, 114 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN

Dalam dokumen BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 ISSN (Halaman 111-120)