• Tidak ada hasil yang ditemukan

SANGATTA UTARA Marthinus Arruan

Dalam dokumen BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 ISSN (Halaman 63-67)

SD Negeri 011 Sangatta Utara

ABSTRAK

Masalah-masalah yang terjadi seperti kekerasan, korupsi, manipulasi, praktek-praktek kebohongan dalam dunia pendidikan mulai dari menyontek dalam ujian sampai plagiat, kurang keteladanan dikalangan para pemimpin bangsa, dan sebagainya, semuanya menyangkut masalah karakter. Dunia pendidikan harus menjadi motor penggerak Pembentukan dan Pembangunan Karakter sebagai suatu keharusan karena pendidikan khusus di sekolah tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas pandai intelektualnya, tapi sekolah juga bertanggung jawab untuk membangun spritualnya, budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan. Batasan karakter peserta didik yang sangat penting dibentuk adalah lima aspek utama yakni religius,nasionalis, gotong royong, instegritas dan mandiri yang diyakini dapat dibentuk melalui pendidikan di sekolah. Pelaksanaan Pembentukan karakter peserta didik disekolah dapat dilaksanakan dengan menerapkan sebuah pendekatan yang disebut Blended System Manajemen Sekolah melalui pengintegrasian dalam proses pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat, serta kegiatan luar jam pembelajaran.

Kata Kunci: Blended System Manajemen Sekolah

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negera yang demokratis dan bertanggung jawab, termasuk peserta didik di SD Negeri 011 Sangatta Utara. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,hukum,tata krama,budaya dan adat istiadat. Penanaman karakter telah dilaksanakan di SD Negeri 011 Sangatta Utara, melalui pembiasaan, keteladanan dan pengintegrasian dalam proses pembelajaran di sekolah dan lingkungan sekitar.

Dalam pembentukan karakter di SD Negeri 011 Sangatta Utara, harus melibatkan semua komunitas sekolah baik berupa manusia, uang, material, metode dan fasilitas. Komponen tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam

BORNEO, 58 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

program yang diimplementasikan melalui kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan pembelajaran, pelaksanaan aktivitas kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, ekstrakurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan etos kerja seluruh komunitas sekolah di SD Negeri 011 Sangatta Utara.

Pembentukan karakter di SD Negeri 011 Sangatta Utara, dilakukan melalui pembiasaan, keteladan, proses pembelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk pengembangan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, potensi dan kebutuhan peserta didik melalui kegiatan yang khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan atau pihak yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus.

Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapatkan mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab social serta potensi dan prestasi peserta didik di SD Negeri 011 Sangatta Utara. Hal tersebut tuntutan kurikulum 2013 yang memandang pentingnya pembelajaran dilaksanakan secara holisentic yang menyangkut keseluruhan aspek pembelajaran yakni tentang aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Dengan memperhatikan permasalahan di SD Negeri 011 Sangatta Utara terutama yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan di SD Negeri 011 Sangatta Utara khususnya tentang sumber daya yang tersedia serta hambatan dan tantangan dalam kaitannya dengan factor dari luar sekolah, maka perlu dikaji dan dicari alternative-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkan secara lebih operasional sehingga pelaksanaan pendidikan karakter mudah diimplementasikan bagi peserta didik melalaui Blended System Manajemen Sekolah dalam Pembentukan Karakter Siswa.

Alasan pertama penulis melakukan penelitian ini adalah untuk membentuk karakter peserta didik yang religius,nasionalis, gotong royong, mandiri dan memiliki integritas yang tinggi. Alasan lain adalah bahwa dengan blended syestem manajemen sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mendorong karakter yang beraklak mulia,peduli terhadap orang lain,menunjung tinggi persatuan, meliki sikap kemandirian , berani mengambil keputusan, serta memiliki kreatifitas yang tinggi. Dengan dua alasan, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan sekolah yang fokusnya adalah pada kombinasi sistim manajemen sekolah dalam membentuk karakter peserta didik, melalui berbagai kegiatan yang terpola. Penulis mencoba membuat judul penelitian ini adalah Blended System Manajemen Sekolah dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik di SD Negeri 011 Sangatta Utara. Penelitian ini akan membatasi permasalahan-permasalahan di atas dengan mengangkat masalah tentang pembentukan karakter peserta didik melalui blended syestem manajemen sekolah. Dari batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah, yakni “bagaimana membentuk karakter siswa melalui blended system manajemen sekolah”.

Berdasarkan perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara nyata tentang pembentukan karakter peserta didik di SD Negeri 011 Sangatta Utara melalui

59

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

Blended System Manajemen Sekola dan untuk mengetahui proses pembentukan karakter peserta didik di SD Negeri 011 Sangatta Utara dengan Blended System Manajemen Sekolah. Kegunaan Hasil Penelitian dari sisi Teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk pengembangan penelitian berikutnya terkait dengan berbagai isu-isu pengelolaan sekolah. Dari sisi Praktis Sebagai acuan bagi kepala sekolah dalam melaksanakan tugas sebagai manajerial, Sebagai bahan referensi pembanding bagi pengguna jasa pendidikan (stakeholders) yang berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pengelolaan sekolah. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam memberikan pembinaan sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Dalam tulisan ini ada tiga hal yang perlu dipahami terlebih dahulu, yakni blended, system manajemen sekolah dan karakter. Menurut Noer (2010) blended adalah kombinasi atau campuran, dengan demikian dapat diartikan bahwa blended adalah mengkombinasikan atau mencampur berbagai pendekatan dan strategi. Sedangkan System manajemen sekolah adalah pola pengelolaan sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi (Admowidiro, 2001).

Pengertian karakter dapat ditelusuri secara etimologi yakni berasal dari bahasa latin Character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat, kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak. Watak adalah sifat seseorang yang dapat dibentuk dan berubah walaupun mengandung unsur bawaan yang setiap orang berbeda-beda. Tabiat adalah sifat dalam diri manusia yang ada tanpa dikehendaki dan diupayakan.

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, pengertian karakter dapat diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Budi pekerti adalah nilai-nilai perilaku manusia yang diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum, tata krama dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat. Akhlak adalah aturan yang mengajarkan bagaimana seharusnya seseorang berhubungan dengan Tuhanya, sekaligus bagaimana seseorang harus berhubungan dengan manusia.

Sedangkan menurut terminology, pengertian karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupanya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau kelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Maka karakter adalah akhlak atau budi pekerti seseorang yang merupakan kepribadian khusus, serta yang membedakannya dengan orang lain.

Menurut Soerjono Soekanto.(1993), pengertian karakter adalah sebagai ciri khusus dari struktur dasar kepribadian seseorang (karakter; watak). Sedangkan menurut Muslich (2011) yang milihat dari dimensi Pendidikan Karakter menyatakan bahwa pengertian karakter yaitu cara berfikir dan berperilaku

BORNEO, 60 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

seseorang yang menjadi ciri khas dari tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam keluarga, masyarakat dan negara.

Pendidikan Karakter, Raharjo (2010) memaknai pendidikan karakter sebagai suatu proses pendidikan secara holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan rana sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki suatu kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010): pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.

Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya untuk penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang luhur yang menjadikan untuk jati dirinya, diwujudkan dengan interaksi kepada TuhanNya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkunganya. Nilai-nilai yang luhur itu antara lain, kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk penasaran akan intelektual, dan berfikir secara logis. Oleh karenanya, penanaman pendidikan karakter tidak hanya diberikan secara teori melalui sekedar menstransfer ilmu saja, melainkan harus dilakukan secara praktek dengan memberikan contoh teladan yang baik serta pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Proses terbentuknya karakter melalui pendidikan, pengalaman, cobaan hidup, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan kemudian terinternalisasilah nilai-nilai dalam diri seseorang sehingga menjadi nilai-nilai intrisik yang melandasi sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku yang berulang-ulang akan menjadi kebiasaan dan dapat disebut karakter.

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Pendidikan karakter berfungsi: 1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; 2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; dan 3) meningkatkan peradaban

61

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Lebih lanjut dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pembentukan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistimatis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,perasaan,perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pembentukan karakter dengan blended syatem manajemen sekolah merupakan upaya yang dilakukan dengan mengkombinasikan semua sumber daya yang tersedia di sekolah secara terprogram untuk mencapai karakter siswa yang diharapkan berdasarkan tujuan sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian di dilaksanakan di SD Negeri 011 Sangatta Utara selama satu tahun ajaran yakni tahun ajaran 2018/2019, dengan objek penelitian adalah seluruh peserta didik SD Negeri 011 Sangatta Utara, penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah dengan metodologi penelitian secara kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010) metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh).

Penyajian dalam pembahasan ini menggunakan latar alamiah yaitu sesuatu yang benar-benar sedang tejadi bukan karena proses rekayasa peneliti dengan maksud menafsirkan kejadian yang terjadi dengan memanfaatkan wawancara, atau pengamatan dan dokumen yang sudah ada. Penelitian kualitatif yang didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti dengan kata-kata, gambaran holistic, membangun padangan subjek penelitian yang rinci.

Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena-fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,motivasi, tindakan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan nyata.

Dengan demikian dalam tulisan ini, berisi tentang uraian kata-kata/kalimat atau deskripsi untuk memberikan gambaran nyata tentang blended system manajmen sekolah dalam pembentukan karakter peserta didik di SD Negeri 011 Sangatta Utara.

Dalam dokumen BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 ISSN (Halaman 63-67)