• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN Siklus Pertama

Dalam dokumen BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 ISSN (Halaman 140-147)

Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan ini, guru mengidentifikasi dan menyiapkan benda dan alat berupa jangka sorong yang akan digunakan serta mengkali brasi ketelitian alat-alat yang akan digunakan dalam mengukuran Sebagai acuan dalam proses pembelajaran, maka guru/ peneliti menyusun perencanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini memuat tentang: Pengalaman belajar yang berdasarkan kajian

135

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

pustaka dari buku-buku pelajaran dan referen lainnya yang relefan Siwa dibagi dalam kelompok-kelompok dengan beranggotakan 6 atau 7 orang dalam satu kelompok dengan salah satu yang dipilih oleh anggota kelompoknya sebagai ketua kelompok. Dalam kelompok siswa melakukan pengukuran terhadap benda-benda yang telah disiapkan dengan menggunakan jangka sorong Siswa berdiskusi dalam anggota kelompok untuk mencari kebenaran dan persamaan pendapat dalam melakukan pengukuran terhadap benda seperti diametr pensil, ketebalan buku, kubus-kubus kecil dari kayu dan alumenium Semua kelompok diminta untuk mempresentasekan hasil pengukurannya setelah dilakukan diskusi dalam kelompok masing-masing Guru memberikan penguatan berupa” aplus” terhadap setiap kelompok yang telah memperentasekan hasil eksperimen/ percobaannya. Demikian pula apabila ada siswa yang memberikan tanggapan atau pendapat pada saat berdiskusi kelas. Guru memberikan penekanan dan kesimpulan pada akhir diskusi. Penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan di kelas VII-2 MTs Negeri 1 Balikpapan Tahun Pelajaran 2017/2018 semester 1.

Pelaksanaan (acting)

Penelitian tindakan kelas ini, dilakukan pada saat proses belajar mengajar IPA Fisika dikelas VII-2 jam pelajaran 1 dan 2. Dalam pelaksanaan siklus pertama ini, terjadi interaksi dengan siswa, guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran, guru membimbing siswa dalam penggunaan alat ukur, dan cara membaca alat ukur yang digunakan . pada waktu PBM hanya dua kelompok yang bisa membaca alat ukur sedangkan 4 kelompok belum bisa membaca dan menggunkaan alat ukur tersebut. Diakhir pembelajaran dilakukan test yang hasilnya diperoleh rata-rata 64,75. Sedangkan nilai tentang kemampuan siswa mentukan skala utama yaitu; 69,167 , kemampuan siswa dalam menentukan skala nonius 65,380 dan kemampuan siswa untuk menentukan nilai akhir dari pengukuran 59,71.

Observasi (observing)

Observasi dilakukan terus menerus dalam proses belajar mengajar maupun terhadap hasil belajar. Dari hasil observasi dan dievaluasi diketahui efektifitas dari pembelajaran dengan penerapan model Tutor Sebaya. Aspek yang diamati yaitu tentang; keseriusan siswa memperhatikan penjelas tutor sebaya, keterampilan menggunakan jangka sorong dan keaktifan dalam berdiskusi. Dan berdasarkan hasil pengamatan ketiga aspek tersebut diperoleh hasil 1,33 (kurang aktif).

Refleksi

Dari hasil penilai baik pengetahui maupun keaktifan siswa pada siklus I, dimana penguasaan siswa terhadap penggunaan jangka sorong hanya memperoleh nilai 64,75 Sedangkan keaktifan siswa 1,33 dikategorikan kurang, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran pada siklus pertama ini belum seperti yang diharapkan. Mungkin hal ini diserbabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) Penyebaran siswa yang pandai dalam kelompok belum merata; 2) Jumlah siswa dalam setiap kelompok pada siklus I mungkin terlalu banyak, yaitu

BORNEO, 136 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

6 sampai 7 orang dalam setiap kelompok; 3) Kurangnya penguasaan tutor sebaya dalam menyampaikan materi kepada siswa yang dibimbingnya. Dari asumsi kurang efektifnya paroses pembelajaran pada siklus 1 yang melipu 3 faktor tersebut akan diperbaiki pada siklus II.

Siklus Kedua

Perencanaan (planning)

Pada tahapan perencanaan siklus II ini, guru mengidentifikasi benda-benda yang akan diukur oleh siswa dengan menggunakan jangka sorong. Adapun benda yang diukur adalah kayu yang berbenduk dadu atau kubus, diameter pensil yang dimiliki siswa, dan benda-benda yang dimiliki siswa yang memungkinkan untuk diukur dengan menggunakan jangka sorong. Sebagai acuan dalam proses pembelajaran, maka guru/ peneliti menyusun perencanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini memuat tentang: 1) Pengalaman belajar yang berdasarkan kajian pustaka dari buku-buku pelajaran dan referen lainnya yang relevan; 2) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dengan beranggotakan 4 atau 5 orang dalam satu kelompok dengan salah satu yang dipilih oleh anggota kelompoknya sebagai ketua kelompok; 3) Guru membinbing siswa sebagai tutor sebaya dengan lebih intensif; 4) Dalam kelompok siswa melakukan pengukujran benda-benda yang diberikan dan yang ada disekitar siswa dengan bantuan tutor sebaya; 5) Siswa berdiskusi dalam anggota kelompok untuk tentang hasil pengukuran yang telah dilakukan; 6) Semua kelompok diminta untuk mempresentasekan hasil pengukuran yang telah mereka lakukan; 7) Guru memberikan penguatan berupa” aplus” terhadap setiap kelompok yang telah memperentasekan hasil pengukuran. Demikian pula apabila ada siswa yang memberikan tanggapan atau pendapat pada saat berdiskusi kelas; dan 8) Guru memberikan penekanan dan kesimpulan pada akhir diskusi.

Pelaksanaan (acting)

Penelitian tindakan kelas ini, dilakukan pada saat proses belajar mengajar IPA Fisika dikelas VII-2 jam pelajaran 1 dan 2. Berdasarkan hasil analisis prestasi belajar siswa yang diperoleh pada sisklus kedua ini yaitu 72,69. Sedangkan nilai pada setiap aspek; aspek kemampuan menentukan skala utama 76,50, kemampuan menentukan skala nonius 72,520 dan aspek kemampuan menentukan nilai akhir pengukuran 69,05. Pada siklus kedua ini sudah meningkat akan tetapi Perolehan nilai akhir belum mencapai KKM, makan akan dilanjutkan dengan sikulus berikutnya.

Observasi (observing)

Dari hasil observasi dan dievaluasi diketahui efektifitas dari pembelajaran dengan penerapan model Tutor Sebaya.

Refleksi

Dari hasil penilai baik pengetahui maupun keaktifan siswa pada siklus II, dimana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran hanya memperoleh nilai 72,69 Sedangkan keaktifan siswa 2,83 dikategorikan cukup. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran pada siklus dua ini sudah ada peningkatan, baik dari penguasaan materi pelajaran maupun keaktifannya

137

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

dalam melakukan praktikum maupun diskusi. Namun demikian hasil ini belum memenuhi ketuntasan minimal seperti yang diharapkan, maka perlu ditindak lanjuti pada siklus berikutnya, yaitu siklus III Kekurangan atau kelemahan pada siklus ke II ini mungkin diserbabkan oleh beberapa hal berikut: 1) Siswa tidak diberikan petunjuk penggunaan dan cara penentuan skala utama maupun skala nonius dan penentuan nilai akhir hasil pengukurang dengan menggunakan jangka sorong; dan 2) Kurangnya penguatan atau motivasi dari guru.

Siklus Ketiga

Perencanaan (planning)

Pada tahapan perencanaan siklus III ini, guru mengidentifikasi benda-benda yang akan diukur oleh siswa pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan janga sorong .Adapun benda-benda yang diukur yaitu. Lingkaran potongan besi, diameter dalam cincin yang dimiliki siswa. Sebagai acuan dalam proses pembelajaran, maka guru/peneliti menyusun perencanaan pembelajaran . Rencana pembelajaran ini memuat tentang: 1) Pengalaman belajar yang berdasarkan kajian pustaka dari buku-buku pelajaran dan referen lainnya yang relevan; 2) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dengan beranggotakan 4 atau 5 orang dalam satu kelompok dengan salah satu yang dipilih oleh anggota kelompoknya sebagai ketua kelompok; 3) Dalam kelompok siswa melakukan pengukuran terhadap benda yang disediakan dan benda-benda lain seperti cincin dan ketebalan buku paket fisika yang dimiliki siswa; 4) Siswa berdiskusi dalam anggota kelompok untuk menentukan hasil pengukuran mereka; 5) Semua kelompok diminta untuk mempresentasekan hasil pengukuran yang telah mereka lakukan; 6) Guru memberikan penguatan berupa” aplus” terhadap setiap kelompok yang telah memperentasekan hasil eksperimen/ percobaannya. Demikian pula apabila ada siswa yang memberikan tanggapan atau pendapat pada saat berdiskusi kelas; 7) Guru memberikan penekanan dan kesimpulan pada akhir diskusi; dan 8) Penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan di kelas VII-2 MTs Negeri 1 Balikpapan Tahun Pelajaran 2017/2018 semester 1, jam 1 dan 2.

Pelaksanaan (acting)

Penelitian tindakan kelas ini, dilakukan pada saat proses belajar mengajar IPA Fisika dikelas VII-2 jam pelajaran 1 dan 2. Hasil yang diperoleh pada siklus ketiga ini, pada setiap aspek yaitu Aspek menentukan skala utama 79,381, aspek menentukan skala nonius 72,520 dan aspek menentukan hasil pengukuran 73,120.Sehingga nilai rata-rata pada siklus ketiga ini 76,290.

Observasi (observing)

Dari hasil observasi dan dievaluasi diketahui efektifitas dari pembelajaran dengan penerapan model Tutor Sebaya pada siklus III ini, Nilai keaktifan siswa dalam melakukan diskusi 3,67 dikategorikan baik .Refleksi Dari hasil penilai baik pengetahui maupun keaktifan siswa pada siklus III, dimana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran memperoleh nilai 76,29. Inii berarti telah melampaui nilai KKM 75. Sedangkan keaktifan siswa 3,67 dikategorikan baik. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran pada siklus III ini sudah pada kategori baik. Baik dari penguasaan materi pelajaran maupun keaktifannya

BORNEO, 138 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

dalam melakukan pengukurang dengan menggunakan jangka sorong sebagai alat ukur maupun diskusi. Keberhasilan pada siklus III ini, karena kekurangan atau kelemahamn-kelemahan pada siklus II telah diperbaiki. Antara lain: Membagikan petunjuk penggunaan jangka sorong dalam melakukan pengukuran Mmemotivasi siswa untuk belajar tentang materi yang akan dipelajari.

PEMBAHASAN

Dari hasil penilaian dan pengamatan proses pembelajaran dengan model pembelajaran tutor sebaya ini, menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Dan demikian pula dengan sikap dan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Hasil kemajuan belajar siswa tersebut seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa pada Setiap Siklus

Kelas Siklus I Siklus II Siklus III

VII -2 64,75 72,69 76,29

Dari tabel kemajuan rata-rata hasil belajar siswa kelas VII-2 setiap siklusnya semakin meningkat, yaitu siklus I rata-rata nilai = 64,75, siklus II rata-rata nilai= 72,69 dan siklus III rata-rata nilai = 6,29.

Tabel 2. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Setiap Siklus

Kelas Siklus I Siklus II Siklus III

VII-2 48 % 79 % 90 %

Dari tabel 2 tentang perbandingan ketuntasan belajar siswa dapat disimpulkan bahwa pada setiap siklusnya semakin meningkat, dari siklus I = 48%, kemudian siklus II 79 % dan siklus III mencapai 90 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa prosentase ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya meningkat.

Tabel 3. Nilai Rata-Rata Sikap Siswa dalam Proses Belajar Mengajar

Siklus Rata-rata Sikap Kategori I II III 1,33 2,83 3,40 Kurang Cukup Baik

Data nilai rata-rata sikap pada siklus I= 1,33 siklus II= 2,83 dan siklus III= 3,40 diperoleh dari tabel 1, tabel 2 dan tabel 3 dari setiap siklus. Dari pengamatan sikap dalam 3 aspek yang dinilai, yaitu aspek: 1) sikap siswa dalam memperhatikan penjelasan guru/tutor sebaya; 2) aspek keterampilan menggunakan jangka sorong; dan 3) keaktifan dalam berdiskusi.

Dari tabel 3; tentang sikap siswa pada waktu mengikuti proses belajar mengajar baik pada waktu melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong maupun diskusi dapat disimpulkan ada peningkatan sikap dan kemampuan siswa disetiap siklus dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Kooperatif dengan model Tutor Sebaya Dalam bidang studi Fisika Pokok Bahasan Besaran dan Satuan dengan menggunakan alat ukur jangka sorong siswa kelas VII-2 MTs Negeri 1 Balikpapan Tahun Pelajaran 2017/2018.

139

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 KESIMPULAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Pembelajaran Kooperatif Dengan Model Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Fisika Pokok Bahasan Besaran dan Satuan Pada Penggunaan Alat Ukur Jangka Sorong Siswa Kelas VII-2 MTs Negeri 1 Balikpapan Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat disimpulkan bahwa: Ada peningkatan prestasi belajar siswadengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Model Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Fisika Pokok Bahasan Besaran dan Satuan Pada Penggunaan Alat Ukur Jangka Sorong Siswa Kelas VII-2 MTs Negeri 1 Balikpapan Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini berdasarkan pada nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap siklus, siklus I 64,75 kemudian meningkat pada siklus II 72,69 dan pada siklus III meningkat menjadi 76,29. Ada peningkatan motivasi dan sikap siswa dalam proses belajar mengajar, pada setiap siklus, yaitu siklus I 1,33 dikategorikan kurang, meningkat pada siklus II 2,83 kategori cukup dan siklusi III 3,4 kategori baik.

SARAN

Berdasarkan hasil hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, maka diharapkan kepada guru atau pengajar agar dapat menggunakan model- model pembelajaran dan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran, sehingga terjadi proses pembelajaran yang menyenangkan Guru memiliki inovasi-inovasi baru dalam dunia pendidikan sehingga menimbulkan iklim belajar yang konduktif agar prestasi belajar dan mutu pembelajaran semakin meningkat.Sekolah atau pengelola sekolah selalu mengawasi dan berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan, baik sarana maupun peralatan-peralatan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono, Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

B.Uno Hamzah. 2008. Model Pembelajaran Menjiptakan Proses Belajar Mengajar yang Efektif dan Kreatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Burton, W.H. 1986. Tehnik-Tehnik Belajar Mengajar.

Djamarah Saiful Bahri. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif .Jakarta: Rinaka Cipta.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Purwanto, Ngalim, M. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

BORNEO, 140 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

Suhardjono. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan di Sekolah. Malang: Jakrawa. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja

141

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL

Dalam dokumen BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 ISSN (Halaman 140-147)