Belajar adalah proses pereubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami seesuatu yang dipelajari. Sedangkan mengajar sendiri memiliki pengertian upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar (Wijaya, 1992). Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. (Hasibuan J.J, 1992) suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk teerjadinya perubahan tingkah laku. (Gagne) Dan Pembelajaran yang diidentifikasikan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perebuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran meerupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penugasan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peeserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran membpunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objeektif yang ditenetukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
BORNEO, 118 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Instruction atau pembelajaran adalah suatu system yang bertujun untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal dalam Gagne dan Briggs (1979:3). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam UU No. 20/2003, Bab 1 Pasal Ayat 20. Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran” pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan (Purwadinata, 1967:22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh sisw) dan mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkh laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media pembelajaran dan evaluasi.
Kualitas Pembelajaran
Secara eksplisit dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas antara lain adalah kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum, sarana prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam, psikososial dan budaya (Depdikbud, 1994). Dapat diartikan disini bahwa lingkungan sosial pembelajaran di kelas maupun di sekolah (kantor guru dan staf tata usaha) mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap proses KBM. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengoptimalkan proses KBM di kelas dengan melaksanakan program penataran untuk meningkatkan kompetensi guru, pengenalan metode-metode baru dalam pembelajaran, serta perbaikan dan peningkatan saran maupun prasarana pendidikan. Namun demikian, meskipun secara eksplisit diakui bahwa lingkungan pembelajaran dan sekolah merupakan factor yang menentukan keberhasilan proses pembelajarna di kelas, program-program yang dilaksanakan belum menyentuh atau masih mengabaikan hal tersebut.Guru yang baik dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang kondusif dan merangsang siswa ke tahap pembelajaran maksimum. Ramsden (1991) menggariskan ciri-ciri berikut sebagai asa kepada pembelajaran baik kea rah menghasilkan suasana pembelajaran yang kondusif.
1. A desire to share your love of the subject with students
2. An ability to make the material being taught stimulating and interesting 3. A facility for engaging with students at their level of understanding
119
BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020
4. A capacity to explain material plainly
5. A commitment to making it absolutely clear what has to be understood, at what level and why
6. Showing concern and respect for students
7. A commitment to encouraging student independence 8. An ability to improve and adapt to new demands
9. Using teaching methods and academic tasks that require students to learn 10. Actively, responsibly, and cooperatively
Penelitian tentang pengajaran berkualitas telah menunjukkan bahwa ada tiga ciri utama dari praktek di ruang kelas yang berkaitan dengan hasil pengajaran pelajar yang ditingkatkan. Ciri-cirinnya adalah sebagai berikut: 1) Pengajaran yang menganjurkan standar kualitas intelektual yang tinggi; 2) Pengajaran yang menganjurkan lingkungan belajar yang berkualitas; dan 3) Pengajaran yang mengembangkan dan menjelaskan pentingnya pelajaran kepada para pelajar Pengajaran yang memfokuskan pada tiga ciri ini mempunyai dampak positif terhadap pendidikan para pelajar. Pengajaran ini melibatkan dan memberikan tantangan kepada para pelajar dan memandu hasil pendidikan yang lebih baik.
Supervisi Klinis
Supervisi memilki beberapa pengertian tergantung dari sudut mana meninjau atau memahami. Kamus Pendidikan (The Dictionary of Education, dalam Goldhammer, 1980:17) mendefinisikan supervise dengan All fforts of designated school officials directed toward providing leadership to teachers and other educational workers in the improvement of instructuin; involves the stimulation of professional growth and development of teachers, the selection and revision of education objectives, materials of instruction, and method of teaching, and the evaluation of instruction.
Supervisi merupakan semua usaha yang ditujukan langsung untuk memberikan tuntutan kepada guru-guru dan petugas lainnya dalam rangka memperbaiki pengajaran; yang mencakup stimulasi utnuk [ertumbuhan dan perkembangan professional guru, pemilihan dan perbaikan tujuan pendidikan, materi pengajaran, dan metode mengajar, serta evaluasi pengajaran. Sementara Harris (1975:10-11) menggunakan istilah sipervisi pendidikan (supervision of instruction) sebagai segala sesuatu yang dilakukan oleh pegawai sekolah terhadap orang dewasa maupun benda-benda untuk mempertahankan atau merubah operasi sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses pengajaran yang digunakan untuk memperbaiki pembelajaran siswa. Dalam buku Supervision for Today’s Schools, Oliva (1976:6-7) menyatakan bahwa supervise adalah proses membantu guru memperbaiki baik pembelajaran maupun kurikulum. Dia juga menegaskan bahwa supervisi dianggap sebagai sebuah layanan untuk guru baik individual maupun kelompok, dan merupakan sarana menawarkan bantuan special pada guru dalam dalam memperbaiki pembelajaran. Menurut Olivia dua kata: layanan dan bantuan tersebut harus digaris bawahi.Pengertian supervise berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SD, SMP, dan SMA 1975 merumuskan supervise sebagai pembinaan (yang diberikan) kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang
BORNEO, 120 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020
lebih baik (pemberian-pemberian bantuan, bimbingan, layanan, tuntutan dan sebagainya bila perlu).
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh guru/ staf sekolah untuk mengembangkan sekolah secara maksimal. Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi di sini bukanlah sebagai inspeksi dari orang yang merasa serbatahu (superior) kepada orag yang dianggap belum tahu sama sekali )inferior). Tapi, supervise akademik dalam bentuk pembinaan dan bantuan yang diberikan kepada guru/pendidik untuk mengembangkan situasi belajar mengajar agar menjadi lebih baik. Sehingga guru-guru selalu mengadakan perbaikan dalam hal cara mereka mengajarkan suatu mata pelajaran dan meningkatkan efektivitas kerja mereka yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.Menurut Glickman (1981), supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuanya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Sergiovanni (1987), menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenernya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?. Berdasarkan jawabanya terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan disini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa perbuatan program supervisi akademik dan melaksanakanya dengan sebaik-baiknya.Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik adalah membantu guru mengembangkan kompetensinya,mengembangkan kurikulum, dan mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Gambar tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Tiga Tujuan Supervisi Akademik
121
BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020
function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber infornasi bagi pengembangan profesionalisme guru. Ada 3 tahapan dalam melaksanakan supervisi kelas yang bersahabat, yakni: 1) tahap sebelum melakukan supervisi kelas; 2) tahap pelaksanaan supervisi kelas; dan 3) tahap setelah supervisi kelas. Pada tahap sebelum supervisi kelas, hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang pengawas atau kepala sekolah adalah sebagi berikut: Buatlah kesepakatan kapan akan dilakukan supervisi kelas dengan guru yang bersangkutan.Diskusikan materi pelajaran apa yang akan diajarkan pada saat supervisi di kelas. Bantulah dalam membuat persiapan mengajar dengan memberikan masukan-masukan yang lebih baik. Yakinkan pada guru yang bersangkutan bahwa kedatangan anda (supervisor) bukan akan menikai atau mengawasi namun anda datang akan memberikan bantuan teknis yang diperlukan oleh guru. Buatlah kesepakatan untuk membagi peran antara anda (supervisor) dengan guru. Anda dapat memposisikan diri dalam 2 peran: Sebagai Tim Pengajar bersama-sama guru dan Sebagai asisten guru yang sedang mengajar, misalnya bertugas membagikan lembar kerja, ikut mengkondisikan siswa dalam kelompok, membantu dalam kerja kelompok
Pengertian dan Tujuan Supervisi Klinis
Supervisi klinis terdiri dari 2 kata supervisi dan klinis . Supervisi berarti bimbingan dan tuntunan kearah perbaikan atau penyempurnaan pembelajaran, sedangkan klinis diartikan sebagai hubungan tatapmuka antara supervaisor dengan guru yang mengajar di kelas . Jika dikaji dalam istilah “klinis” mengandung makna pengobatan. Nana Sudjana dalam buku Supervisi pembelajaran “ Supervisi klinis adalah sebagai bantuan propesional yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan dengan proses pembelajaran
Menurut Sergiovani ada dua tujuan supervisi klinis yaitu; meningkatkan profesionalisme dan motivasi mengajar guru dan memperbaiki proses pembelajaran yang kurang efektif. Tujuan Supervisi klinis itu ada dua yaitu tujuan umum yaitu menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap kualitas pembelajaran, membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Sedangkan tujuan khusus supervisi adalah mendioagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran, membantu guru untuk mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi pembelajaran serta membantu guru untuk mengembangkan diri secara terus menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.
Adapun ciri-ciri supervisi klinis yaitu: 1) Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau perintah, tetapi tercipta hubungan manusiawi yang setara; 2) Kegiatan supervisi lahir dari permintaan dari tingkat bawah kepada orang yang akan melaksanakan supervisi kepadanya (Supervaisor); 3) Tingkah laku yang ditunjukkan merupakan satuan yang terintegrasi sehingga supervaisor atau orang yang melakukan supervisi dapat melihat kemampuan dan keterampilan apa yang
BORNEO, 122 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020
secara spesifik harus diperbaiki; dan 4) Suasana dalam pemberian supervisi, merupakan suasana yang penuh kehangatan dan kedekatan dan keterbukaan.
Dari uraian ciri-ciri supervisi klinis dalam proses belajar mengajar dapat diambil suatu kesimpulan bahwa: Supervisi klinis dalam pendidikan yaitu bahwa seorang guru akan diberikan bantuan yang bersifat manusiawi untuk meningkatkan kualitas dan keprovesionalisme guru, sehingga guru meminta bantua kepada supervaisor untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan apa yang perlu ditingkatkan dengan cara-cara yang menuh kehangatan dan keterbukaan.
Kreativitas Mengajar Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan, oleh karena keberhasil suatu pendidikan tergantu dari kompetensi guru dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas. Seorang guru harus memiliki kompetensi dan kreativitas dalam pengajaran, selain itu harus kreativ memilih media apa yang akan digunakan untuk mendukung bahan ajar atau materi pelajaran yang akan diajarkan sehingga siswa mudah memahami dan menguasai materi pelajaran tersebut. Seorang guru harus memiliki kompetensi pedakogik, kompetensi pengetahuan, kompetensi sosial dan kompetensi lainnya yang menunjang dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru.
Kreativitas seorang guru sangat berpengaruh dalam memudahkan siswa untuk memahami pelajaran yang diajarkan. Menurut Baron kreativitas guru adalah” kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru “atau dapat diartikan Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak dibuat oleh orang lain sesuatu yang baru dan memiliki daya guna. Kreativitas merupakan kombinasi dari tiga hal yaitu: penalaran (thinking), kecakapan (skills) dan motivasi . Kreativitas dapat dispesifikan dalam dunia pendidikan yaitu kretivitas akademik Menurut Torance dan Goff bahwa kreativitas akademik adalah cara berpikir guru atau siswa dalam belajar dan memproduksi informasi. Kreativitas tidak selalu dimiliki oleh guru berkemampuan akademik dan kecerdasan tinggi. Hal ini dikarnakan kreativitas tidak hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan, akan tetapi kreativitas membutuhkan kemauan atau motivasi. Kreativitas merupakan jantung dari inovasi. Tanpa kreativitas tidak akan ada inovasi, semakin tinggi kreativitas seorang guru maka semakin tinggi pula inovasi seorang guru
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah. Mulyasa (2009:9) mengemukakan bahwa penelitian tindakan sekolah (PTS) merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja system pendidikan dan mengembangkan manajemen sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Ruang lingkup PTS mengacu pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Sekolah/Madrasah yang meliputi: prencanaan program sekolah, pelaksanaan program sekolah, pengawasan/evaluasi sekolah, kepemimpinan dan sistem informasi manajemen sekolah Manfaat PTS bagi kepala sekolah/madrasah secara umum adalah untuk memecahkan permasalahan
123
BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020
pengelolaan yang terjadi di sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah/madrasah. Ciri PTS yang paling utama adalah melakukan tindakan di samping 15 ciri lainnya. Langkah-langkah PTS meleiputi perencanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus tersebut digambarkan dalam bagan berikut ini.
Gambar 2. Langkah-langkah PTS (Direktorat Tendik, 2008)
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Balikpapan pada bulan September-November 2019. Untuk menentukan keberhasilan tindakan dalam PTS ini perlu dibuat indicator-indikator keberhasilan PTS. Adapun indikator keberhasilan tindakan dalam PTS ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Indikator Keberhasilan Penelitian
No Indikator Keberhasilan PTS
Rincian Sub Indikator:
Guru yang kualitas pembelajarannya meningkat (85%) 1. Semakin
meningkatnya kedisiplinan guru
1. Dating ke kelas tepat waktu 2. Membuat persiapan mengajar
3. Menggunakan waktu secara efektif, efisien untuk mengajar
4. Guru selalu hadir di kelas 2. Semakin
berkualitasnya pembelajaran yang dilakukan
1. Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan guru lengkap
2. Guru memiliki kreativitas dalam mengajar 3. Guru menggunakan media/alat peraga
4. Guru menggunakan metode/model pembelajaran yang up to date
BORNEO, 124 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020
6. Siswa tidak mengantuk/bermain sendiri
Penelitian melibatkan 8 orang guru sebagai subjek penelitian. Ke-8 guru tersebut berasal dari SMP Negeri 8 Balikpapan yang ada yang berada di bawah binaan penulis. Kepala SMP Negeri 8 Balikpapan yang terlibat dalam penelitian ini. Pelaksanaan tindakan siklus I dengan menggunakan supervise kelas dengan penekanan pada proses pembelajaran di kelas. Siklus I dilaksanakan selama 10 hari yakni tanggal 7-10 Oktober 2019. Pelaksanaan supervise kelas dalam tiap harinya dilakukan sebanyak 2 kali.
Obersvasi dilaksanakan sebelum pembelajaran dengan menggunakan format supervise kelas. Pengamatan dilakukan pada kelengkapan perangkat pembelajaran guru (silabus, RPP, soal evaluasi, media dan bahan ajar). Observasi dilakukan juga pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas (meliputi: metode/model pembelajaran, interkasi guru dengan siswa, antusias siswa dan hasil penilaian guru) Refleksi dilakukan dengan mengadakan diskusi dengan rekan guru (kolaborator) dengan menitik beratkan pada aspek-aspek yang masih pelaksanaannya kurang maksimal dan jika belum mencapai indicator keberhasilan, maka tindakan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan maka perlu adanya revisi pada tindakan yang akan dilakukn di siklus II. Siklus II juga dilaksanakan 10 hari mulai tanggal 11-21 Novembeer 2019. Pelaksanaan dan observasi pada siklus II sama dengan siklus I, namun ada penegasan observasi pada hal-hal yang masih dinilai kurang pada siklus I. dalam refleksi terhadap hasil siklus II, jika ternyata telash mencapai indicator keberhasilan yang diharapkan, maka tindakan supervisi bersahabat dapat dicukupkan pada siklus II.
HASIL PENELITIAN