• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI IPS KELAS VII-4 SMP NEGERI 2 BALIKPAPAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Dalam dokumen BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 ISSN (Halaman 147-155)

Wiwik Mardiwati

Guru IPS di SMP Negeri 2 Balikpapan

ABSTRAK

Pembelajaran kooperatif Tipe talking stick ini merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sebuah tongkat sebagai media, dimana bagi siswa bersedia menjawab pertanyaan guru langsung mengambil tongkat begitu seterusnya secara bergantian, sehingga semua siswa mendapat giliran dan mempersiapkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada pokok bahasan Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian kelas VII-4 SMP Negeri 2 Balikpapan semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa ketuntasan belajar IPS siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Balikpapan dari I ke siklus II mengalami peningkatan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Tipe talking stik dapat meningkatkan hasil belajar siswa salam sisi kognitif, psikomotorik dan afektif pada pokok pembelajaran pokok bahasan “Sosialisasi dan pembentukan kepribadian” kelas VII-4 SMP Negeri 2 Balikpapan semester I tahun pelajaran 2016/2017. Beberapa saran ditujukan untuk guru IPS agar dapat menerapkan pembelajaran kooperatif Tipe talking stick dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran IPS. Untuk para guru agar dapat terus meningkatkan diri atau mencari solusi dari permasalahan yang terjadi di lapangan dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan bahan informasi bagi siswa siswi SMP Negeri untuk mempelajari sosialisasi dan pembentukan kepribadian.

Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran kooperatif, talking stick

PENDAHULUAN

Pembelajaran koperatif berasal dari kata kooperatif yang arti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Anita Lie (2000) menyebut pembelajaran kooperatif dengan karakteristik pembelajaran kooperatif dengan istilah gotong-royong yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

BORNEO, 142 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur selanjutnya Sugiyanto (2010: 40) mengemukakan “cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup dimasyarakat”. Demikian juga Sanjaya (Rusman, 2008: 197) pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan berkelompok. Model pembelajaran berkelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan pengalaman belajar siswa dalam bekerja sama dengan teman kelompoknya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Dengan belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil akan dapat belajar secara maksimal dan bisa berkolaborasi sehingga dapat merangsang gairah belajar siswa.

Louisell & Deschamps (dalam Trianto, 2009: 57) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja dalam satu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang, etnis dan kemampuan, mengembangkan ketreampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Selanjutnya Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2009: 57) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa belajar secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama baik dari berbagai latar belakang. Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut: 1. Setiap anggota memiliki peran;

2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa;

3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman – teman sekelompoknya;

4. Guru mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok

5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Pembelajaraan kooperatif dicirikan melalui struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Widodo (2009) mengemukakan bahwa talking stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan. Selanjutnya Suprijono (2009:90) menyatakan bahwa

143

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

pembelajaran dengan model pembelajaran talking stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Demikian juga Sudjana (2001:10) menyatakan bahwa model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan alat berupa tongkat sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan menimbulkan suasana yang menyenangkan. Tongkat tersebut digilirkan pada siswa dan bagi siswa mendapatkan tongkat sesuai dengan aba-aba dari guru, maka siswa diberi pertanyaan oleh guru dan harus dijawab.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran talking stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran dengan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga mengoptimalisasikan partisipasi siswa.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking stick

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.

2. Guru menyiapkan materi yang akan di pelajari , kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pengangangnya/ paket.

3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilakan siswa untuk menutup bukunya.

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memengang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian siswa mendapatkan bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

5. Guru memberikan kesimpulan. 6. Evaluasi.

7. Penutup.

Peneliti merencanakan tindakan penelitian (perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi) dalam proses pembelajaran melalui model talking satick. Setelah dilakukan tindakan diharapkan aktivitas dan keterampilan siswa. Alur pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran talking stick pada kelas VII-4 SMPN 2 Balikpapan dapat digambarkan sebagai berikut:

BORNEO, 144 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 Gambar 1. Alur Penelitian

METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, masing masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Tahapan PTK pada setiap siklus meliputi :perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Siklus I

Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi tentang “Sosialisasi dan pembentukan kepribadian”. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media (tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan saat menjalankan tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan.

Tahap Tindakan/ Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan persiapan atau perencanaan dengan menggunakan rancangan pembelajaran model pembelajaran Talking stick melalui materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian.

1. Apersepsi dan pengelolan kelas.

2. Guru menyampaikan materi tentang “sosialisasi dan pembentukan kepribadian”, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.

3. Setelah selesai membaca dan mempelajari materi, siswa menutup bukunya. 4. Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada siswa sambil

menyanyikan sebuah lagu, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan berdasarkan materi yang telah dipelajari, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

5. Guru memberikan kesimpulan tentang materi. 6. Evaluasi

Kondisi awal

Penerapan model pembelajaran talking stick

Aktifitas dan hasil belajar meningkat Tindakan

Kondisi akhir

-aktifitas belajar siswa masih kurang -hasil belajar siswa kurang maksimal

145

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 Tahap Observasi/ Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks pembelajaran.

Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil refleksi ini merupakan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

Siklus II

Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi yang berbeda dengan siklus pertama. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media (tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan saat menjalankan tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan.

Tahap Tindakan/ Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan persiapan atau perencanaan dengan menggunakan rancangan pembelajaran model pembelajaran Talking stick melalui materi.

1. Apersepsi dan pengelolan kelas.

2. Guru menyampaikan materi tentangmakhluk sosial dan ekonomi yang bermoral kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.

3. Setelah selesai membaca dan mempelajari materi siswa menutup bukunya. 4. Guru mengambil tongkat, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa

yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan berdasarkan materi yang sudah di baca dan di pelajari, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

5. Guru memberikan kesimpulan tentang materi. 6. Evaluasi

Tahap Observasi/ Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks pembelajaran.

Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang dilaksanakan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Balikpapan, terletak di Jl. Telaga Sari RT.30, No.67/68, Kelurahan Telaga Sari, Kecamatan Balikpapan Kota. Subjek Penelitian adalah seluruh siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 tahun ajaran 2016/2017. Secara keseluruhan penelitian ini berlangsung enam bulan, yaitu

BORNEO, 146 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

dimulai dari bulan Mei sampai dengan November 2016. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka penelitian ini meliputi: pengenalan lapangan, penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan laporan kegiatan.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Balikpapan. Dengan jumlah siswa 34, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran talking stick pada siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Balikpapan tahun pelajaran 2016/2017.

Teknik Analisis

Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik deskripsi kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes tertulis. Data kuantitatif diperoleh dari hasil post tes dengan model pembelajaran talking sick . Hasil tes dinyatakan dalam bentuk data konkret berdasarkan skor mimal dan skor maksimal sehingga diperoleh rata-rata. Langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu dengan menghitung nilai rata (mean). Rumus yang digunakan untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa dalam satu kelas adalah sebagai berikut (Pramudjono, 2005:21).

𝑋̅ =𝑋1+ 𝑋2+ 𝑋3+ ⋯ + 𝑋𝑛 𝑛

Dengan:

𝑋̅ = nilai rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklus 𝑋1= nilai siswa per individu

𝑛 = banyaknya siswa

Tabel 1. Kriteria Nilai Siswa

Rata-rata Nilai Nilai Huruf Kriteria 80 ≤ X ≤ 100 70 ≤ X < 80 60 ≤ X < 70 50 ≤ X < 60 0 ≤ X < 50 A B C D E Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran atau 240 menit. Pada pertemuan I dan II selama 2 jam pelajaran

dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran talking stick. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini meliputi hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan nilai hasil belajar siswa. Hasil observasi untuk aktifitas guru secara garis besar dinilai baik. Hal ini dikarenakan guru telah mampu menyajikan materi dengan baik meskipun belum mampu menyampaikan materi dengan bahasa yang

147

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

jelas, benar, dan mudah dipahami oleh siswa. Guru telah mampu mengajar siswa dan mengelola kelas dengan baik meskipun guru tidak memberikan motivasi pada siswa dan guru belum mampu menangani perilaku siswa yang tidak diinginkan. Masih terlihat adanya siswa yang bermain dan mengganggu teman sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru.

Pembimbingan guru terhadap siswa dinilai cukup karena guru tidak membimbing semua kelompok secara merata dan guru tidak membimbing siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Penelitian ini di laksanakan dengan dua siklus yang pelaksanaannya terdiri dari empat alur yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Siklus I

Pada siklus I ini peneliti membuat perencanaan dengan mengambil materi: “Sosialisasi dan pembentukan kepribadian ” dengan kompetensi dasarnya yaitu mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses pembentukan kepribadian. Dengan indikatornya adalah mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi. Peneliti juga membuat RPP, menyiapkan media tongkat, membuat pertanyaan saat menjalankan tongkat, membuat soal latihan dan menyiapkan instrumen pengamatan.

Pada tahap pelaksanaan, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan menerapkan model pembelajaran Talking stick dan pembelajaran siklus I ini berlangsung dengan baik, namun para siswa masih terlihat kaku dalam proses pembelajaran. Hal ini nampak pada kurangnya perhatian siswa ketika guru mengajukan pertanyaan ataupun dalam menjawab pertanyaan, yang dikarenakan mereka tidak terbiasa dengan model pembelajaran Talking stick. Itulah sebabnya peneliti berusaha sedemikian rupa dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga para siswa bisa belajar dengan lebih baik lagi. Tak heran jika pada akhirnya hasil pembelajaran pada siklus pertama ini kurang baik, karena yang diharapkan adalah hasil belajar siswa bisa meningkat. Bagaimana bisa jika mereka tidak menyukai atau setidaknya mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Itulah sebabnya pembelajaran pada siklus pertama ini belum berhasil.

Siklus II

Pada siklus II ini, perencanaan yang dilakukan masih sama dengan perencanaan pada siklus I namun, peneliti akan lebih fokus untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus kedua ini dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran Talking stick yang tidak jauh berbeda dengan siklus I. Pembelajaran mengalami peningkatan, dan dapat dilihat siswa semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran Talking stick ini, nampak sekali siswa dengan serius mengikuti pelajaran dengan baik dan ketika tongkat dijalankan siswa terlihat senang dan mampu menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan dengan baik dan benar. Ketika diberikan soal latihan, siswa mengerjakannya dengan baik dan hasilnyapun sangat baik bahkan memuaskan. Itu artinya

BORNEO, 148 Volume XI, Nomor 2, Desember 2017)BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

penerapan model pembelajaran Talking stick pada mata pelajaran IPS kelas VII-4 SMP Negeri 2 Balikpapan ini terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran talking stick di dalam kelas terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan rata-rata nilai terjadi sebesar 57,45 namun masih predikat “kurang”. Peningkatan rata-rata nilai juga terjadi sebesar 78,31 dari siklus I ke siklus II dan predikat “baik”.

SARAN

Adapun saran yang dapat peneliti berikan setelah pelaksanan penelitian ini antara lain:

1. Bagi Guru: Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick agar siswa aktif dan tidak cepat merasa bosan saat pembelajaran berlangsung.

2. Bagi Sekolah: Dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi atau masukkan demi meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti: Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick , agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Barnawi dan M.Arifin. 2015. Micro Teaching. Yogyakarta :Ar-Ruzz Media. Hamiyah, Nur, dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas.

Jakarta :Prestasi Pustakaraya.

Jihat, Asep dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata Pena.

Munandar, Utami. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Permendikbud 104 pasal 3 tahun 2014.

Permendikbud 104 pasal 4 tahun 2014.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Yamin, Moh. 2015. Teori dan Metode Pembelajaran. Malang: Madani.

149

BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020

PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA BIDANG

Dalam dokumen BORNEO, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2020 ISSN (Halaman 147-155)