• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKARISTI: MEMORIAL SAKRAMENTAL

Dalam dokumen SPIRITUALITAS FUNDAMENTAL Diktat docx 1 (Halaman 69-71)

SAKRAMENTALITAS BAPTISAN

7. EKARISTI: MEMORIAL SAKRAMENTAL

Roh Kristus Yesus adalah anugerah Allah bagi zaman eskatologis. Oleh karena zaman ini sudah terbuka dalam Peristiwa paskal, dan oleh karena dari pihak lain Ekaristi adalah Memorial (Peringatan) sakramental peristiwa itu, yang menjadi hadir di sana bagi komunitas yang merayakannya, Tradisi kristen kemudian dengan sangat cepat mengerti bahwa hidup Gereja menitikberatkan ke sekitar sinaxis ekaristik. Di sana, dalam Tubuh dan dalam Darah sakramental Tuhan, hidup itu menerima Roh yang melekatkannya dalam suatu komunitas yang telah dianugerahi dengan anugerah Keselamatan, tetapi yang sekaligus masih terarah pada Kedatangan akhir Kerajaan Allah.

a. EKARISTI: KEPENUHAN SABDA DAN DOA

Seperti sudah ditunjukkan, Ekaristi tidak akan menjadi moment (saat) kepenuhan Sabda dan doa seandainya Ekaristi itu tidak terutama sebagai moment kepenuhan anugerah Roh. Dengan selalu berakar pada kristomonisme, (Gereja) Barat telah melupakan dimensi pentekostal setiap sinaxis ekaristik.

Atau, dapat dikatakan bahwa inilah isi yang benar dari epiklese. Kalau doa epiklesis itu memohon agar pengutusan Roh mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, permohonan itu bisa terjadi justru agar karena komunitas itu dalam kebenaran menjadi komunitas Tuhan yang sudah bangkit, yang masih belum menyerahkan Kerajaan itu kepada Bapa “agar Allah menjadi segalanya dalam segalanya” (1Kor 15,24-28), pendeknya agar menjadi komunitas pentekostal. Lagi, untuk inilah maka Sabda dan doa, yang berpuncak dalam Ekaristi itu, adalah selalu merupakan Sabda pengharapan, dan doa untuk (memohon) datangnya Kerajaan itu. Di sini perlu dicatat bagaimana atas cara demikian ditemukan kembali dalam Ekaristi struktur seluruh karya keselamatan. Sesungguhnya, sebagaimana Roh campur tangan dalam konsepsi dan dalam pelayanan Yesus yang dibimbing dengan kekuatan-Nya (bdk Lk 4,14), tetapi agar setelah ditinggikan sebagai Tuhan dan Kristus ini dapat “mencurahkan Roh” messianis (Kis 2,32-36), maka demikian pun “dengan kekuatan-Nya” mengadakan sakramen tapi agar Gereja dengan perantaraan Dia menjadi Tubuh Tuhan dan Kristus Yesus.

b. EKARISTI: MENGHUBUNGKAN GEREJA DENGAN KEDATANGANNYA YANG TERAKHIR DAN DENGAN SERUAN ISRAEL

Agar terpenuhi segalanya dalam kuasa Roh messianis ini, maka Ekaristi menghubungkan Gereja dengan pengharapan dan juga dengan seruan besar Israel: “ingatlah akan PerjanjianMu, datanglah Kerajaan-Mu”. Karakter eskatologis ini termasuk pada kodratnya sebagai Memoriale (Peringatan). Sesungguhnya, apa pun yang menjadi poinnya atas posisi mereka yang menganggap zikkaron itu secara essensial sebagai suatu permohonan yang disampaikan kepada Allah, jelas bahwa, yang dirayakan di hadapan Allah, berusaha, baik sendiri dalam doa maupun dengan apa yang ditenun (dijalinkan) oleh doa itu, untuk mengingatkan kepada-Nya akan rencana-Nya. Dalam arti sedemikian Paulus menggarisbawahi bahwa dalam Perjamuan Tuhan dimaklumkan Kematian Tuhan “hingga Ia datang” (1Kor 11,26), yaitu dengan “mengkeluhkesahkan” kedatangan-Nya. Jadi tetap tinggal dalam prospektif eskatologis yang diwarisi dari Israel dan dihadirkan kembali dalam Injil oleh perkataan (observasi) Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir: “mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku” (Mt 26,29; Mk 14,25). Dan Lukas menyisipkan di sini janji kepada para Rasul: “kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam KerajaanKu dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi keduabelas suku Israel” (Lk 22,30).

Dalam Memorial (Peringatan) Paskah Tuhan, yang tak terpisahkan untuk selamanya dari Memorial (Peringatan) Paskah Keluaran (Exodus), Gereja, dengan membacanya di bawah terang Kebangkitan Kristus Yesus, mengambil kembali doa eskatologis Israel: Marana-tha, “datanglah, ya Tuhan” (1Kor 16,21; Why 22,20; Didache 10,6). Doa ini masuk dalam seruan Israel, dan membuatnya menjadi miliknya. Pasti bahwa Kematian-Kebangkitan Tuhan Yesus, yang dihadirkan kemudian, membentuk peristiwa sentral keselamatan, dan masih menantikan Peristiwa akhir (final), yaitu Parousia. Penantian akan Manifestasi final (pernyataan diri) Kristus Yesus berkaitan dengan penantian Mesias bagi Israel yang masih tetap merasa pasti bahwa Mesias itu belum datang. Telah kita lihat bahwa khotbah Petrus di bawah Serambi Salomo mengimplikasikan keserentakan (koinsidensi) tersebut (Kis 3,17-26),

dalam konteks penuh Pentekosta.

c. DALAM EKARISTI ROH MEMBERI TUBUH DAN DARAH TUHAN KEPADA GEREJA LOKAL

Akan tetapi Ekaristi lebih dari pada suatu Sabda dan suatu doa. Sesungguhnya pada pusat Ekaristi ini Roh memberi pada Gereja lokal yang sudah terhimpun Tubuh dan Darah Tuhan tetapi yang secara sakramental benar-benar hadir. Jadi efek (hasil) essensial dari anugerah sakramental ini, dengan menguatkan lagi kesatuan (communion) seluruh partisipan (orang yang ambil bagian di dalamnya) (yakni kesatuan dengan Allah dan kesatuan di antara mereka), ialah dalam menyesuaikan komunitas itu dengan keyakinannya sendiri (keyakinan komunitas itu) akan Tubuh Kristus. Seperti dikatakan oleh Agustinus kepada Gerejanya: “kalau kalian adalah Tubuh Kristus, maka sakramen kalian (misterium) diletakkan di atas meja Tuhan: kalian menerima sakramen kalian sendiri. Kepada hal inilah kalian menjawab Amen, dan kalian menandatanganinya dengan menjawabnya. Karena itu jadilah anggota Tubuh Kristus agar menjadi benar jawaban kalian itu, yakni Amen kalian ... Kalianlah apa yang kalian lihat dan kalian terima, yaitu apa yang adalah kalian sendiri”. Dan lagi dikatakan: “Kita telah dibuat menjadi tubuh-Nya dan karena belaskasihan-Nya kita adalah apa yang kita terima, ... kalian telah dijadikan roti Kristus, dan apa yang telah kalian terima”. Di sini anggota dan Tubuh adalah satu, tak terpisahkan.

d. TUBUH KRISTUS DIBERI KEPADA GEREJA YANG SEDANG BERZIARAH

Tubuh Kristus ini, dengan menemukan kebenarannya dalam identifikasi orang beriman dengan tubuh ekaristis yang membuatnya menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat dipecahkan, terjadi dalam menurunkannya dari generasi ke generasi. Gereja kini adalah Gereja yang sedang berziarah, Umat Allah yang sedang dalam perjalanan, seperti Israel dari Paskah, dalam padang gurun yang mahaluas yang terdiri dari dunia kita, yang dihadapkan pada percobaan. Dari Paskah ke Parousia: perjalanan ini di padang gurun adalah saat Gereja, saat perjalanan Gereja. Sekarang masa ini adalah masa missi, masa tugas, dan masa kesaksian (martiria). Ekaristi memampukan Gereja bukan untuk suatu tempelan kesaksian individual yang murni dan sederhana, tetapi -- kepada yang sama sekali berbeda -- yakni pada suatu martiria kollektif. Ekaristi adalah sakramen di mana, karena kekuatan (potensi) kemanusiaan paskal Kristus Yesus, Roh membuat Tubuh ekklesial sedemikian -- dalam kesatuan (communion) seluruh anggotanya sebagai suatu realitas yang unik dan yang tidak nampak -- sebagai saksi akan Allah yang hidup, hingga pada Hari Putera manusia (Mt 25,31; 16,27; 19,28; 24,26-35; 26,64; Mk 14,62; Lk 12,8; Yoh 1,51; 9,35; dll).

e. EKARISTI: BERSATU DENGAN KRISTUS DALAM PERJUANGAN DAN PENDERITAAN

Di sini banyak affirmasi teks-teks apostolis mengangkat ke permukaan apa yang menonjol. Sesungguhnya tidak cukup memberikan kesaksian ekklesial seperti terdapat dalam tradisi Yohanes: “Supaya mereka semua menjadi satu ... supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yoh 17,21-23). Ikut dan termasuk juga kesatuan (communion) pada perjuangan dan penderitaan Kristus agar dunia ini menjadi dunia - yang dikehendaki oleh Allah dan agar Injil Keselamatan menang (Gal 6,17; 2Kor 11,23-28; Kol 1,24; Yoh 15,18-24). Kini adalah giliran Umat Allah untuk bertugas dalam perjuangan melawan kekuatan musuh Allah (1Kor 15,24-25). Kemudian maka perjuangan itu membawa pada penganiayaan, penindasan dan kematian (bdk Mk 13,9-13; Mt 19,17-25; Lk 12,17-19) yang dalam masa yang terbuka dari Paskah sudah membuka pintu masuk ke dalam kecelakaan (malapetaka) eskatologis yang besar (Mt 24,14-25). Tetapi singkapan perjuangan ini adalah kesaksian positif pada perhatian akan orang kecil, orang miskin, orang pinggiran, orang terlantar di mana Mateus menempatkan isi penghakiman (pengadilan) yang dilaksanakan oleh Putera manusia (Mt 25,31-46). Dengan membekalinya dengan roti dan cawan Memorial (Peringatan), Roh “mengingatkan” Gereja bahwa ia harus “mengingat” (“menyadari”) diri sebagai diutus hingga Parousia demi kemenangan Kabar Gembira. Maka Kabar Gembira ini ingin agar air mata terhapus dari bumi ini, jeritan orang miskin dan orang terhina hilang, luka-luka (bencana) ketidakadilan dan kebencian lenyap, keributan senjata lenyap. Sesungguhnya harus sudah bercahaya terang dunia yang dinyanyikan oleh kitab Wahyu (Why 21,1-6).

Jadi bukanlah kebetulan, seperti sudah ditegaskan oleh Yustinus, bahwa begitu cepat perayaan ekaristis pada hari Minggu dihubungkan dengan bantuan satu sama lain, dengan derma, dan dengan pendampingan orang susah. Tapi dulu pemberian-pemberian ini dipercayakan pada pemimpin sinaxis (ekaristis) agar tidak lagi menjadi pemberian-pemberian per orangan, melainkan pemberian Gereja lokal. “Dengan mengingat” gerakan-gerakan Kristus Yesus, komunitas itu “mengingat” pula bahwa sebagai Tubuh Kristus, ia dipanggil untuk menjadi “Memoria” (“Peringatan”) yang hidup akan Tuhannya dengan “gerakan-gerakan” mereka sendiri.

Israel adalah Allah yang setia dan benar. Jadi di sini Gereja sama sekali tidak dapat memisahkan diri dari Israel. Dan kalau ritus-ritus Ekaristi, Sabda yang diwartakan, dan doa-doa yang diucapkan diresapi secara komplit oleh Perjanjian Lama, itu berarti karena Perjanjian Lama itu lewat (berlalu) dalam perayaan itu (Ekaristi itu) untuk digenggam oleh Kristus Yesus. Dalam Memorial (Peringatan) itu, komunitas kristen “ingat” akan Perjanjian dan akan pemenuhannya. Komunitas itu mewartakan kebenaran iman Abraham. Bahkan Roh “mengingatkan” komunitas itu bahwa ia mempunyai missi untuk menegaskan bahwa Dia yang telah mengutus dan membangkitkan Kristus Yesus adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, dan tiada lain. Dengan demikian diberi kesaksian akan kemanjuran martyria dan penderitaan Israel: merekalah (komunitas itu), dalam kuasa Roh (Ruah), yang telah mengarahkan sejarah dari “ya” Abraham kepada “ya” Maria.

Dalam dokumen SPIRITUALITAS FUNDAMENTAL Diktat docx 1 (Halaman 69-71)