• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROH KUDUS: KOMUNIKASI DINAMIS

Dalam dokumen SPIRITUALITAS FUNDAMENTAL Diktat docx 1 (Halaman 34-36)

4 “SEQUELA CRUCIS” SEBAGAI PENDERITAAN YANG DITERIMA

IV. ROH KUDUS: KOMUNIKASI DINAMIS

Seperti untuk Trinitas, demikian juga untuk Roh Kudus tidak harus berangkat secara spekulatif dari Trinitas immanen yang tidak tergantung dari sejarah, tetapi dari apa yang telah dikerjakan oleh Allah dalam Roh dan sebagai Roh: jejak-jejak historis keselamatan dan rivelasi merupakan kemungkinan satu- satunya untuk sampai kepada hidup Allah Tritunggal dan membuatnya menjadi pengalaman. Di sini juga, atau bahkan terutama dalam hal ini, lingkup rivelasi historis-salvific Allah harus diperluas hingga melewati "sejarah keselamatan" yang dikembangkan dalam konteks perjanjian baru: Sejarah keselamatan sampai juga hingga di mana Allah memanggil manusia dan di mana manusia membiarkan diri memanggil

dan bergerak dari Allah.

1. ROH SEBAGAI ANUGERAH YANG MENCIPTA KEHIDUPAN

Tuturan biblis mengenai ciptaan menunjukkan aneka cara berkarya Allah Pencipta: selain Sabda yang mencipta, lukisan Jahwist juga menunjukkan Roh yang dimengerti sebagai kekuatan vital, yaitu yang memungkinkan kehidupan bagi manusia rapuh, mortal dan fana. Tetapi yang menunjukkan lebih jelas lagi asal-usul kehidupan itu ialah hembusan atau nafas vital Allah, yang diberikan kepada manusia dan karena itu manusia itu hidup tidak hanya pada permulaan tetapi berlanjut terus. Hidup ciptaan seperti alam dalam berbagai pohon dan hewan, dalam kerapuhan kondisi hidup dan keseimbangan ekologis, tetapi lebih lagi hidup manusia sebagai pribadi, sebagai penyelenggara dan pengatur dunia, sebagai rekan sekerja Allah, dan dalam berbagai relasi inter-human, semua ini membentuk suatu creatio continua (ciptaan yang berlanjut terus), suatu ciptaan yang diarahkan terus pada kontak bebas nafas vital dari pihak Allah (creatio in praesenti), dan tanpa ini akan segera lenyap semuanya. Karena berbagai cara kerja Roh dan berbagai buah-Nya, jelas bahwa hidup kita punya asal dalam kebebasan dan pemberian, diterima secara gratis dan dipelihara secara mulia.

2. ROH SEBAGAI MISSI AUTORITATIF

Sebelum mengembangkannya hingga pada dimensi kosmis dalam menghidupkan alam dan manusia, iman biblis, dalam bangsa Israel, telah mengalami dan memahami Roh terutama sebagai potensi Allah yang berkarya dalam sejarah. Dengan Roh Allah para penyelamat bangsa dibangkitkan, yang punya tugas untuk membimbing dan menyemangati bangsa itu ketika diserang oleh musuh dan dipaksa mengalami penganiayaan. Karena dorongan Roh Allah, para nabi berbicara dan sambil mengkritik dan menyemangati semua menonjolkan kehendak Allah, hukum dan perjanjian-Nya, tetapi mereka juga membuka diri pada harapan baru, sementara bangsa itu sedang hidup dalam penindasan dan pembuangan. Dorongan Roh ini spontan, tanpa ancang-ancang; tidak mengikuti keturunan atau dinasti; tidak terkait dengan suatu Institut Religius atau Kultual; dorongan Roh ini tidak mengenal batasan-batasan ini, tetapi ditetapkan permulaan baru.

Inilah cara berkarya Roh. Atas terang cara berkarya Roh ini, maka Roh itu ditunjukkan sebagai suatu faktor kebebasan dan yang tak dapat diduga-duga, faktor kebebasan di hadapan Institusi-Institusi dan Ordo-Ordo, faktor kebebasan yang kritis dan tak terkontrol yang mengatasi Gereja, bahkan dalam doktrinnya yang dirumuskan dan aktivitasnya yang terorganisir; desakan Roh ini juga sudah terdapat dalam Yudaisme dan Perjanjian Baru, demikian juga dalam Gereja institusional. Allah yang bukan hanya Sabda, tetapi juga Roh, selalu hadir dalam Gereja, dan juga dalam diri setiap orang beriman, sebagai Allah yang bebas dan mobil (bergerak). Dan gerakan ini terus, juga ketika - bertolak dari gerakan yang dihasilkan oleh Roh, dari hilangnya tanggungjawab sendiri, kesadaran dan obyektivitas - sampai pada "normalisasi" di mana desakan illahi itu diterima dalam suatu refleksi dan keputusan human dan rasional, dalam suatu cara perencanaan, yaitu perencanaan organisasi dan institusi. Tak akan mungkin tercapai suatu koinsidensi (keterpaduan) perfekt, tanpa ketegangan antara Roh Allah dan tindakan manusia yang berencana dalam kebebasan.

3. ROH ADALAH ANUGERAH MESSIANIS BAGI YESUS

Bertolak dari arti ini, garis pemikiran segera berpusat pada figur Mesias, yang atas-Nya berdiam Roh Allah, dalam seluruh aneka ragam, kepenuhan dan potensi hasil yang dikerjakan-Nya. Ini dikatakan karena masing-masing buku dalam Perjanjian Baru melukiskan gambaran ini, dan lebih konkrit dan personal lagi kalau yang dimaksud adalah Yesus sendiri dan aktivitas-Nya. Buku-buku ini terus bereferensi pada khotbah dan kegiatan Yesus yang membebaskan, pada doa-doa dan hubungan-Nya dengan Allah, Roh yang mengalir pada kesalingterarahan Allah dan Yesus, yang berbicara dan berbuat pada Yesus dan otoritas dan di dalamnya juga Yesus terarah pada Allah dalam doa. Demikian dalam masing-masing figur biblis, Allah menunjukkan diri dalam vitalitas triniter-Nya. Epifani ini selalu merupakan rivelasi Allah Triniter, yang membuka dan mengkomunikasikan diri, yang berbuat dan berkarya secara historis, tidak hanya berkomunikasi antar diri-Nya sendiri saja.

Dalam peristiwa baptisan Yesus, dalam hidup-Nya di Nazareth sebagai Hamba Allah dan Pembebas, tak pernah lepas dari sejarah human-Nya, tetapi sebaliknya, selalu mengkondisikan misteri hidup Allah dalam eksistensi dan aktivitas-Nya sendiri. Dalam masa kanak-kanak-Nya pun, Allah Triniter berkarya, yang jelas nyata dalam khabar dari malaikat Gabriel yang diterima oleh Maria, yang akan melahirkan Yesus. Roh Kudus menaungi Maria, dan Putera yang akan dilahirkan berasal dari Roh Kudus. Tetapi tidak hanya dalam asal-usul-Nya Yesus dipenuhi dengan Roh Kudus, tetapi juga dalam perjalanan kegiatan publik dan messianis-Nya, di mana Ia selalu menerima tugas dan otoritas dari Allah. Demikian

pun dalam sengsara-Nya, Ia dikuatkan oleh Roh Kudus (Lk 23:46). Begitu juga kebangkitan-Nya dari mati dilihat sebagai karya Roh Allah.

Teologi dan Kristologi Roh menekankan relasi yang ada antara Allah dan Yesus. Dengan dibangkitkan dan dimuliakan, Yesus punya relasi baru dengan Roh. Kalau pada mulanya Roh turun dari Allah atas Yesus dan berkarya dalam Dia, kemudian, sesudah kebangkitan, Ia memiliki Roh itu bersama dengan Bapa dan dengan-Nya dikomunikasikan, dan dari kesatuan vital dan eskatologis ini, bagi manusia pun, Yesus dan Roh tidak tersembunyi (dan ini nyata dalam rumusan baptisan: "Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus"), dan Yesus sendiri memohon Roh Kudus itu dari Bapa, dan dari Bapa Ia menerima-Nya, dan bersama dengan Bapa Ia mengkomunikasikannya kepada kita. Jadi Allah Triniter itu tidak tertutup dalam diri-Nya sendiri. Ia kita kenal tidak secara abstrak. Komunikasi dan partisipasi para Trinitas itu, yang mewahyukan diri pada kita, terselubung dalam misteri Trinitas itu, yaitu: Allah yang datang kepada kita, yang hidup dalam dan bersama dengan kita.

4. ROH SEBAGAI PENGEMBANGAN KEPUTRAAN DAN KEBEBASAN

Yang membentuk dan membangun Gereja ialah karya kreatif Roh, bukan kesatuan orang yang terorganisir di dalamnya, atau tugas religius mereka. Sebagaimana Yesus telah diurapi dan menjadi Kristus hanya karena Roh Kudus turun atas-Nya, demikian pun Gereja ada hanya karena karya Roh Kudus dalam rahmat dan dalam hubungan filial dengan Allah. Baik dalam pembenaran pendosa dan pengarahannya pada hidup baru, maupun dalam pembentukan Gereja, Roh Kudus selalu hadir sebagai Pemberi hidup. Dan juga sesudahnya, dalam hidup baru dalam Kristus dan dalam Roh, dalam pertumbuhan dan perkembangan historis Gereja, Roh diberi kepadanya untuk membentuknya selalu, membangkitkannya dan menghidupkannya. Secara analog, sebagaimana terjadi pada manusia dan kosmos, yang dicipta dan dihidupkan terus, demikian juga hidup dan kelangsungan Gereja, komunitas iman dan hidup, merupakan creatio continua yang selalu hidup dan berharap pada Roh yang menghidupkan, bukan karena usaha Gereja itu sendiri.

Berkat Roh Kudus, eksistensi khusus dan unik, yang dihidupi Yesus dalam suatu moment historis tertentu, dikomunikasikan dalam sejarah, sehingga manusia di berbagai tempat dan zaman ambil bagian di dalamnya, dan dengan demikian manusia itu bersaudara dan bersaudari dalam Roh Kudus itu, dan dapat memanggil Allah sebagai "Abba", Bapa, dan mereka hidup berdampingan, dan kesatuan mereka tak dapat digugat oleh kekuatan sosial dan institusional mana pun di dunia ini. Bahkan kuasa institusional Gereja pun tidak dapat mencampuri hubungan antara Allah dan masing-masing orang dalam Roh Kudus. Bahkan Gereja sesudah Kristus pun tidak dapat membatasinya. Inilah kebebasan yang diberikan oleh Roh Kudus kepada masing-masing individu dan kepada Gereja sendiri secara keseluruhan. Kehadiran Allah dan Roh Kudus dalam Gereja tetap mengatasi Gereja itu sebagai Institusi.

5. ROH SEBAGAI ENERGI ESKATOLOGIS

Anugerah Roh Kudus dan buah-buah-Nya meresapi seluruh keberadaan spiritual kristen dan Gereja dan pemenuhan eskatologisnya. Roh Kudus meresapi peristiwa keselamatan yang terikat secara historis pada Kristus, meresapi eksistensi yang dihidupi sekarang ini, dan juga kepenuhan yang akan datang, yang sedang dinantikan. Roh Kudus itu sendirilah yang menghubungkan waktu dulu, sekarang dan yang akan datang dari sejarah keselamatan itu. Tanpa kehadiran Roh Kudus, maka karya dan pribadi Yesus Kristus terblokir (terkungkung) pada masa yang lampau. Justru dalam Roh Kudus maka Tuhan yang bangkit dan dimuliakan hadir dalam iman, dalam hidup Gereja, ketika Ia berkarya di dunia ini.

Tanpa Roh Kudus maka hidup yang dijanjikan akan tetap tinggal janji, tanpa terlaksana. Tetapi Roh Kudus sendiri telah merupakan antisipasi akan hidup yang dijanjikan itu. Roh Kudus-lah yang melanjutkan karya keselamatan dalam Gereja. Dalam kekuatan Roh, karya keselamatan hadir. Dalam kehidupan orang beriman kini, Roh Kudus tidak hanya merupakan dinamisme vital, tetapi sekaligus juga merupakan energi yang mendorong pada hidup baru dalam Kristus, suatu komunitas yang terbuka bagi seluruh saudara dan saudari dalam Gereja, suatu hidup gerejani yang bebas dan mengatasi Institusi. Roh Kudus tidak membiarkan kita passif untuk menantikan pemenuhan eskatologis. Roh Kudus, seperti dalam pembangkitan Yesus dari mati, mendorong dan membangkitkan dalam praksis hidup baru, untuk bangkit bersama dengan orang lain, dengan masyarakat, dan dengan kosmos, dalam suatu hidup baru.

Dalam dokumen SPIRITUALITAS FUNDAMENTAL Diktat docx 1 (Halaman 34-36)