kesehatan secara
sempit, tetapi
mencakup aspek
fisik, mental dan
perilaku sosial
(WHO).
Adi Gresiadi*
BORD AM
M
Mengopmalkan Perubahan Perilaku Sehat Masyarakat
Program Sanimas bukan hanya penyediaan bangunan fisik sarana sanitasi saja, tetapi juga pemberdayaan masyarakat. Namun sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perbaikan fisik lebih mudah dibanding merubah perilaku masyarakat. Hal ini juga dialami oleh Sanimas, meskipun sudah memiliki sarana sanitasi tetapi masih saja ada beberapa orang/keluarga yang perilakunya belum mencerminkan perilaku sehat.
Contoh di satu kampung sanimas di Yogyakarta, meskipun rumah mereka
sudah punya toilet tetapi ada 6 orang yang tetap lebih suka pergi ke sungai untuk BAB. Meskipun di MCK sudah disediakan tempat cuci tangan tetapi beberapa orang selalu lupa untuk cuci tangan pakai sabun setelah BAB. Oleh karena itu, BORDA bersama LPTP, BEST dan BALIFOKUS menyusun panduan atau modul yang diberi nama HHE/Health Hygiene Educaon.
Modul ini diterapkan di lokasi dimana sudah dibangun Sanimas tetapi masih terdapat orang-orang atau keluarga yang belum menerapkan prinsip perilaku hidup sehat, seper kasus di atas tadi. Karena memang akan selalu sulit mencapai perubahan 100%. Kemudian angka ini diopmalkan dengan modul ini. Untuk implementasinya bekerjasama dengan salah satunya adalah Poltekes Yogyakarta. Mahasiswa dilah selama 3 hari dengan modul HHE kemudian mereka seap minggu sekali bersama masyarakat selama 2 bulan. Hasilnya dari 6 orang yang punya kebiasaan BAB di sungai kemudian hanya nggal 1 orang saja karena anak-anak kemudian bersepakat membentuk “anak sahabat sungai” yang tugasnya mengawasi warga yang BAB di sungai.
HHE menggunakan metode akf parsipaf yang didampingi oleh beberapa fasilitator yang telah dilah dan dibekali pengetahuan tentang kesehatan dan higinitas serta modul dan alat-alat yang diperlukan untuk kegiatan HHE. Secara umum, peserta kegiatan ini dibagi menjadi dua, yaitu dewasa dan anak-anak. Hal ini dikarenakan metode penyampaian, serta alat-alat yang digunakan untuk kedua kelompok tersebut berbeda. Secara garis besar, modul HHE terdiri dari: A. Dewasa:
Terdiri dari 4 topik:
1. Rute kontaminasi (Diagram F) Menjelaskan tentang cara-cara
transmisi penyakit (terutama diare) sebagai akibat dari buang air besar sembarangan
2. Perawatan fasilitas dan lingkungan Menjelaskan penngnya perawatan
fasilitas sanitasi yang baik serta lingkungan yang bersih
3. Cuci tangan dengan sabun Menjelaskan penngnya mencuci
tangan dengan sabun di saat yang tepat 4. Penanganan air yang aman
Menjelaskan bagaimana cara penanganan air minum yang aman Sebelum HIA Sesudah HIA
Dalam
pelaksanaannya,
wawancara
dengan
masyarakat ini
dilakukan oleh
tenaga fasilitator
lapangan yang
mendampingi
masyarakat
selama program
Sanimas
berjalan.
BORDAN
N
B. Anak-Anak: Terdiri dari 3 topik:
1. Rute kontaminasi (Diagram F) Menjelaskan tentang cara-cara
transmisi penyakit (terutama diare) sebagai akibat dari buang air besar sembarangan
2. Idenfikasi perilaku higinitas yang baik dan buruk
Memberikan penjelasan kepada anak- anak tentang perilaku hygiene yang baik dan buruk
3. Cuci tangan dengan sabun Menjelaskan penngnya mencuci
tangan dengan sabun di saat yang tepat Alat-alat yang digunakan untuk seap topik bervariasi mulai dari poster, kartu bergambar, alat cuci tangan, sampai dengan
smiley untuk anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan ini dapat memberikan
informasi yang benar kepada masyarakat mengenai praktek kesehatan dan higinitas dengan cara yang menyenangkan dan mudah diingat. Keka masyarakat sudah memahami praktek kesehatan dan higinitas yang benar, diharapkan terjadi perubahan perilaku yang posif dan berkelanjutan. Dengan adanya perubahan perilaku yang berkelanjutan akan dapat memaksimalkan dampak program Sanimas serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.
* Posisi HHE di dalam program Sanimas Di tahun 2009, kegiatan HHE telah diujicobakan di 2 lokasi Sanimas di Kampung Jethak II, Kabupaten Sleman dan Kampung Gambiran, kota Yogyakarta sebagai pilot project yang bekerjasama dengan Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Yogyakarta. Kerjasama ini merupakan hubungan
mutualisme secara instusional antara Poltekkes Yogyakarta dengan BORDA. Mengapa mutualisme, karena BORDA mendapatkan tenaga fasilitator yaitu
mahasiswa semester akhir Jurusan Kesehatan
Lingkungan untuk implementasi HHE di ngkat masyarakat, sedangkan bagi Poltekkes sendiri, kerjasama ini selain mendapatkan poin secara instusional, juga membekali mahasiswanya dengan pengalaman langsung memfasilitasi masyarakat yang sesuai dengan bidangnya. Pilot project HHE ini berlangsung selama 2 bulan mulai dari bulan September sampai November 2009. Hasil yang didapatkan sangat menggembirakan. Para mahasiswa setelah dibekali dengan pelahan mampu memfasilitasi masyarakat dengan baik. Sedangkan tanggapan dari masyarakat juga sangat posif. Hal ini terbuk dengan jumlah masyarakat yang bergabung serta antusiasme mengiku kegiatan HHE ini. Hasil kegiatan HHE di 2 lokasi ini adalah munculnya
gerakan-gerakan di dalam masyarakat yang patut dicontoh. Yang cukup posif adalah misalnya pembentukan polisi sanitasi dari kelompok anak-anak yang bertugas mengawasi masyarakat yang masih buang air besar sembarangan. Hal ini terbuk efekf untuk mengawasi masyarakat yang masih buang air besar di sungai maupun kolam. Selain itu juga ada gerakan penggelontoran bak kontrol yang run dilakukan seap minggu pukul 10 pagi yang bertujuan untuk memperlancar aliran air yang masuk ke IPAL. Dari 2 contoh gerakan masyarakat ini, HHE terbuk mampu mendorong terjadinya perubahan perilaku di ngkat masyarakat. Masyarakat menjadi lebih sadar akan penngnya lingkungan yang sehat dan higienis.
*)HIA & HHE Coordinator, BORDA
BORDA
Bisa diceritakan bagaimana awal keterlibatan Anda dalam pengembangan Sanimas di Mojokerto sebagai Tenaga Fasilitator Lapangan?
Saya mulai menjadi TFL Sanimas di Mojokerto itu sekitar 2006. Saat itu saya dalam fase-fase akhir menyelesaikan studi saya di Teknik Sipil salah satu perguruan nggi di Malang. Lalu saya mendengar BEST di Surabaya mengadakan rekrutmen TFL untuk Sanimas di Mojokerto. Ternyata saya terpilih. Setelah terpilih saya langsung mengiku beberapa kali pelahan yang diadakan oleh BEST. Instrukturnya dari BORDA.
Setelah Anda direkrut sebagai TFL di Mojokerto pada 2006 apakah pada tahun yang sama Anda langsung turun ke lapangan sebagai TFL?
Ya, saya langsung turun ke lapangan sebagai TFL pada tahun itu juga. Lokasi yang menjadi tempat pertama karir saya sebagai TFL ada di
kelurahan Sentanan yang berada di Kecamatan Magersari. Di lokasi itu menggunakan sarana MCK Plus++ mengingat kontur tanahnya yang datar dan dak memungkinkan digunakannya sarana perpipaan komunal. Di Mojokerto sendiri memang rata-rata menggunakan MCK Plus++. Di Sentanan itu pembangunan fisiknya dimulai sekitar bulan September. Tidak ada kendala berar dalam pengerjaannya sehingga pada akhir Desember proses pengerjaan
sudah selesai. Pada 15 Januari 2007, lokasi itu mulai beroperasi yang peresmian operasinya dibuka langsung oleh Wakil Wali Kota Mojokerto saat itu, Bapak Hendro Suwono.
Total sudah berapa lokasi Sanimas di Mojokerto yang Anda dampingi dalam kapasitas sebagai TFL?
Total sudah tujuh lokasi Sanimas di Kotamadya Mojokerto yang saya dampingi proses pembuatannya. Untuk tahun ini saya masih punya tugas untuk merampungkan Sanimas di Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Magersari. Lokasi ini sebenarnya mulai disiapkan sejak 2009. Hanya saja pengerjaannya agak lambat karena ada sedikit hambatan dalam pencairan dana yang baru turun pada Desember 2009. Sampai sekarang seap hari saya masih berkunjung ke sana untuk mengecek perkembangannya secara run.
Tahap pengerjaan fisik bangunan Sanimas itu malah berada di ujung
pentahapan, sebelumnya ada banyak tahapan yang harus
dilewa lebih dulu. Menurut Anda bagian mana yang
paling membutuhkan perhaan?
Menurut saya yang terpenng dan krusial itu justru pada masa persiapan sebelum pengerjaan bangunan. Perlu diingat Sanimas ini sangat memperhakan aspek pemberdayaan
masyarakat, parsipasi warga, termasuk