Untuk memberi gambaran kepada pembaca, bisakah anda menjelaskan peran anda dalam tahap awal Sanimas?
Saya mulai terlibat dalam kegiatan Sanimas keka mulai bergabung dengan Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas pada pertengahan tahun 2002. Salah satu tugas pertama saya adalah bekerjasama dengan Pak Alfred Lambertus (WSP) agar uji coba Sanimas berjalan lancar. Keterlibatan saya secara intensif sampai pada tahun kega uji coba, sebelum Sanimas dilaksanakaan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Setelah itu saya hanya menjadi pengamat saja. Sekali-sekali diundang menjadi pembicara dalam lokakarya. Saya punya pengalaman lucu. Dalam salah satu kunjungan saya ke lapangan untuk melihat proyek AMPL, salah seorang fasilitator Sanimas yang kebetulan hadir mendeka saya dan dengan tulus ingin menjelaskan program Sanimas kepada saya. Mungkin dia menganggap saya dak paham akan program Sanimas.
Sanimas dimulai dengan uji coba di tujuh kabupaten, dan merupakan kerjasama banyak pihak yaitu pemerintah (pusat dan daerah), lembaga donor,
LSM dan masyarakat. Bisa anda jelaskan pengalaman menarik dari kerjasama ini. Apakah terdapat kendala dalam hal koordinasi?
Sebenarnya banyak pengalaman menarik. Yang paling teringat adalah kesulitan memadukan sumber dana yang berbeda. Pada tahun pertama keka sumber dana
utama adalah hibah pemerintah Australia melalui AusAID, kesulitan tersebut belum terasa. Tetapi memasuki tahun kedua keka dana hibah digankan oleh dana pemerintah Indonesia yang dikoordinasikan melalui Pokja AMPL Nasional, terdapat kendala dalam menyinergikan berbagai sumber dana tersebut. Dana pemerintah pusat ternyata hanya dapat digunakan untuk penyediaaan material. Sehingga perlu pengaturan agar dana pemerintah kota, LSM Borda, dan masyarakat dapat dialokasikan untuk pemberdayaan masyarakat dan kegiatan lainnya. Kendala lainnya adalah waktu yang tersedia untuk penyerapan dana hanya kurang dari 6 bulan. Sementara penyiapan
masyarakat harus dilakukan sejak awal tahun. Berbeda dengan kekhawaran awal bahwa kerjasama dengan LSM akan sulit, ternyata hal
tersebut dak ditemui atau paling dak bukan merupakan masalah besar. Mungkin karena
semua pihak yang terlibat sama punya keinginan besar untuk menyukseskan uji coba ini.
Dalam pelaksanaan sehari-hari, Pokja AMPL banyak berperan
sebagai focal point pada tahap uji coba Sanimas.
Seper apa peran Pokja AMPL yang
signifikan dalam hal ini?
Peran utama dari Pokja AMPL
terutama dalam memfasilitasi WSP-EAP Bank Dunia dan
Pelaku Tahap II
Penyempurnaan (2004-2005) MEDD YLSM Borda dalam menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah. Kemudian tentunya yang penng adalah
menyediakan sebagian dana yang cukup besar di tahun kedua dan kega. Tetapi yang jauh lebih penng bahwa dengan keterlibatan yang total dari Pokja AMPL Nasional menunjukkan keinginan yang besar dari pemerintah untuk mempunyai jawaban terhadap permasalahan sanitasi perkotaan. Inilah yang saya rasa menjadi sinyal kuat bagi pemerintah daerah, LSM Borda, dan masyarakat untuk lebih bersemangat lagi.
Perlu diingat bahwa pada saat itu, banyak yang masih belum yakin akan keberhasilan uji coba ini. Keraguan itu kadang-kadang muncul. Tentunya resiko kegagalan uji coba ini akan ditanggung terutama oleh kami yang ada di Pokja AMPL Nasional.
Apa yang mendorong agar pemerintah pusat melalui Pokja AMPL Naional meneruskan uji coba Sanimas pada tahun kedua dan kega setelah dana hibah Australia dak lagi tersedia?
Seper yang saya jelaskan sebelumnya bahwa pemerintah pada saat itu sedang berusaha memperoleh cara yang efekf dalam mengatasi masalah sanitasi perkotaan. Pada uji coba tahun pertama terlihat hasilnya cukup menjanjikan. Walaupun demikian kami di Pokja AMPL Nasional belum sepenuhnya yakin terhadap hasil uji coba tahun pertama tersebut. Sehingga disepaka untuk melanjutkan uji coba paling dak selama dua tahun lagi dengan memanfaatkan dana pemerintah pusat menggankan dana hibah pemerintah Australia. Terus terang dukungan Pak Basah sebagai Ketua Pokja AMPL Nasional pada saat itu merupakan modal yang sangat
besar bagi kami untuk melanjutkan uji coba ini.
Hal yang menarik dari Sanimas adalah keterlibatan banyak pihak, namun yang paling menarik adalah keterlibatan LSM BORDA sebagai mitra pemerintah. Dapatkah anda menceritakan sedikit pengalaman bermitra dengan LSM BORDA?
Secara umum, pengalaman bermitra dengan Borda merupakan pengalaman pertama bagi Pokja AMPL Nasional. Namun keberhasilan kemitraan ini sebenarnya terletak pada dak adanya keinginan diantara kami untuk saling menonjolkan keberhasilan masing-masing pihak. Semuanya adalah hasil kerja bersama pemerintah (pusat dan daerah), BORDA dan masyarakat. Keberhasilan
Sanimas adalah keberhasilan semua. Islah
kerennya, semua berdarah-darah tanpa pamrih. Bahkan sekarang banyak pelaku Sanimas dak mengetahui bahwa sebenarnya semua itu berawal dari kerjasama donor, pemerintah, LSM, dan masyarakat.
Kemitraan, khususnya Pokja AMPL Nasional, dengan LSM BORDA tersebut bahkan berlanjut sampai saat ini. Kemitraan tersebut sudah meluas dak hanya dalam pengembangan Sanimas tetapi juga dalam bentuk kegiatan lain seper pengelolaan sampah berbasis masyarakat, penerbitan majalah Percik edisi Khusus, dan penyelenggaraan seminar.
Pada tahap uji coba, keterlibatan lintas departemen masih terlihat tetapi kemudian setelah direplikasi keterlibatan lintas departemen menjadi kurang terlihat. Menurut anda, apakah ini sesuai dengan yang anda rencanakan di tahap uji coba? Kalau dak bagaimana sebaiknya?
Sebenarnya satu hal yang saya sayangkan dari pengembangan Sanimas setelah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum adalah kentalnya nuansa bahwa Sanimas adalah proyek sektoral/pusat. Sebenarnya kami rancang Sanimas ini menjadi kegiatan pemerintah daerah melalui fasilitasi pemerintah pusat, sehingga di daerah dak hanya dinas PU yang berperan tetapi juga dinas lainnya seper dinas kesehatan, dan badan pemberdayaan. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa sanitasi adalah kegiatan lintas departemen atau lintas dinas. Kedepannya sebaiknya di daerah dinas lainnya juga dilibatkan.
Keterlibatan Bappenas dan Pokja AMPL terutama pada masa awal Sanimas. Walaupun anda sudah dak terlibat lagi, namun sekiranya waktu dapat diputar kembali, hal apa yang menurut anda sebaiknya perlu dilakukan tetapi dak sempat terlaksana pada saat uji coba tersebut?
... semua
ber
dar
ah-
dar
ah
tanpa
pamrih...
BOWOSecara umum pelaksanaan pembangunan sebaiknya melalui ga tahapan yaitu (i) kegiatan peningkatan pemahaman pengambil keputusan di daerah, baik eksekuf maupun legislaf, (ii) instusionalisasi dan pengarusutamaan; (iii) pelaksanaan. Kegiatan pertama dapat berupa road show yaitu berupa kunjungan ke walikota dan anggota DPRD termasuk kepala dinas terkait untuk menjelaskan latar belakang kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan upaya memasukkan kegiatan dalam rencana daerah melalui fasilitasi pemerintah pusat, sehingga kegiatan ini menjadi bagian kegiatan pemerintah daerah. Hal ini diantaranya dapat tergambarkan dalam bentuk masuknya kegiatan Sanimas dalam dokumen perencanaan daerah. Setelah itu barulah dilaksanakan pembangunan fisik.
Hal pertama dan kedua ini yang dak sempat dilaksanakan karena kami semua terfokus pada pelaksanaan uji coba fisik di daerah.
Apakah Sanimas saat ini seper yang anda bayangkan pada saat uji coba dahulu?
Sebagian besar ya. Tetapi saya melihat banyak daerah yang melaksanakan Sanimas hanya sebagai bagian dari upaya mendampingi alokasi dana yang disediakan oleh pemerintah pusat. Keka dana pemerintah pusat dak tersedia lagi maka pemerintah daerah pun berhen melaksanakan Sanimas. Kemungkinan karena kita hanya fokus pada pemberdayaan masyarakat dan pembangunan fisik tetapi kurang memberi perhaan pada peningkatan
pemahaman dan kapasitas dari pemerintah daerah. Sanimas masih belum menjadi bagian dari program pemerintah daerah. Belum terjadi proses instusionalisasi di daerah. Mudah-mudahan hal ini bisa segera kita benahi.
Terlepas dari keberhasilan Sanimas, apakah anda melihat kelemahan dari Sanimas?. Paling dak hal yang perlu diperbaiki? Apakah yang sebaiknya dilakukan dalam meningkatkan kinerja Sanimas?
Salah satu persyaratan utama dari program seper Sanimas adalah tersedianya fasilitator yang handal. Keka kemudian Sanimas menjadi program nasional dan dilaksanakan di banyak lokasi pada saat bersamaan, ketersediaan fasilitator ini yang menjadi kendala. Saya melihat kita kesulitan mendapatkan fasilitator yang handal. Patut diingat bahwa pada saat yang bersamaan pemerintah juga melaksanakan kegiatan yang sejenis seper Pamsimas, WSLIC-2, ProAIR, CWSH yang kesemuanya membutuhkan fasilitator handal. Ini salah satu kelemahan Sanimas.
Sehingga ke depan pelaksanaan kegiatan pelahan terus menerus menjadi suatu keniscayaan. Selain itu, peningkatan pemahaman dan kapasitas pemerintah daerah menjadi sesuatu yang perlu ditambahkan secara khusus dalam Sanimas. Berbasis masyarakat akan berjalan baik keka pemerintah daerahnya paham dan menger fungsinya sebagai fasilitator, pendukung, pendamping masyarakat.