Sanitasi dan
Sampah
ZEN
buang air besar di sungai. Jika pun ada yang sudah memiliki jamban, saluran pembuangannya masih belum memenuhi standar. Jika dak dibuang ke tanki sepk yang letaknya berdeka- tan, maka limbah toilet akan dibuang ke sungai. Sebelumnya, dari 137 KK, hanya ada 25 KK yang memiliki jamban.
Keka ada sosialisasi Sanimas pada Maret 2005, praks warga dak terlalu lama berpikir panjang untuk mengajukan diri. Setelah terpilih sebagai lokasi dibangunnya Sanimas, fasilitator dari BEST, kepala desa, Sumardi (Ketua RT/RW 01/02) dan tokoh-tokoh masyarakat lain bahu membahu menyiapkan rencana kerja masyarakat. Selama ga bulan, mereka mencari lokasi yang tepat, menentukan sarana teknologi yang akan digunakan, menyiapkan desain teknis, menentukan jumlah iuran, membentuk KSM serta menyiap- kan rencana pelahan dan operasional. Hasilnya, sarana teknologi yang dipilih adalah MCK Plus++ ka- rena sarana perpipaan dak dimungkinkan mengingat faktor ke- nggian lokasi tanah. Ada pun tanah yang digunakan sebagai lokasi MCK Plus plus mengguna- kan lahan milik masyarakat yang dihibahkan.
Disebut MCK Plus++ karena me- mang ada ga kelebihan. Pertama, pelayanan sanitasi untuk masyarakat, seper kamar mandi dan toilet juga tempat khusus untuk mencuci. Kedua, menyediakan sarana air bersih
dan kega ialah unit pengolahan limbah yang terintegra-
si berada
dibawah struktur MCK tersebut. Ada beberapa hal menarik dalam proses persiapan pembangunan MCK Plus++ ini. Warga sempat berdikusi cukup lama mengenai bagaimana sebaiknya posisi jamban. “Warga banyak yang mewan-wan supaya posisi jamban diatur sedemikian rupa sehingga saat menggunakannya dak menghadap ke arah kiblat,” urai Sumardi sambil tersenyum mengingat kejadian itu.
Ada juga warga yang sempat curiga kalau para pengurus KSM me- nikma kucuran dana. Hal ini terkait dengan pemahaman pola lama yang menganggap kalau ada pembangunan dari dana pemerintah maka banyak uang yang masuk ke kantong pribadi. Warga tersebut bahkan sempat mengadukan ini ke instansi terkait di Sidoarjo.
“Sampai-sampai ada pegawai pemerintah yang ngecek langsung
ke sini terkait laporan itu. Tapi karena semua memang dilak-
sanakan dengan mekanisme, dak ada yang perlu dikha-
warkan. Warga itu pun bisa paham akhirnya,” tutur
Uyik, Ketua KSM “Cucung Berbinar” ini.
Warga juga sepakat bahwa iuran untuk
penggunaan fasili-
tas MCK Plus++ ini adalah Rp. 500 untuk buang air kecil atau besar dan Rp. 1000 untuk mandi atau mencuci. Kini, per hari, jumlah pengguna MCK bisa mencapai antara 50 sampai 70 orang.
Para pengguna bukan hanya warga setempat, tapi juga orang luar yang memang indekos di kampung itu. Banyak warga pendatang yang nggal karena bekerja di sekitar kampung, dari mulai pedagang asongan, pemu- lung sampai tukang becak.
Djunaedi, yang ditunjuk sebagai operator adalah warga pendatang yang sudah lebih dari 20 tahun me- netap di kampung Cucung. Ia pindah dari satu indekost ke indekost lain, tetapi masih di kampung yang sama. Karena sudah dikenal itulah maka Sumardi selaku Ketua RT memintanya sebagai operator.
Lancarnya iuran warga yang menggunakan fasilitas MCK Plus++ bisa tercermin dari honorarium yang diperoleh Djunaedi sebagai opera- tor. Dulunya, ia menerima honor 300 ribu rupiah per bulan. Tapi seiring pengelolaan KSM yang tetap terjaga dengan baik, kini honorarium Dju- naedi sudah me ningkat jadi 600 ribu rupiah per bulan.
Beberapa warga yang ditemui Per- cik di lokasi MCK mengakui manfaat besar keberadaan program Sanimas.
Mereka merasa hidup lebih bersih dan sehat. Angka penderita mun- taber atau diare pun menurun drass. Dan yang tak kalah penng, para orang tua bisa mengajarkan langsung pada anak-anaknya yang masih kecil ihwal penngnya melakukan akvitas buang air besar secara benar dan sehat.
“Kalau dak ada contoh langsung kan repot. Tapi dengan adanya MCK Plus++ yang dibangun berdasar konsep Sanimas, para orang tua bisa langsung menunjukkan bahwa buang air besar di tempat yang tepat itu lebih sehat,” papar Uyik.
Tingkat kebersihan dan pema- haman warga pada pola hidup sehat kian meningkat seiring dibangunnya fasilitas pengelolaan sampah pada 2008 yang juga dibangun atas ker- jasama antara BEST, BORDA, peme- rintah. Nama programnya sendiri yaitu Kiprah (Kita Pro Sampah). Tem- pat pengelolaan sampah itu dikelola oleh KSM yang berbeda, namanya
KSM Jan Berseri. Kenda berbeda pengelolanya, tapi lokasi keduanya berdempetan.
Ini adalah proyek percobaan Ki- prah di Jawa Timur. Sampah-sampah rumah tangga dikumpulkan dan lan- tas dipilah antara sampah organik dan non-organik. Khusus sampah organik, sampah itu diolah menjadi pupuk kompos. Mesin pengolah sampah, sarana pelengkap lain, dan bangunan itu sendiri hasil pembiayaan Borda, Pemprov Jam, dan sedikit sokong- an dari Dinas PU Sidoarjo. Mesin ini sendiri bisa mencacah 16 kubik sampah per jamnya.
Program itu sudah berjalan de- ngan amat baik. Pupuk kompos hasil pengolahan sampah organik bahkan dibeli oleh Trubus, perusahaan agro- industri yang juga menjadi penerbit majalah khusus agro-industri.
Jika fasilitas MCK Plus++ melayani sekitar 122 KK, fasilitas pengelolaan sampah melayani sekitar 800 KK, termasuk dari warga perumahan
Makarya Binangun. Iuran yang di- sepaka adalah Rp. 5 ribu per bulan untuk warga kampung dan Rp. 7 ribu per bulan untuk warga perumahan. Untuk pengelolaan sampah, KSM mempekerjakan 9 orang pekerja yang sudah dilah secara khusus.
Integrasi antara Sanimas dan Kiprah ini membuat kampung Cu- cung dan kampung Jan mengalami perkembangan dalam soal kesehatan, kebersihan dan pemahaman warga mengenai penngnya mengelola ling- kungan secara bersih. Sudah banyak peneli, wartawan, sampai warga dari masyarakat dari kota yang berbeda berkunjung untuk belajar memecah- kan dan mengelola persoalan sanitasi dan sampah dengan konsep pember- dayaan masyarakat.
Itu semua menjadi buk betapa persoalan sanitasi dan sampah di perkotaan yang paling akut sekalipun bukanlah masalah yang mustahil dipecahkan. Warga Cucung di Sido- arjo sudah membukkannya.
W
ilayah Ubung khususnya kawasan Pucuk Sari merupa- kan daerah yang cukup padat dan memiliki permasa- lahan sanitasi yang kompleks.Pemukiman yang padat, ditambah dengan adanya sentra industri rumah tangga tahu, tempe dan potong ayam, menjadikan kawasan Ubung, khususnya Banjar Batur, sebagai salah satu kawasan kumuh di wilayah Kota Denpasar.
“Dulu, kawasan ini terkenal ko- tor dan kumuh. Kalau hujan becek
dan banyak genangan. Belum lagi bau kotoran limbah yang sering-
kali dibuang ke sawah. Buang air besar juga sembarangan, sering dibuang ke sungai Lempuyang
begitu saja,” ujar Pak Ridwan, salah seorang warga Kampung
Pucuk Sari yang memiliki usaha percetakan ini.
Pada Juli 2003, ka- rena ada pengaduan dari masyarakat lain,
yang merasa terganggu dengan bau dan limbah
industri kecil ini, terjadi penutupan
paksa usaha industri rumah tangga
tahu, tempe, dan potong ayam
oleh Dinas Keterban dan
Ketentraman
Kota Denpasar. Para pengusaha yang tergabung dalam kelompok Mekar Sari Jaya (MSJ) lalu diwajibkan mem- buat ijin usaha, merapikan tempat usaha mereka serta membuat sistem pengolahan limbah.
Akhirnya para pengusaha bersedia dan sanggup membuat sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) ber- sama. “Kami sanggup bekerja sama untuk membangun IPAL,” kata Basuki, ketua kelompok Mekar Sari Jaya me- ngenang masa-masa awal itu.
Namun mereka membutuhkan bantuan teknis dan pendampingan dari pihak lain. Bersamaan dengan proses pendekatan parsipaf yang sedang dilakukan di kawasan terse- but dalam kerangka proyek Sanimas (Sanitasi oleh Masyarakat), BaliFokus dan BORDA menyambut baik kesang- gupan dan kesediaan warga dan segera memberikan pendam pingan, bantuan teknis serta bantuan dana konstruksi fisik IPAL.
Pada saat itu disadari bahwa persoalan sanitasi dan limbah industri di Pucuk Sari harus diselesaikan secara integral, dak bisa terpisah- pisah. Untuk mengatasi kompleksnya permasalahan sanitasi di wilayah ini diperlukan penanganan secara ter- integrasi dan holisk. Karena perm- bangan-permbangan di atas, maka disepaka bahwa proyek percon- tohan pengelolaan limbah industri tahu tempe dan Sanimas sama-sama dilakukan.
Proses sosialisasi sudah dilaku- kan sejak Agustus 2002, sementara tahapan perencanaan teknis mulai intensif sejak April-Juni 2003. Pihak LSM Bali Fokus berkoordinasi dengan kelompok Mekar Sari Jaya terkait tahapan-tahapan persiapan sebelum pembangunan bisa dilakukan.
Akhirnya disepaka untuk sarana teknologinya, baik Sanimas maupun IPAL industri dipilih teknologi perpi-