• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sanimas Dahulu,

Dalam dokumen PERCIK. Edisi Khusus. Media Informasi Ai (1) (Halaman 124-127)

bantuan pembangunan fasilitas Sanimas.

Kegigihan warga desa Panggung, khususnya dari RW 4, amat bisa dipa- hami mengingat sejarah pola hidup warganya, terutama terkait dengan sistem sanitasi.

Menurut penuturan sejumlah warga yang berhasil ditemui Percik, warga di sekitar situ dulunya terhi- tung sembarangan dalam melaku- kan akvitas buang air besar. Sudah sa ngat biasa jika mereka buang air besar (BAB) di pantai. Hal itu berlaku untuk semua umur, baik laki atau perempuan, baik yang masih anak- anak, yang belum berkeluarga sampai yang sudah berkeluarga.

“Bahkan sudah biasa juga jika ada warga yang BAB di selokan di depan rumahnya sendiri, terutama saat air sedang mengalir lancar. Itu bukan hal aneh, tapi sudah menjadi sesu-atu yang run dan turun temurun,” ung- kap Kholili, Ketua KSM Karya Mandiri yang mengelola fasilitas MCK Plus++

itu.

Sebenarnya di kawasan itu sempat dibangun dua fasilitas toilet umum oleh Dinas Pekerjaan Umum. Hanya saja, pengelolaannya dak maksimal, sehingga terlihat kotor, air sering macet dan jarak juga relaf jauh dari pemukiman warga. Ini menyebab- kan warga tetap dengan kebiasaan lamanya dalam BAB.

Itulah sebabnya saat ada tawaran untuk membangun fasilitas sanitasi dengan konsep yang melibatkan pem- berdayaan masyarakat atau Sanimas, warga dak perlu berpikir lama untuk ikut mengajukan diri. Kebutuhan yang sudah taraf mendesak itu pula yang membuat mereka tak mundur walau pun dua kali gagal terpilih.

Saat akhirnya terpilih, warga dengan segera dilibatkan dalam sejumlah tahapan dengan difasilitasi oleh tenaga fasilitator dari LSM BEST. Selama ga bulan, mereka mencari lokasi yang tepat, menentukan sarana teknologi yang akan digunakan, me-

nyiapkan desain teknis, menentukan jumlah iuran, membentuk KSM serta menyiapkan rencana pelahan dan operasional.

Selama tahapan pra-pembangun- an itulah warga diberi pemahaman mengenai konsepsi sanitasi berbasis masyarakat. Mereka pelan-pelan menger kalau Sanimas berbeda dengan proyek pembangunan toilet umum seper yang sudah mereka lihat sebelumnya. Di sini, parsipasi warga menjadi keniscayaan.

Warga juga diberi pemahaman penng mengenai penngnya pem- bangunan dilakukan sesuai standar yang sudah ditetapkan oleh BORDA. Warga sempat mengalami sendiri bagaimana akibatnya jika ada hal-hal tertentu dilakukan dak sesuai stan- dar. Misalnya, ada fondasi yang harus dibongkar lagi karena kekuatannya dianggap dak memenuhi standar. Bahkan sempat terjadi juga pasir yang dianggap kurang baik mutunya dak digunakan.

Selama tahapan pra pemba ngun- a n itu diputuskan dua hal penng. Pertama, sarana teknologi yang di- gunakan adalah MCK Plus++ karena kontur tanah yang relaf datar dak memungkinkan dipilihnya teknologi perpipaan. Kedua, lahan yang digu- nakan untuk membangun fasilitas Sanimas berada di pantai yang meru- pakan tanah negara.

Warga sendiri terlibat akf dalam tahap pembangunan. Mereka menye- diakan tenaga dalam tahapan pem- bangunan. Selain itu, warga juga me- nyiapkan dana swadaya sebesar lima juta rupiah. Kenda terbilang kecil dibanding total biaya pembangunan, tapi dana swadaya itu penng sebagai buk kesiapan parsipasi warga.

MCK Plus++ yang dikelola KSM Karya Mandiri ini akhirnya bisa bero- perasi pada Maret 2008.

Hingga kini melayani seki- tar 300 KK yang berasal dari empat

RT yang berada di lingkungan RW 4, desa Panggung. Selain warga setem- pat, para nelayan yang baru pulang melaut juga menjadi pengguna MCK.

Mulanya warga mengalami kesu- litan dalam soal adaptasi, terutama para orang tua. Mereka yang biasanya BAB sembarangan harus membiasa- kan diri menggunakan jamban. Sem- pat ada beberapa yang mengalami kesulitan tapi pelan-pelan mulai bisa membiasakan diri. Selain soal adapta- si, warga juga ternyata butuh waktu untuk bisa menggunakan fasilitas

MCK dengan bersih dan baik. Hingga dua bulan pertama, masih dijumpai ada warga yang membuang sampah ke jamban.

Setelah melewa tahap adaptasi itu, hasilnya nampak dengan jelas. Pola BAB warga sekitar bisa dibilang berubah drass. Mereka yang sudah terbiasa BAB dalam ruangan tertutup mulai merasakan kedaknyamanan saat ingin melakukan BAB di ruang terbuka, seper pantai atau sungai.

Dalam waktu yang relaf singkat, hampir dak lagi

ditemu-

kan warga yang BAB secara semba- rangan.

Warga bisa merasakan sendiri manfaat fasilitas MCK Plus++. Selain bisa BAB secara sehat dan aman, mereka juga bisa memanfaatkan air bersih untuk kepenngan mencuci.

Pemahaman yang kuat akan vitalnya fasilitas MCK Plus++ ini pula yang membuat warga dengan suka rela menyisihkan uang ap kali usai memanfaatkan fasilitas MCK. Pada- hal, mereka dak diwajibkan berapa nominalnya. Berbeda dengan MCK

Plus++ di tempat lain, KSM di sini dak mematok berapa tarif penggunaan MCK. Iuran dibe- rikan seikhlasnya. Kenda de- mikian, dak berar KSM kekurangan dana untuk mengelola MCK. Dari iuran suka rela itu, KSM masih bisa membiayai

kebutuhan listrik dan air bersih dari PT PAM yang total per bulannya bisa mencapai 250-300 ribu rupiah. KSM juga bisa memberikan honorarium kepada Abdullah, orang yang ditunjuk sebagai operator MCK Plus++.

Bahkan dari sisa dana pemba- ngunan Sanimas dan penghasilan sehari-hari MCK, KSM bisa berinisiaf membangun musholla. Kini musholla itu sudah berdiri tepat berdamping- an dengan fasilitas MCK. Namanya Musholla Nurusshalikhin. Kenda pembangunan musholla itu dak jadi sekaligus melainkan bertahap, tapi hal itu sedaknya mengindikasikan cukup baiknya KSM mengelola fasili- tas Sanimas.

Warga pun mendapatkan keun- tungan lebih. Mereka bisa langsung menggelar ibadah shalat setelah mandi atau BAB di MCK tanpa harus pergi ke mesjid yang cukup jauh. Kini, ap Jum’at pagi, musholla tersebut run menggelar pengajian.

Abdullah yang ditunjuk se- bagai operator MCK juga diper-

caya sebagai takmir musholla. “Sampai-sampai ada yang

setengah becanda menyebut saya sebagai Kyai Sanimas,

lho,” ujar Abdullah sembari tertawa.

Toilet, jamban, MCK, atau kakus yang

dikonotasikan biang- nya najis ternyata

bisa saling menun- jang dengan

ak vitas periba- datan. Jika ada

ha dist berbu- nyi “ke- bersihan sebagian daripada iman”, maka warga Desa Panggung barangkali sekarang sudah jauh lebih paham maknanya.

s++ tempat n, KSM sini dak matok rapa tarif nggunaan CK. Iuran dibe- an seikhlasnya. Kenda de- kian, dak berar M kekurangan dana tuk mengelola MCK. ri iuran suka rela itu, M masih bisa membiayai

bagai operator MCK ju caya sebagai takmir m

“Sampai-sampai ada setengah becanda

saya sebagai Kyai lho,” ujar Abdul

tertawa. Toilet, jam MCK, atau k dikonotasi nya najis bisa sali jang de akv data ha n ima warga Des barangkali sekara jauh lebih paham makna

M

CK Plus++ di Kam- pung Cucung, Desa Jan, Keca matan Waru, Sidoarjo, terlihat sangat bersih dan mengkilap. Hujan deras sepanjang sore pun tak membuatnya menjadi kotor dan becek. Jauh dari kesan toilet yang kumuh dan becek seper biasa terlihat di terminal, pasar atau stasiun.

Keka Percik berkunjung ke sana, Djunaedi masih sibuk mengepel lantai toilet yang sempat becek oleh tem- pias air hujan. Lalu, satu per satu, be- berapa orang datang lengkap de ngan handuk dan perlengkapan mandi.

Pak Djunaedi me- nerima kepingan uang logam dari orang-orang itu. Lalu ia kembali

mengepel. Toilet makin terlihat mengkilap.

“Beberapa waktu lalu ada orang televisi datang ke sini. Mereka cuma ambil gambar dari luar. Katanya ga enak kalau nan bakal bikin kotor,” kata Djunaedi.

Fasilitas Sanimas dengan teknologi MCK Plus++ yang dijaga Djunaedi ini berada di bawah pengelolaan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Cucung Berbinar. Ada dua kampung

yang dilayani yaitu kampung

Cucung dan kampung Jan. Letaknya ada di pusat kota, tak sampai 1 kilo- meter dari Terminal Bungur Asih.

Berdirinya fasilitas Sanimas MCK Plus++ ini tak lepas dari inisiaf Kepala Desa Jan, Muchammad Al Irsyad. Ia prihan dengan kualitas kebersihan di kampungnya. Maka ia mengajukan proposal pengelolaan sampah ke Pemkab Sidoarjo. “Eh, malah ditawari 10 bak sampah. Ya, kita tolak. Wong warga saya ingin- nya mengelola sampah, bukan untuk ditum puki sampah,” kenang sang kepala desa ini.

Beruntung ia punya kenalan orang BEST, mitra LSM BORDA dalam pengembangan Sanimas untuk wilayah Jawa Timur. Mulanya ia dak ditawari fasilitas pengelolaan sampah, tapi justru fasilitas sanitasi berbasis masyarakat atau Sanimas yang ber- bentuk MCK Plus plus.

Sebelum dibangun fasilitas Sanimas, warga sekitar melakukan akvitas

Dalam dokumen PERCIK. Edisi Khusus. Media Informasi Ai (1) (Halaman 124-127)