• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yan Koestoer

Dalam dokumen PERCIK. Edisi Khusus. Media Informasi Ai (1) (Halaman 104-106)

(Direktur Eksekuf Indonesia Bussines Link)

yang lebih erat dengan daerah asalnya masing- masing. Kami akan mencoba menjajaki dan merangkul perusahaan-perusahaan yang sifatnya lokal seper itu. Kami berharap, enam wilayah yang akan menjadi acon plan kami pada 2010 ini juga bisa merangkul perusahaan- perusahaan yang basis utamanya di enam wilayah itu.

Kesannya baru sekarang saja CSR itu mulai menyentuh soal air dan sanitasi. Benarkah begitu?

Sebenarnya dak juga. Sudah ada, misalnya, Forum CSR for A Beer Life. Unilever sendiri punya program Seribu Jamban. Kalimantan Prima Coal sudah mengembangkan program penyediaan air bagi masyarakat yang dekat dengan daerah operasi bisnis mereka.

Hanya saja, memang, butuh waktu untuk itu. Sejak 2003, terutama dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam eksplorasi sumber daya alam, proses itu sudah dimulai. Dalam proses awal itu, terutama selain soal komunikasi dan membangun kepercayaan itu yang menjadi faktor penngnya. Setelah itu muncul, baru mulai dipetakan k-k apa saja yang bisa ikut berparsipasi.

Mulanya banyak sekali, bahkan sampai isu illegal logging. Lalu disepaka untuk menekankan persoalan yang resiko poliknya lebih minim, misal soal air minum dan sanitasi. Itu pun sebenarnya relaf. Soal air itu, kan, dalam konteks tertentu justru sangat polis sekali. Itu isu yang di ngkat global sebenarnya sangat serius.

IBL sendiri punya konsep apa dalam soal pengembangan CSR ini?

Kami selalu mendorong untuk dak sekadar ngasih uang. Itu dak efekf. Kalau ngasih uang jelas dak akan ada habisnya. Masyarakat juga bisa minta terus nannya. CSR itu, idealnya, bukan sekadar charity. Bukan soal kedermawanan. Ini soal yang terkait dengan pengembangan bisnis. Harusnya, CSR bahkan sudah masuk ke dalam rencana bisnis perusahaan, jika perlu bahkan saat perusahaan itu sendiri belum beroperasi.

Kami menekankan agar CSR dak disederhanakan hanya dengan ngasih uang saja. CSR itu mes

memberdayakan masyarakatnya. Innya, bukan ngasih ikan, tapi memberi kailnya. Tapi, dak berhen ngasih kail, melainkan juga memaskan kail itu tetap bisa berfungsi dengan baik. Makanya, dalam CSR, dak ada exit strategy. Yang ada adalah penyesuaian program. Dalam tahap- tahap tertentu, setelah mencapai satu target, program pun menyesuaikan dengan situasi di lapangan itu.

Bagaimana CSR dibandingkan dengan program- program pemerintah?

CSR ini bukan untuk menggankan peran pemerintah.

Jangan sampai program-program CSR ini tumpang ndih dengan program-program pemerintah. Makanya perlu kemitraan dengan pemerintah. Ini juga supaya lebih efisien. Kalau kemitraan dengan pemerintah ini berlangsung dengan baik, akan mudah menyusun acon plan, kami dak perlu memulai dari nol lagi. Dengan memanfaatkan informasi dan data-data yang dimiliki pemerintah, kami bisa langsung meng-improvement apa yang sudah dilakukan pemerintah di satu wilayah.

Apa harapan Anda pada pemerintah terkait upaya swasta atau perusahaan-perusahaan yang ingin terlibat dalam pembangunan di Indonesia melalui CSR ini?

Pertama, kami berharap agar pemerintah bisa lebih memahami apa itu CSR. Jangan sampai CSR ini berhen sekadar dipahami sebagai alternaf funding. Kami sering mendengar soal itu. Seper yang saya kemukakan di awal, CSR ini bukan soal charity, tapi terkait dengan strategi bisnis perusahaan. Dengan dak memahami CSR hanya sekadar alternaf funding, kemitraan antara pemerintah dan swasta bisa lebih baik lagi.

Kedua, dengan kemitraan yang lebih baik itu, dengan pemahaman yang lebih pas terkait apa itu CSR, maka pemerintah pun bisa memberi feedback yang memadai pada perusahaan-perusahaan itu. Kalau hanya minta dicarikan perusahaan-perusahaan yang mau mendanai satu program, kemitraan itu akan susah dingkatkan menjadi lebih strategis, terutama dari sudut pandang perusahaan-perusahaan tadi.

Pemerintah juga sejak awal sebaiknya ikut serta dengan memberi masukan-masukan yang dibutuhkan, memberi kemudahan dalam mengakses informasi dan menggunakan data-data yang dimiliki pemerintah, terutama dalam soal informasi dan data yang berhubungan dengan program CSR. Secara umum, pemerintah juga perlu memberi kemudahan-kemudahan yang dibutuhkan bagi swasta untuk mengembangkan dirinya, misalnya soal kemudahan mengurus perijinan.

Kega, usahakan agar program-program pemerintah berkesinambungan. Jangan sampai setelah bekerjasama untuk program tertentu kemudian berhen setelah satu program selesai. Misalnya dengan Pokja AMPL dalam soal air dan sanitasi ini, mereka terus ada, orangnya terus ada, sehingga walau pun misalnya pemerintah dak lagi memiliki dana untuk meneruskan satu program, sedaknya masih ada pihak yang bisa diajak bicara dan diskusi. Karena keterlibatan pemerintah dalam kemitraaan ini bukan cuma soal dana atau anggaran, tapi

pemerintah juga bisa menjadi fasilitator yang baik dan opmal, bisa memberi data-data dan informasi.

LOKASI PROGRAM SANITASI OLEH MASYARAKAT (SANIMAS)

Tahun 2003

No Propinsi Kota/ Kabupaten Lokasi Sistem Terpilih Pengguna (Jiwa)

2 6 6 1,239

1 Jawa Timur

5

Mojokerto 1 Kel. Balongsari, Kec. Magersari MCK = Biogas 222

Sidoarjo 1 Kel. Sidokare, Sec. Sidoarjo MCK = Biogas 164

Pasuruan 1 Bakalan, Kec. Bugul Kidul Pipa Komunal 400

Kediri 1 Kec.Kota, Kel.Balower MCK = Biogas 268

Blitar 1 Kel. Sukorejo, Kec. Sukorejo Perpipaan Komunal 85

2 Bali 1 Denpasar 1 Pucuksari Selatan, Banjar Batur Perpipaan Komunal 100

Tahun 2004 No Propinsi Kota/ Kabupaten Lokasi Sistem Terpilih Pengguna (Jiwa)

2 7 8 3,075

1 Jawa Timur 6

Kota Mojokerto 1 Kedung Kwali III MCK 300

Kota Sidoarjo 1 Bungur Medaeng, Kec.Waru MCK = Biogas 200

Kota Pasuruan 1 Mandaran Rejo, Kec. Bugul Kidul MCK = Biogas 375

Pamekasan 2 PP Sumber Bungur, Desa Pakong (Putra) MCK = Biogas 400

PP Miahul Qulub, Desa Polagan (Putri) MCK = Biogas 500

Kota Kediri 1 Mrican, Kel. Kampung Baru MCK = Biogas 300

Kota Blitar 1 Lingkungan Mesjid Kauman Perpipaan Komunal 400

2 Bali 1 Kota Denpasar 1 Banjar Pamecutan Kaja, Denpasar Barat Perpipaan Komunal 600

Tahun 2005 No Propinsi Kota/ Kabupaten Lokasi Sistem Terpilih Pengguna (Jiwa)

3 9 11 3,665

1

Jawa Timur 6

Kota Pasuruan 1 Kel. Gading Rejo, Kec.Gading Rejo MCK 400

Pamekasan 2 Pondok Pesantren Al-Falah, Dempo Barat, Pasean MCK 400

Pondok Pesantren Darul Jihad, Kadur MCK 400

Kota Blitar 1 Karanglo RT 02 RW 15, Sanawetan Perpipaan 312

Kota Mojokerto 1 Jagalan Lor Lingkungan Kalima, Jagalan MCK 400

Kota Sidoarjo 1 Kampung Kedung Boto RT. 17 MCK 350

Kota Tegal 1 Keturen, RT 01-02 RW I MCK 307

2 Jawa Tengah 3

Kota Semarang 1 Kampung Bustaman MCK 307

Kota Salaga 1 Kampung Kalitaman MCK 228

Kota Surakarta 1 Perum Penyandang cacat dan seniman, Kragilan Komunal 365

3 Bali 1 Kota Denpasar 1 Lingk. Segina VI, Br. Pekandelan MCK 196

Tahun 2006 No Propinsi Kota/Kabupaten Lokasi TerpilihSistem Jumlah Pengguna

KK Jiwa 20 53 65 5,700 23,886

1 Sumatera

Utara 1 Kota Sibolga 1 Kelurahan Hutabarangan, Kec. Sibolga Utara MCK Plus++ 96 350

2 Riau 2 Siak 1 RW I, Kel. Perawang, Kec. Tualang MCK Plus++ 50 250

Palawan 1 Pondok Pesantren Al – Muslimun, Desa Sikijang, Kec. Pangkalan Kerinci MCK Plus++ 60 300

3 Sumatera

Barat 2

Solok 1 Jorong Kampung Tangah, Kanagari Paninggahan, Kec. Junjung Sirih MCK Plus++ 70 350

Dharmasraya 1 Jorong Pasar Koto Baru, Kanagari Koto Baru, Kec. Koto Baru MCK Plus++ 70 350

4 Sumatera

Selatan 3

Kota

Palembang 3

Kampung Talang Putri RT 21. Kel. Talang Putri. Kec. Plaju. MCK Plus++ 197 986

Kampung Talang Aman RT.22. Kel. Talang Aman. Kec. Kemuning. MCK Plus++ 12 60

Kampung Lingk. Gandus RT.05. Kel. Gandus. Kec. Gandus MCK Plus++ 73 365

Pencapaian

Peta

Dalam dokumen PERCIK. Edisi Khusus. Media Informasi Ai (1) (Halaman 104-106)