ereplik
Sanimas?sistem st
dampak kesehatan dan hygiene.
infrastruktur, perkembangan sosio-ekonomi, dan
lingkungan masyarakat. HIA dilakukan 2 kali, yaitu sebelum intervensi untuk mengetahui kondisi awal, serta 1 tahun setelah beroperasi untuk mengetahui perkembangan dampak implementasi program Sanimas. Hasil HIA untuk kurun
waktu 2003-2007 di 65 lokasi di Jawa, Bali, NTB dan sebagian Sulawesi adalah 95,2 persen sarana Sanimas telah dipergunakan untuk tempat BAB, 74,4 persen dipergunakan oleh kaum
perempuan untuk BAB dan mandi yang lebih privasi, 69,6 persen menggunakan air bersih serta 64,9 persen masyarakat terbiasa dengan lingkungan yang bersih.
Memasuki hari kedua peserta diajak untuk berdiskusi tentang kesinambungan layanan sanitasi dan monitoring evaluasi partisipatif. Hasil diskusi ini menekankan pada dua hal: (a) Proses pembangunan, sebagai fokus monitoring, (b) Hasil pembangunan, sebagai fokus evaluasi, untuk melihat keberlanjutan hasil pembangunan Sanimas. Keberlanjutan dicermati melalui berbagai aspek. Pertama, kelembagaan: Apakah kelembagaan tersedia dan berfungsi? Bagaimana mekanisme peran kelembagaan pengelola? Kedua, dukungan sosial: apakah sarana digunakan dan dipelihara? Apakah penggunaannya efektif? Ketiga,
teknis: apakah kualitas konstruksi standar? Apakah sarana dapat dikelola sesuai kemampuan. Keempat,
lingkungan: apakah sarana
bebas cemaran (efluen
memenuhi BOD, COD). Apakah ada
pengelolaan limbah lebih lanjut? Kelima, keuangan: Apakah dana pemeliharaan tersedia? Apakah sistem pembayaran menjamin keberlanjutan? Kesepakatan ini dituangkan dalam bentuk format monitoring evaluasi partisipatif dengan kasus Sanimas.
Pada hari ketiga dilakukan kunjungan lapangan yang didahului dengan simulasi format monitoring evaluasi partisipatif dengan kasus Sanimas, berdasarkan format yang disepakati sehari sebelumnya. Kunjungan lapangan dilaksanakan pada kelurahan Kutoarjo Kendal, kelurahan Purwodinatan, kelurahan Bandarharjo, dan kelurahan Plombokan Semarang;
Hari keempat yang merupakan hari terakhir difokuskan pada refleksi hasil pembelajaran lapangan. Hasil refleksi digunakan untuk menyempurnakan format monitoring evaluasi partisipatif. Hasilnya dapat dilihat pada butir tulisan dibawah.
Perangkat Monitoring dan Evaluasi Partisipatif Program Sanimas
Berdasar hasil uji coba di lapangan, disepakati tabel monitoring dan evaluasi partisipatif yang mencakup lima aspek yaitu kelembagaan, teknik, pembiayaan, sosial, lingkungan sebagai berikut.
Hasil Uji Coba
Sesuai dengan hasil praktk lapangan, setelah diolah oleh
Tiga aspek
keberlanjutan
yang menjadi
perhaan
Sanimas
yaitu teknis,
keuangan dan
kelembagaan
peserta lokakarya, diperoleh beberapa hasil penting sebagai berikut: (i) kon- disi pengelolaan Sanimas di kelurahan Bandaharjo Semarang merupakan yang terbaik, bahkan penilaian aspek kelem- bagaan, teknis dan sosial memperoleh nilai sempurna (5). Kondisi pengelo- laan terbaik kedua adalah kelurahan Plombokan Semarang. Kemudian menyusul kelurahan Purwodinatan Semarang dengan hasil penilaian yang tidak berbeda jauh. Kondisi pengelo- laan kelurahan Kutoharjo, Kendal yang relatif tidak menggembirakan; (ii) dari keseluruhan aspek yang dinilai, kondisi lingkungan merupakan aspek yang terbaik, disusul kelembagaan, sosial, teknis dan pembiayaan; (iii) kondisi teknis yang memprihatinkan terekam di kelurahan Kutoharjo Ken- dal, karena efluennya dinilai kurang memenuhi syarat. Kondisi kelembagaan yang relatif kurang baik di kelurahan Purwodinatan Semarang. Sementara kondisi sosial yang kurang menggembi- rakan di kelurah-an Kutoharjo Kendal. Selengkapnya hasil monitoring dan evaluasi sebagai berikut.
Satu hal yang seringkali diungkapkan oleh pengurus KSM adalah kebutuhan akan pendampingan dari pemerintah daerah. Dengan demikian KSM tidak merasa terbuang. Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu pengurtus KSM “Kami merasa menjadi belajar sendirian, karena kami tidak tahu harus dengan siapa kami konsultasi, jangan sampai seperti anak kehilangan induk”. Pembangunan sanitasi termasuk Sanimas tidak hanya berhenti sampai terbangunnya fasilitas tetapi terus berlanjut sepanjang masih terdapat masyarakat yang membutuhkan layanan sanitasi.
Diringkas dari catatan pelaksanaan Lokakarya Peningkatan Kapasitas Daerah Dalam Monitoring Evaluasi Partisipatif, Studi Kasus Program Sanimas
Semarang, 16-19 Juni 2009, *Training Specialist, [email protected]
Aspek kelembagaan SCORE KETERANGAN
A KSM memiliki legalitas 1 2 3 4 5
B Berfungsinya AD/ART atau peraturan dasar/rumah tangga
1 2 3 4 5
C Kelengkapan struktur organisasi 1 2 3 4 5
D Pengurus dipilih secara demokras 1 2 3 4 5
E Terselenggaranya rapat pengurus dan anggota secara periodik
1 2 3 4 5
F Terlaksananya kegiatan sesuai Rencana Kerja Tahunan
1 2 3 4 5
G Pengurus mengiku pelahan yang terkait
pengelolaan sarana
1 2 3 4 5
Jumlah nilai P Rata rata (A) q / 7
Aspek teknis SCORE KETERANGAN
A Baik dan berfungsinya kondisi fisik bangunan 1 2 3 4 5
B Kualitas efluen sesuai dengan standar kualitas 1 2 3 4 5
C Kualitas bak penampungan 1 2 3 4 5
D Kelancaran aliran ke bak penampungan 1 2 3 4 5
E Inspeksi terjadual secara run 1 2 3 4 5
F Adanya pemanfaatkan Biogas (bila ada) 1 2 3 4 5
G Pemanfaatan sarana sesuai dengan kapasitas 1 2 3 4 5
H Tersedianya standar operasional dan prosedur 1 2 3 4 5
Jumlah nilai Q Rata rata (Q) q/8
TABEL HASIL UJICOBA MONITORING DAN EVALUASI
No Nama kelurahan Aspek yang dinilai :
Kelembagaan Teknis Pembiayaan Sosial Lingkungan
1 Kelurahan Purwodinatan Semarang 3,4 4,5 4,2 4,1 4
2 Kelurahan Bandarharjo Semarang 5 5 4 5 4,6
3 Kelurahan Kutoharjo Kendal 4,7 2,3 3,7 3,3 4,3
4 Kelurahan Plombokan Semarang 4,1 4,2 3,7 4,2 5
FORMAT MONITORING DAN EVALUASI KSM :
Kabupaten/Kota : Provinsi :
Aspek sosial SCORE KETERANGAN
A Parsipasi masyarakat dalam perencanaan 1 2 3 4 5
B Meningkatnya interaksi sosial masyarakat 1 2 3 4 5
C Meningkatnya kerja sama dalam pengelolaan program
1 2 3 4 5
D Parsipasi perempuan dalam mengambil
keputusan (gender)
1 2 3 4 5
E Meningkatnya PHBS 1 2 3 4 5
F Meningkatnya akses masyarakat terhadap layanan sanitasi
1 2 3 4 5
G Meningkatnya gerakan kebersihan lingkungan 1 2 3 4 5
Jumlah nilai S Rata rata (S) s/7
Aspek lingkungan SCORE KETERANGAN
A Membaiknya kondisi lingkungan 1 2 3 4 5
B Berkurangnya pencemaran sumber air 1 2 3 4 5
C Menurunnya kasus diare dalam 3 bulan terakhir 1 2 3 4 5
Jumlah nilai T Rata rata (T) t/3
Kesimpulan :
Catatan dari hasil diskusi pengisian perangkat monitoring dan evaluasi : Rekomendasi untuk pendampingan KSM kedepan :
Beberapa kesepakatan dicapai dalam lokakarya tersebut, diantaranya yang terpenng adalah
No Pelaku Tindak Lanjut 1 Pokja AMPL
Nasional
(a) Menyempurnakan perangkat ini menjadi Panduan Monitoring dan Evaluasi Parsipaf Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat, (b) Menyebar luaskan panduan tersebut kepada pemangku kepenngan Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat, antara lain Sanimas, (c) Mengupayakan Sanimas sebagai bagian dari kegiatan Pokja AMPL di daerah, sehingga menjadi bagian dari rencana pembangunan sanitasi daerahnya dan menjadi perhaan semua SKPD.
2 Pokja AMPL Propinsi
(a) Melaksanakan Rapat Koordinasi untuk menanggapi hasil lokakarya monitoring dan evaluasi dalam rangka menyusun rencana ndak untuk disebar kepada seluruh SKPD dan memberi solusi untuk peningkatan Sanimas termasuk dalam hal koordinasi pelaksanaan kegiatan di lapangan; (b) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pada program sanitasi.
3 Pokja AMPL Kabupaten/ Kota
(a) Melaksanakan rapat Koordinasi untuk menanggapi hasil lokakarya monitoring dan evaluasi dalam rangka menyusun rencana ndak untuk disebar kepada seluruh SKPD dan memberi solusi untuk peningkatan Sanimas termasuk dalam hal koordinasi pelaksanaan kegiatan di lapangan; (b) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pada program sanitasi.
4 Kabupaten/ Kota Sanimas
(a) Membentuk Pokja AMPL yang diinisiasi oleh Bappeda dan atau Dinas Pekerjaan Umum, (b) Melakukan koordinasi untuk penanganan paska konstruksi , (c) Mengupayakan replikasi.
5 KSM (a) Peningkatan SDM untuk operator dan pengurus untuk aspek teknis maupun administrasi, (b) Kampanye kesehatan, (c) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pada program sanitasi.
Rencana Tindak
Aspek pembiayaan SCORE KETERANGAN
A Terkumpulnya dana kontribusi dari masyarakat pengguna untuk pembangunan sarana
1 2 3 4 5
B Iuran untuk operasi dan pemeliharaan terkumpul secara run dari seluruh pengguna
1 2 3 4 5
C Tidak tergantung pada sumber dana lain 1 2 3 4 5
D Adanya pelaporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan dan transparan
1 2 3 4 5
E Adanya insenf untuk pengurus 1 2 3 4 5
F Alokasi dana untuk pengembangan sarana 1 2 3 4 5
Jumlah nilai R Rata rata (R) r/6
ZEN
ZEN
I
PLT atau instalasi pengolahan lumpur tinja adalah system pengolahan lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah tinja. Instalasi ini diperlukan untukmenyempurnakan pengolahan limbah. Biasanya lumpur tinja dibawa oleh truk-truk tinja pengurasan tangki septik rumah tangga. Begitu pula sistem teknologi DEWATS yang digunakan dalam Sanimas.
Lumpur dana sistem DEWATS jumlahnya sangat kecil yaitu kurang lebih 5% dari volume pengolahan, namun perlu dikuras antara tiga sampai lima tahun sekali. Lumpur tersebut masih membutuhkan pengolahan lanjutan yakni dengan menggunakan sistem Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja atau yang akrab dikenal dengan IPLT.
Sebenarnya sudah banyak kota- kota di Indonesia yang mempunyai IPLT untuk melayani pembuangan hasil pengurasan tanki septik rumah tangga. Menurut perkiraan sementara di seluruh Indonesia sudah lebih dari 300an unit instalasi. Namun hanya dalam hitungan jari saja IPLT yang dapat difungsikan. Umumnya lokasi IPLT ada di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, dan di beberapa tempat malah digunakan juga sebagai pengolah air lindi.
Sebagai salah satu tindak lanjut dari kegiatan Sanimas, BORDA dan mitra bekerjasama dengan Satker Air Limbah Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Mojokerto telah berhasil membangun percontohan IPLT di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada tahun 2007. Dan
pada tahun 2006, atas pembiayaan dari UNICEF bekerjasama dengan DKKP Kota Banda Aceh juga telah membangun satu unit IPLT untuk penanganan limbah domestik program post-tsunami recovery. IPLT di Kota Banda Aceh dikelola oleh DKPP Kota Banda Aceh, sedangkan IPLT Mojosari di kelola bersama oleh Pemda dan BORDA sebagai ujicoba pengelolaan.
Desain Awal
Di BORDA sendiri desain IPLT mulai disusun sejak bulan Juli 2004 karena mempertimbangkan bahwa lumpur tinja dari sistem DEWATS yang digunakan dalam Sanimas akan mulai perlu dikuras pada tahun 3. Sampling kemudian dilakukan dengan pengambilan contoh lumpur tinja dari truk tinja pada beberapa kota dengan sumber lumpur tinja yang berbeda dan membawa ke laboratorium untuk dianalisa kualitas lumpurnya, antara lain Denpasar, Jogjakarta, Tangerang dan Surabaya. Lumpur tinja diambil dari truk tinja dari perusahaan swasta yang menguras dari sumber-sumber
yang berbeda seperti tangki septik rumah tangga, lumpur dari pengolahan limbah hotel, rumah sakit dan pabrik tahu. Hasilnya dapat dilihat spada tabel 1:
Berdasarkan hasil di atas, terlihat bahwa kandungan polutan lumpur tinja terutama dari tangki septik rumah tangga masih cukup tinggi, sehingga perlu penanganan untuk mengolah sehingga layak dibuang ke lingkungan.
Beberapa langkah survei dilakukan selama proses merencanakan unit IPLT, selain dari segi teknis seperti kelayakan lokasi, penentuan kualitas dan kuantitas lumpur yang akan dibuang; dari segi sosial dan kelembagaan juga sangat mempengaruhi terhadap pengelolaan yaitu adanya peraturan pemerintah setempat yang mengatur tentang pembuangan lumpur tinja dan pengurasan, jumlah perusahaan- perusahaan swasta yang mempunyai jasa pengurasan dengan truk tinja selain truk-truk tinja milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan atau DKP, jangkauan
Catatan: sampel diambil antara 10-17 Juli 2004
Tabel 2. Kualitas Lumpur Tinja dari Beberapa Wilayah