• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catatan Akhir

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 42-49)

1. Tidaklah pasti kapan Badiuzzaman Said Nursi lahir, tetapi sebagian besar sumber yang ada menyebutkan dia lahir pada 1877.

2. Bruinessen, Agha, Shaikh and State, 247. Dia menegaskan bahwa di Kur-distan, ini adalah sebutan kehormatan yang menunjukkan bahwa seseorang adalah pengikut aliran Naqsyabandiyah.

3. Badıllı, Nursi, 1: 71-72.

4. Lihat Bruinessen, Mullahs, Sufis, and Heretics.

5. Di kemudian hari, Nursi menyatakan dalam pembicaraan pribadinya bahwa dia adalah seorang Seyyid, yakni turunan langsung Nabi Muhammad. Lihat Salih Özcan dalam Şahiner, Son Şahitler, 3: 129; Muhiddin Yürüten, dalam Şahiner, Son Şahitler, 3: 74; dan Husein Aksu, dalam Şahiner, Son Şahitler (1980, ed.) 1: 242-43. Dua nama pertama di atas mencatat bahwa Nursi me-ngatakan bahwa kedua orangtuanya berasal dari garis keturunan para Sey-yid. Badiuzzaman memberitahu Salih Özcan bahwa ibunya adalah seorang “Husaini,” dan ayahnya, “Hasani.” Keluarganya tidak dikenal sebagai keluar-ga Seyyid.

6. Şahiner, Nurs Yolu, 68; Badıllı, Nursi, 1: 43. 7. Lihat Bruinessen, Agha, Shaikh and State, 224ff. 8. Şahiner, Bilinmeyen (edisi ke-13) 312; Nursi, Rays, 280. 9. Şahiner, Nurs Yolu 2, 153.

10. Şahiner, Bilinmeyen (edisi ke-6), 46; Nursi, Flashes, 128; Nursi, Muhakemat, 22-23.

11. Lihat Algar, “Political Aspects of Naqshbandi History,” 131; dan Mardin, “Naksibendi Order in Turkish History.”

12. Lihat edisi khusus mengenai aliran Qadiri, Journal of the History of Sufism 1-2 (2000). Diterbitkan di Istanbul oleh Simurg Press.

13. Mardin, “Nursi,” 75. Lihat juga Bruinessen, Agha, Shaikh and State, 223ff. 14. Nursi, Emirdağ Lahikası(edisi 1959), 1: 53.

15. The Gawth of Hizan adalah gelar Syekh Seyyid Sibgatullah Arvasi, seorang khalifah Khalid Jazari, yang selanjutnya menjadi khalifah Maulana Khalid.

Lihat Bruinessen, Agha, Shaikh and State, 324, 337. Dia dikenal sebagai syekh yang paling suci di antara syekh-syekh lain sezamannya dan dikubur di Desa Geyda dekat Hizan. Lihat juga Şahiner, Son Şahitler (edisi 1993), 1: 22-24. 16. Untuk biografi singkat mengenai Abdul Qodir Jaelani (1077-1166), lihat

Trimingham, Sufi Orders of Islam, 40-44. Menurut buku ini, dia sendiri bukan guru sufi tetapi lebih tepatnya seorang khatib, kiai, dan tidak mendirikan aliran Qadiriyah yang berkembang beberapa waktu setelah kematiannya. 17. Nursi, Sikke-i Tasdik-i Gaybi, 116.

18. Ibid., 71.

19. Nursi, Emirdağ Lahikası (edisi 1959), 1: 52. 20. Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 31-32.

21. Untuk prediksi lain yang dibuat syekh yang sama, lihat Badıllı, Nursi, 1: 84 n. 23.

22. Untuk cerita serupa yang mendukung hal ini ini, lihat Badıllı, Nursi, 1: 78. 23. Clay, “Labour Migration and Economic Conditions,” 3-4.

24. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 6-7; Badıllı, Nursi, 1: 86-87.

25. Syekh Emin Efendi adalah seorang sarjana terkenal yang memiliki madrasah di kawasan Kızılmescit, Bitlis. Dia adalah guru dari banyak tokoh terkemuka. Dia pergi ke Istanbul pada 1900. Di sana, dia disambut dengan upacara resmi dan sempat berbincang-bincang secara pribadi dengan Sultan Abdulhamid II. Lalu kembali ke Bitlis pada 1903 dan meninggal di sana pada 1908 pada usia 70 tahun. Lihat, Şahiner, Bilinmeyen (edisi ke-6), 53.

26. Hamza, “Badiuzzaman,” 668; Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 33.

27. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 8-10; Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 33-35. 28. Sarjana sufi masyhur Nur al-Din Abd. al-Rahman Jami (1414-92), tinggal di

Herat. Di antara banyak karyanya, yang dikenal dengan judul Molla Cami adalah sebuah komentar atas sebuah karya sintaksis bahasa Arab yang ber-judul al-Kafiya karya Ibn Hajib. Hingga kini masih masuk dalam silabus ma-drasah. Di antara seratus komentar yang ditulis mengenai karya ini, masing-masing memiliki keterangan dan anotasi lebih jauh. Lihat Türkiye Diyanet

Vakfı Islam Ansiklopedisi (selanjutnya disebut TDVIA), S.V. “Ibnul Hacib”

karya Hulusi Kilic.

29. Jam’ul Jawami adalah sebuah karya mengenai ajaran fiqh karya Tajuddin as-Subki (w.1370); Syarh al-Mawaqif mengenai ilmu kalam (teologi) dan akidah (doktrin), dan merupakan karya Seyyid Syarif al-Jurjani (w. 1413); dan Ibn

Hajar adalah karya mengenai ajaran-ajaran fiqh karya Ibn Hajar al-Haitami

(w. 1567). Semuanya ini adalah buku-buku wajib. Untuk daftar buku-buku yang diajarkan di madrasah Kurdistan, lihat, Badıllı, Nursi, 1: 97-98.

30. Untuk biografi singkat Ahmet Hani (meninggal 1707?), lihat TDIVA, S.V. “Syekh Ahmet Hani,” karya Munazarat Sait Özervarli.

31. Ghazali, Ihya’u Ulumudîn, 2: 247. Nasa’i dan Tirmidzi menyatakan bahwa Hadis tersebut sahih.

32. Nursi, Sikke-i Tasdik-Gaybi, 65.

33. Sebuah buku mengenai logika karya Qutb al-Din al-Razi.

34. Sebagaimana disebutkan dalam bab selanjutnya, salah satu alasan Nursi me-makai busana yang khas ini adalah untuk mempromosikan dan mendorong industri-industri lokal yang terancam punah karena kalah oleh barang-ba-rang impor dari Eropa yang membanjiri Türki. Pada akhir 1880-an, produksi kain mohai yang mungkin merupakan bahan busana Nursi itu berkurang. Lihat Inalcık dan Quataert, Economic and Social History of the Ottoman

Em-pire, 2: 924. Lihat juga Bruinessen, Agha, Shaikh and State, 18-19, yang

me-negaskan bahwa bahan tersebut diproduksi secara khusus oleh orang-orang Armenia dari dahulu hingga sekarang. Lihat juga Mardin, Religion and Social

Change, 46.

35. Abdulmecit (Nursi), Hatıra Defteri, 16, dikutip dalam Badıllı, Nursi, 1: 93. 36. Badıllı, Nursi, 1: 100-1; Şahiner, Nurs Yolu 2, 100.

37. Nursi, Emirdağ Lahikası (edisi tulisan tangan), 383, dikutip dalam Badıllı,

Nursi, 1: 100.

38. Nursi, Lem’alar, 649.

39. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 15; Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 38. 40. Badıllı, Nursi, 1: 109-10.

41. Ibid., 1: 109.

42. Mengenai aktivitas-aktivitas misionaris pada akhir Kekaisaran Usmani dan orang-orang Armenia, lihat Salt, Imperialism, Evangelism, and the Ottoman

Armenians; dan Ibid, “Trouble Wherever They Went,” 287-314.

43. Mardin, Religion and Social Change, 43ff., 60-65; Mardin, “Nursi,” 76-77. 44. Deringil, Well-Protected Domains, 114.

45. Shaw dan Shaw, History, 2: 250.

46. Mardin, Religion and Social Change, 62; Deringil, Well-Protected Domains, 127, 128.

47. Bishop, Journeys in Persia and Kurdistan, 354, dikutip dalam Mardin, Religion

and Social Change, 61. Lihat juga Brant, “Journey,” 6: 187-223.

48. Bishop, Journeys, 121, 122, dikutip dalam Mardin, Religion and Social Change, 61.

49. Lihat, Shaw dan Shaw, History, 200-205; Danişmend, Izahlı Osmanlı Tarihi

Kronolojisi, 6: 187-223.

50. Zurcher, Turkey, 87-88. 51. Öke, Yüzyılın Kan Davası, 101. 52. Ibid., 89.

53. Untuk resimen Hamidiye, lihat Shaw dan Shaw, History, 2: 246; Bruinessen,

Agha, Shaikh and State, 185-86; Kodaman, Sultan II. Abdulhamid’in Dogu An-adolu Politikasi.

54. Danişmend, 4: 334.

55. Qamus al-Muhit, dahulu adalah sebuah kamus yang digunakan secara me-luas, ditulis oleh Abu Tahir Fairuzabadi (w. 1415). Tidak diketahui cetakan mana yang Nursi gunakan. Sebab, buku tersebut terbagi dalam empat vo-lume, maka dia pasti menghafalnya beberapa ratus halaman. Lihat Badıllı,

Nursi, 1: 111; Şahiner, Bilinmeyen (edisi ke-13), 68; TDVIA, S.C.,

“Fairuzaba-di,” karya Hulusi Kılıç.

56. Ketika diadili karena menentang Republik Türki di Persidangan Pidana Es-kisehir pada 1935, Nursi dimintai pendapat mengenai republikan-isme. Dia menjawab: “Sebagaimana dibuktikan dalam biografi yang Anda miliki, saya sudah menjadi seorang republikan agamais sebelum kalian semua—kecuali hakim ketua—lahir,” dan dia kemudian menceritakan kisah tentang semut itu. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa keempat khalifah setelah Rasulullah itu menjadi khalifah (yakni, penerus Rasulullah) sekaligus pre-siden republik, dan bahwa hal ini bukanlah gelar yang tidak ada maknanya, karena mereka telah menjadi presiden dari sebuah republik agamais tempat keadilan sejati dan kebebasan adalah yang utama. Lihat Risale-i Nur Külliyati

Müellifi, 39.

57. Untuk Mustafa Pasya, lihat Bruinessen, Agha, Shaikh and State, 181-87; Şahiner, Son Şahitler (edisi baru), 1: 31-34.

58. Sang pengelana, Lehmann-Haupt, dikutip oleh Bruinessen, Agha, Shaikh and

State, 186-87.

59. Cerita ini diambil dari Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı 18-21; Risale-i Nur

Külliyati Müellifi, 39-42.

60. Said Nursi jelas-jelas memiliki pendapat yang lebih baik mengenai sang putra daripada ayah (yang terbunuh dalam sebuah peperangan pada 1902), sebab dia memberi anak tersebut sebuah salinan foto dirinya yang paling awal bisa ditemukan. Baru kemudian diberikan kepada penulis biografi Nursi Necmettin Şahiner oleh putri Abdulkerim, Meryem. Lihat Şahiner,

Resim-lerle Badiuzzaman Said Nursi, 18. Dia memerintahkan agar dibentuk resimen

Hamidiye yang terdiri atas suku Miran dalam Perang Balkan 1912-13. Lihat Şahiner, Son Şahitler (edisi 1993), 33-34.

61. Badıllı, Nursi, 1:116-7.

62. Şahiner, Bilinmeyen (edisi ke-6), 63-64. 63. Nursi, “Munazarat” (edisi bahasa Usmani), 462.

64. Mengenai ini, lihat Mardin, Genesis of Young Ottoman Thought. 65. Kocatürk, Büyük Türk Edebiyati Tarihi, 662.

66. Nursi, Munazarat (edisi 1977), 15. 67. Keddie, Islamic Response, 29-30. 68. Hourani, Arabic Thought, 115-16. 69. Keddie, Islamic Response, 35.

70. Enayet, Modern Islamic Political Thought, 41-42; Hourani, Arabic Thought, 115-19.

71. Nursi, Divan-i Harb-i Örfi, 19.

72. Ahmet Hilmi, Senusiler (edisi cetak ulang), 32, 37, 43. 73. Ibid., 29-30.

74. Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 42.

75. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 23-24; Badıllı, Nursi, 1: 123-24. 76. Nursi, Emirdağ Lahikası (edisi 1959), 1: 135.

77. Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 42-43.

78. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 25-26. 79. Satu juz adalah satu per tiga puluh Al-Qur’an. 80. Nursi, Emirdağ Lahikası(edisi 1959), 1: 257. 81. Şahiner, Son Şahitler (edisi baru), 1: 344-45.

82. Kejadian ini membuat kita tahu tanggal berapa Said tinggal di Bitlis: Syekh Muhammed Kufrevi meninggal pada 1313 H/1895-96. Lihat Badıllı, Nursi, 1: 128 n. 56. Dalam Risale-i Nur Külliyati Müellifi, hal ini terjadi pada akhir masa tinggalnya di sana. Lihat, Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 44.

83. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 28-29; Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 44. 84. Seyyid Nur Muhammad adalah cucu Seyyid Sibgatullah, yang disebutkan di

atas, n. 15. Lihat juga, Nursi, Barla Lahikası, 276; Nursi, Rays, 434.

85. Syekh Abdurrahman Tagi juga dikenal sebagai Seyda. Dia meninggal pada 1886-87.

86. Syekh Fehim Arvasi adalah seorang khalifah Seyyid Taha, salah satu khalifah Maulana Khalid.

87. Syekh Fethullah Verkanisi (meninggal pada 1899-1900) adalah seorang

kha-lifah Syekh Abdurrahman Tagi. Lihat Badıllı, Nursi, 129.

Uleması yang dipilah-pilah dari catatan-catatan resminya, jumlah

orang-orang terpelajar dari Anatolia Timur tidaklah sebanding dengan yang ber-asal dari Kekaisaran Usmani.

89. Abdulmecit (Nursi), Hatıra Defteri, 11, dikutip dalam Badıllı, Nursi, 1: 144. 90. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 29, dan biografi “resmi” hanya menyebut

namanya sebagai “Hasan Pasya.” Abdulmecit (lihat Badıllı, Nursi, 1: 144) dan setelah dia Şahiner (Bilinmeyen, edisi ke-13, 77), menyatakan bahwa dia adalah gubernur Van.

91. Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 44-45. Pada kenyataannya, bertahun-tahun kemudian ketika menjelaskan masa-masa belajarnya di Van kepada salah seorang muridnya, Muhsin Alev, Nursi mengatakan bahwa dia telah mempe-lajari dan menguasai ilmu-ilmu pengetahuan itu kecuali kimia organik; itu-lah satu-satunya yang belum mampu dia kuasai sepenuhnya. Lihat Şahiner,

Son Şahitler (edisi 1980), 1: 227.

92. Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 46.

93. Mustafa Sungur, dalam Şahiner, Aydınlar Konuşuyor, 395. 94. Nursi, Damascus Sermon, 88-89.

95. Nursi, Sualar, 748.

96. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 30.

97. Mengenai Azhar, lihat Hatina, “Historical Legacy,” 51-68. 98. Nursi, Lem’alar, 648.

99. Untuk Giravi, sebuah suku yang kuat, lihat Bruinessen, Agha, Shaikh and

State, 55, 106, 120. Badıllı mengatakan bahwa anggota suku tersebut dikenal

karena keberanian dan kenekatan mereka. Di antara suku-suku di kawasan Van, merekalah yang paling dekat dengan Nursi. Lihat Badıllı, Nursi, 1: 151. 100. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 31-32; Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 46. 101. Erdem, Davam, 192.

102. Badıllı, Nursi, 1: 163.

103. Yakni tentang pergantian abad. Sumber kutipan dan Risale-i Nur Külliyati

Müellifi tidak menyebutkan menteri tersebut, padahal Şahiner (Bilinmeyen,

edisi ke-13, 84) mengatakan bahwa dia adalah Gladstone, yang terkenal atas “kebenciannya” kepada “bangsa Turki.” Jika itu masalahnya, ini pasti sebuah keterangan yang sangat tua, karena Gladstone telah meninggal pada 1898. 104. Nursi, Sikke-i Tasdik Gaybi, 76.

105. Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 47.

2

iSTAnBuL

Pada November 1907, Nursi berangkat ke Istanbul dalam rangka men-cari bantuan dan dukungan resmi untuk universitas Islam yang didirikan-nya, Medresetuz Zehra. Umurnya waktu itu sekitar 30 tahun. Dari awal yang sangat sederhana di Desa Nurs, dia telah mengangkat reputasinya di antara para ulama Kurdistan dan menjadi figur yang tidak hanya dikenal karena rekornya yang tidak terkalahkan dalam debat, pengetahuan yang sangat luas dan bakat yang luar biasa, tetapi juga karena perjuangannya demi keadilan dan pembelaan hak, serta keberanian tanpa tanding dalam membela Sang Pencipta. Cita-citanya sesuai dengan kemampuannya. Ini tampak jelas sejak awal hidupnya. Dia tidak pernah puas dengan status

quo; sesuatu di dalam dirinya selalu mendorongnya untuk mencari jalan

baru dan lebih baik. Semakin luas wawasannya, semakin jelas pula jalan-nya.

Seperti yang dibahas pada bab sebelumnya, selain karena proses be-lajar tanpa henti, beberapa peristiwa penting sangat menentukan dalam mewarnai arah perjuangannya. Salah satunya adalah kesadarannya akan adanya ancaman yang sangat besar terhadap Al-Qur’an dan Islam serta keputusannya untuk mempersembahkan hidup dan pengetahuannya untuk membuktikan bahwa Al-Qur’an dan Islam adalah sumber ilmu dan kemajuan yang benar. Peristiwa lain adalah perkenalannya dengan beberapa orang yang dia temui di Mardin pada 1892, pengetahuan yang diperolehnya dari mereka tentang perjuangan untuk kemerdekaan dan

konstitusionalisme, dan tentang gerakan yang memperjuangkan kesa-tuan Islam, serta masalah lain yang terkait dengan dunia Islam. Namun hal yang paling memengaruhinya adalah pergaulannya dengan para pega-wai pemerintah di Van, yang membuatnya sadar bahwa westernisasi dan sekularisasi Tanzimat sudah sangat memengaruhi pikiran dan pandangan golongan terpelajar Usmani sehingga menimbulkan keraguan yang besar terhadap Islam. Karena terpengaruh oleh orang Eropa, sebagian mereka percaya bahwa Islam bertanggung jawab atas kemunduran kesultanan. Inilah yang menyadarkan Nursi tentang sangat pentingnya reformasi pendidikan madrasah dan pembaruan ilmu pengetahuan Islam dari sudut pandang kemajuan-kemajuan modern dalam ilmu pengetahuan. Sampai awal Perang Dunia I, inilah isu yang paling menyita pemikirannya.

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 42-49)