• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serikat Muhammad

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 96-100)

Di antara berita-berita yang dimuat di Volkan, No. 36 (5 Februari 1909) terdapat tiga item yang jelas-jelas berhubungan. Pertama, kaum Free mason telah bertemu di rumah Musir Fuad Pasya dan menunggu pem bukaan pemondokan di sana tiga minggu kemudian. Kedua, Serikat Muhammad telah terbentuk. Ketiga, “perkumpulan rahasia,” yang mung-kin merupakan Serikat Muhammad itu sendiri, sedang “menampakkan di rinya di mata dunia” sebagai jawaban atas semakin tersebarnya peng-ikut Freemason.2 Meskipun pendapat umum mengatakan bahwa Dervis Vahdeti3 adalah pendiri Serikat Muhammad, pada kenyataannya (sebagai-mana dia jelaskan sendiri secara panjang lebar dalam serangkaian artikel di Volkan, no. 66-70) dia diperkenalkan kepada Serikat Muhammad oleh sekelompok orang tidak dikenal—begitulah menurutnya—yang ingin meng gunakan Volkan sebagai media Serikat Muhammad. Mereka meng-klaim bahwa Serikat Muhammad telah ada selama sepuluh tahun.4 Pada awalnya dia menurut, tetapi kemudian menjadi curiga dan memutuskan ikatan dengan mereka, karena tujuan mereka adalah “reaksi politis”5 dan retaknya salah satu di antara mereka adalah mantan mata-mata atau detektif.6 Kemudian dia menjalankan serikat sendirian. Volkan mencan-tumkan label “Media Penyiaran İttihad-i Muhammedi” mulai nomor 48, 17 Februari 1909, meskipun manifesto lengkapnya serta tata aturan baru muncul di surat kabar Volkan pada 16 Maret 1909.7 Upacara yang menan-dai “pembukaan resminya”8 berbentuk upacara maulid9 dan diadakan pada 3 April bertepatan dengan hari lahir Nabi Muhammad (12 Rabiul Awal, 1327). Nursi memainkan peran yang sangat penting dalam acara maulid yang diadakan di Aya Sofia tersebut, dia berpidato selama dua jam. Tetapi, pertama-tama, akan sangat berguna jika kita mengetahui amanat Nursi di

hadapan Mahkamah Militer mengenai alasan-alasan bergabungnya dia ke dalam perkumpulan tersebut dan bagaimana dia memandangnya.

“Saya dengar,” kata Nursi, “telah dibentuk sebuah perkumpulan yang bernama Serikat Muhammad. Saya benar-benar khawatir jika orang-orang tertentu sampai bertindak keliru saat membawa nama suci ini. Kemudian saya mendengar bahwa orang-orang yang lurus seperti Suheil Pasya10 dan Syekh Sadik11 telah bergabung agar gerakan-gerakan mereka menjadi se-mata-mata ibadah dan mengikuti Sunnah Rasul yang mulia. Mereka telah berpindah dari perkumpulan politik itu [CUP?] dan memutuskan hubung-an mereka denghubung-annya, dhubung-an mereka tidak akhubung-an turut campur dalam urus-an politik. Tetapi lagi-lagi saya khawatir, tetapi saya berkata dalam hati: ‘Semua orang punya hak atas nama ini; hak ini tidak boleh dirampas [oleh siapa pun] atau dibatasi.’ Sementara itu, saya sendiri tetap menghormati tujuh perkumpulan karena saya menganggap tujuan mereka sama, dan kemudian saya bergabung dengan [“nama suci”] ini.”

Artikel Said Nursi yang pertama untuk Volkan muncul dimuat dalam nomor 70 (11 Maret 1909). Dalam nomor 68 (9 Maret), terdapat pengu-muman yang memanggil para anggota utamanya untuk menghadiri rapat luar biasa, salah satunya adalah Nursi, dan dalam nomor 75 dia dimasuk-kan daftar sebagai salah satu di antara dua puluh enam anggota badan pengurus serikat. Pasti sekitar saat-saat inilah, ketika Vahdeti mendirikan serikat ini secara mandiri, Nursi mulai terlibat di dalamnya. Dia melanjut-kan: “Bagaimanapun, saya mendefinisikan Serikat Muhammad, perkum-pulan saya, sebagai berikut: Ia adalah sebuah lingkaran dari rantai cahaya yang menjangkau dari timur ke barat, dari utara ke selatan. Pada saat ini, anggotanya sudah mencapai lebih dari tiga ratus juta. Yang menyatukan serta mengikat perkumpulan ini adalah persatuan Ilahi. Sumpah dan jan-jinya adalah iman kepada Tuhan. Semua anggotanya adalah orang ber-iman, yang tergabung sejak saat Tuhan membuat perjanjian dengan ma-nusia. Panduannya adalah Kitab Suci. Sarana komunikasi Serikat adalah semua buku islami, koran-koran hariannya, semua surat kabar religius yang tujuannya adalah ‘menegakkan Firman Tuhan.’ Perkumpulan dan perwakilannya yaitu masjid, madrasah, dan tekke sufi. Pusatnya adalah dua kota suci [Mekkah dan Madinah], kepalanya, Kejayaan Dunia [Nabi Muhammad]. Jalannya adalah perjuangan [jihad] dari masing-masing anggota dengan nyawanya sendiri; dengan kata lain, meneladani

morali-tas Rasulullah (SAW), memberikan kekuatan baru ke amalan-amalannya, memupuk cinta kepada orang lain, dan jika tidak merugikan, menawarkan nasihat kepada mereka. Peraturan dari perkumpulan ini adalah Sunah Ra-sul, dan undang-undangnya adalah perintah dan larangan dalam syariat. Pedangnya adalah bukti-bukti yang jelas, karena orang yang ber adab ha-nya bisa ditaklukkan dengan persuasi, bukan paksaan. Penyelidik an ter-hadap kebenaran harus [dilandasi] dengan cinta, sementara itu kita ha-nya boleh membenci kekejaman dan kesempitan pandangan. Tujuanha-nya adalah untuk menegakkan Firman Allah. Sebanyak 99% hukum syaria t berhubungan dengan moralitas, ibadah, dan selanjutnya, kebajikan. Satu persen berhubungan dengan politik; biarkan para pemerintah kita yang memikirkan tentang itu.”

Selanjutnya, Nursi berkata: “Tujuan kita sekarang adalah mendo-rong semua orang untuk menuju ka’bah prestasi dan kesempurnaan da-lam meraih kemajuan dengan hasrat dan keinginan nurani dengan cara menggetarkan rantai cahaya itu. Karena pada saat ini sarana yang paling kuat untuk menjunjung tinggi Firman Tuhan adalah melalui kemajuan material. “Saya adalah anggota perkumpulan ini ... Saya bukan anggota partai atau golongan yang menyebabkan pertikaian.”12

Kemudian, Nursi pertama-tama berupaya untuk mencegah agar se-buah perkumpulan yang memikul nama Rasul tidak dikuasai oleh ke-lom pok tertentu, dieksploitasi untuk tujuan-tujuan politis, dan menja di sumber pertikaian dan perpecahan. Sebaliknya, Serikat Muhammad me-rangkul semua orang yang beriman dan menjadi jalan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan serius yang telah berkembang di antara berbagai perkumpulan dan partai politik pada masa pemerintahan CUP—perbeda-an-perbedaan berbahaya yang, sedikit banyak, menurut Nursi turut men-jadi penyebab insiden yang dia sebut sebagai “bencana dahsyat”, yaitu Insiden 31 Maret.13

Nursi menulis: “Cara Serikat kita adalah cinta kepada cinta dan per-musuhan terhadap perper-musuhan; dengan kata lain, menjaga cinta di an-tara kaum Muslim dan mengalahkan kekuatan permusuhan.”14 Pada ke-nyataannya, dia menjelaskan Ittihad-i Muhammedi sebagai Ittihad-i Islam, atau Persatuan Islam, yaitu “persatuan yang berpotensi muncul atau yang benar-benar sudah ada di antara orang-orang yang beriman.”15 Persatuan dan persaudaraan kaum Muslim saat itu “seperti jalur-jalur emas yang

tersembunyi di separuh dunia,” dan serikat di Turki adalah “sebuah nyala api baru yang telah muncul di salah satu titiknya dan memberi kabar ba-gus bahwa kenyataan yang hebat itu sedang benar-benar tersibak.” Hal itu muncul dari potensi untuk bangkit dan kini berharap bisa menggugah orang-orang beriman lainnya dan mendorong mereka menuju kemajuan melalui dorongan nurani. Kaum Muslim belum menyadari potensi yang agung itu. Karena sikap abai, rantai cahaya persatuan yang menyatukan pusat-pusat Islam itu menjadi tidak berdaya; ia belum didayagunakan. Kini rantai tersebut harus dihidupkan dan digetarkan.16

Landasan persatuan dan kemajuan serta penguatan dan pembebasan dunia Islam adalah pembaruan moral, dan Nursi memandang Serikat telah menjadi ujung tombak gerakan memperkuat moral tersebut dengan cara memberi napas baru dalam penafsiran syariat dan Sunnah Rasul. Dia me-nyatakan: “Alasan kemerosotan kita dalam hal duniawi adalah kegagal-an kita menaati agama kita. Dkegagal-an juga, kita lebih memerlukkegagal-an perbaikkegagal-an moral daripada reformasi pemerintahan.”17

Dalam artikel-artikel ini, Nursi menjelaskan secara lebih mendetail tentang tujuan-tujuan Serikat Muhammad sebagaimana tercantum di da lam manifesto dan undang-undangnya. Selain itu, manifesto tersebut menunjukkan bahwa pada saat ini di berbagai belahan dunia sedang or-ga nisasi perkumpulan-perkumpulan dan partai-partai denor-gan berbaor-gai ragam dan coraknya, dan menyatakan bahwa boleh-boleh saja seorang Muslim tidak masuk ke dalam perkumpulan tersebut. Jadi, bergabung de-ngannya tidaklah menjadi kendala untuk bergabung ke dalam perkumpul-an-perkumpulan lain, baik itu yang bersifat agama maupun politis. Per-kumpulan-perkumpulan tersebut penting, karena “buah yang diharapkan tidak akan pernah bisa dipetik dari konstitusionalisme tanpa partai dan perkumpulan.” Serikat mengakui (“bahkan tidak menaruh rasa curiga”) kenyataan bahwa menurut konstitusi seluruh warga negara—yaitu, kaum non-Muslim sebagaimana juga kaum Muslim—memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum. Lebih jauh lagi, manifesto tersebut dengan tegas menyatakan bahwa semua kegiatannya, dan segala kegiatan yang ingin ia galakkan di antara kaum Muslim, tidak bertentangan dengan hukum.18

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 96-100)