• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjalanan Rumelia

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 149-153)

Pada 5 Juni 1911, Sultan Mehmet Resad memulai perjalanan Rume-lia yang terkenal dengan banyak pengiring, termasuk dua pangeran, per-dana menteri, dan Hakki Pasya, serta sejumlah pejabat tinggi.3 Itulah kali ter akhi r seorang sultan Usmani mengunjungi Provinsi Eropa, karena tak lama setelah itu provinsi-provinsi tersebut lepas dari pengaruh

kekaisar-an. Setahun sebelumnya Albania sudah mulai memberontak. Tujuan la-watan sultan adalah untuk membangunkan kembali rasa patriotisme dan solidaritas di antara berbagai macam orang di Makedonia dan Albania di masa munculnya nasionalisme, dan untuk mengembalikan ketenangan sosial.4 Niyazi Bey, seorang Albania dan salah satu “Pahlawan Kebebasan” serta penggerak utama Revolusi Konstitusional, merasa yakin dengan per-jalanan itu, yang didukung oleh CUP,5 dan mungkin mereka yang mengan-jurkan agar Nursi ikut dalam rombongan sebagai wakil wilayah-wilayah timur—semua etnis minoritas diwakili.

Setelah menempuh perjalanan laut menuju Selonika, sultan dan rom-bongannya istirahat selama dua hari. Kemudian melanjutkan perjalan an dengan kereta api, dan tiba di Skopje pada 11 Juni. Nursi berada di gerbong yang sama dengan dua orang dari salah satu sekolah sekuler baru. Diskusi pun segera mulai setelah mereka bertanya kepada Nursi, “Mana yang lebih dibutuhkan dan seharusnya lebih kuat, semangat religius atau semangat kebangsaan?” Inti jawaban Nursi adalah: “Bagi kami, orang-orang Mus-lim, agama dan kebangsaan adalah satu. Kendati di antara keduanya ter-dapat perbedaan yang bersifat teoretis dan nyata, tetapi itu tidak penting ... Semangat keagamaan dan kebangsaan Islam telah melebur sepenuh-nya di Turki dan Arab dan mungkin sekarang tidak bisa dipisahkan.” Ke-mudian, dengan membuat perumpamaan, di mana orang-orang Muslim diumpamakan anak usia enam tahun dan orang-orang Eropa atau kafir diumpamakan Herkules dan Rustam, dia menunjukkan bahwa kekuatan keyakinannya akan keesaan Tuhan tidak tersangkalkan.6 Sekembalinya dari perjalanan itu, dia memasukkan percakapan tersebut ke dalam tu-lisan berbahasa Arab Tashkhis al-‘Illa (Diagnosis Penyakit), yang dia tam-bahkan sebagai adendum pada bukunya Khutbah al-Syamiyyah (Khotbah

Damaskus), diterbitkan pada 1911.

Berkenaan dengan kunjungan itu, seorang penduduk Skopje yang telah lumayan berumur memberikan deskripsinya tentang Nursi sebagai berikut:

Badiuzzaman memakai sepatu bot. Kumisnya pendek dan matanya bersinar. Dia seorang lelaki tampan dan memesona, dengan kulit agak gelap. Dia membawa cemeti Sirkasia dan di pinggangnya terselip belati dengan gagang dari gading. Dalam waktu singkat, di Skopje dia dikenal sebagai Badiuzzaman Molla Said Efendi. Cendekiawan Skopje datang

berkelompok-kelompok untuk menemuinya dan menanyakan banyak hal. Dia berdiri di samping Sultan Resad saat sultan memberi salam pada orang-orang dari balkon sebuah Sekolah Menengah Atas di Skopje, yang kemudian hancur oleh gempa bumi. Beribu-ribu orang Skopje meneri-manya dengan hangat.7

Pada 16 Juni 1911, sultan dan pengiringnya tiba di Kosova dari Pris-tina, dan di tanah terbuka yang luas di sekitar makam Sultan Murad Hu-da-vendigar (meninggal 1451), mereka melakukan shalat Jumat bersama dengan rakyat Albania, yang untuk sementara melupakan kesedihannya. Ada beratus-ratus orang di sana. Sungguh kejadian yang tidak akan terlu-pakan dan selalu dikenang.

Sementara di Kosova, terjadi banyak pembicaraan tentang universi-tas besar yang ingin mereka dirikan sebagai bagian dari rencana mereka untuk meredakan kemarahan rakyat Albania yang menuntut otonomi yang lebih luas dan, salah satunya, untuk mengenalkan tulisan Latin di se kolah-sekolah mereka.8 Kesempatan yang ditunggu-tunggu Nursi pun datang. Dia menyarankan kepada Sultan Resad dan pimpinan CUP yang menyertainya bahwa Timur sangat membutuhkan universitas semacam itu, karena daerah itu berada di pusat Dunia Islam. Sultan menerima ar-gumen Nursi dan berjanji untuk membuka universitas di Provinsi Timur. Pada Oktober tahun berikutnya, Perang Balkan pertama meletus dan Kosova lepas dari kesultanan itu. Kemudian Nursi mengusulkan dana sembilan belas ribu lira emas untuk membuka universitas yang dibutuh-kan Wilayah-wilayah Timur tersebut. Permohonannya diterima, dan dia diberi seribu lira emas sebagai uang muka.9 Kemudian dia kembali ke Van, dan di tepi Danau Van di Edremit, dia meletakkan batu pertama untuk fondasi Medresetuz Zehra. Tetapi, sekolah itu tidak pernah terwujud. Per-ang Dunia I yPer-ang pecah setelah kejadian itu membuat pembPer-angunan uni-versitas tersebut terhenti dan tidak pernah dilanjutkan lagi.10

Sultan Resad dan para pengiringnya menyelesaikan kunjungan dan kembali ke Selonika. Dari sana, mereka naik kapal perang Barbaros di-iringi sejumlah kapal. Tembakan meriam dilepaskan beberapa kali di Canakkale sebagai penghormatan saat kapal-kapal tersebut menyusuri jalurnya kembali ke Istanbul. Pada 26 Juni, rombongan kapal ini merapat dengan sambutan meriah dari rakyat. Perjalanan tersebut berlangsung se-lama tiga pekan.

Kecenderungan perlawanan terhadap kesultanan Usmani saat itu cukup kuat. Kecenderungan ini semakin kuat dengan adanya perjalanan sultan ini, meskipun sultan diterima dengan penuh antusias dan di mana-mana orang menyatakan kesetiaannya. Kalangan nasionalis dan separa-tis terus mendapat dukungan dari kekuatan asing. Kesalahan CUP dalam mengelola negara kian memperuncing situasi yang sudah tidak menentu itu dan akhirnya berujung pada berakhirnya kekuasaan Turki di Eropa dengan meletusnya Perang Balkan 1912 dan 1913. Juga di akhir 1911, Pe-rang Tripolitania meletus: Italia menyePe-rang Tripoli dan Benghazi (seka-rang Libia). Kedua daerah ini akhirnya juga lepas dari Kesultanan Usmani. Tentara Italia terus menguasai Kepulauan Dodakanes dan membombardir jalan masuk ke Dardanales. Dengan pecahnya Perang Balkan I, Novem-ber 1912, Yunani menguasai Kepulauan Aegean, dan Selonika juga lepas. Sultan Abdulhamid yang dahulu diturunkan dari takhtanya segera dike-luarkan dari tempat pengasingannya dan dibawa ke Istana Beylerbeyi di Istanbul. Pendudukan Tripoli yang tak disangka-sangka, ditambah kejadi-an-kejadian lain, menyebabkan krisis politik di Istambul, dan CUP terlem-par dari kekuasaan selama enam bulan, dari Juli 1912 sampai penyerangan Sublime Porte, Januari 1913, yang dipimpin oleh Enwer Bey. Setelah pem-bebasan Edirne pada Juli 1913, Enwer diangkat menjadi menteri perang, dan dialah yang membuat persekutuan dengan Jerman di tahun berikut-nya. Inilah yang membawa Turki terlibat dalam Perang Dunia I sebagai pembela Kekuatan Poros (Hungaria, Jerman, Austria).

Periode setelah perjalanan ke Rumelia adalah masa-masa kosong dalam kehidupan Nursi, yang tidak tercatat dalam biografinya. Dari surat yang dirujuk di atas, yang ditulis kepada Menteri Pendidikan pada 1951, tampak bahwa dia kembali ke Timur hanya setelah mendapat janji dana untuk membangun Medresetuz Zehra dan setelah mendapat dana awal seribu lira emas. Sejak pecahnya Perang Balkan Pertama 8 Oktober 1912, dan setelah kekalahan Kesultanan Usmani yang terjadi begitu cepat, serta persetujuan gencatan senjata yang ditandatangani tanggal 3 Desember, sepertinya masalah pengalihan dana dari yang semula dialokasikan untuk Universitas Kosova, yang sekarang lepas dari Usmani, ke Universitas Timur tidak akan segera mendapatkan penyelesaian. Lebih jauh, edisi kedua Iki

Mekteb-i Musibetin Sehadetnamesi, yang terbit 1912-1913, menyatakan

Nursi pada saat itu kembali ke Timur. Namun bisa jadi karena (menurut penanggalan Rumi yang masih kuat dipakai di Kekaisaran Usmani) tahun baru jatuh pada 1 Maret, Nursi mendapatkan dananya dengan cepat dan segera pergi ke Timur. Hutbe-i Samiye (Khotbah Damaskus) juga diterbit-kan tahun itu. Ramiz juga yang menerbitditerbit-kan edisi kedua Nutuk (Pidato) pada 1910-1911 saat Nursi masih di Timur. Mungkin juga surat 1951 di-maksudkan sebagai surat yang bersifat umum dan tidak perinci. Dengan kata lain, Nursi kembali ke Timur lebih awal dan berkomunikasi dengan telegraf atau sarana lain, seperti yang dia lakukan kemudian pada Juni 1913 lewat gubernur Van, Tahsin Bey. Dengan pertimbangan segala yang telah diketahui selama ini, hal ini sangat mungkin terjadi.

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 149-153)