• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selonika, CuP, dan Penyebaran Konstitusionalisme

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 79-83)

Pidato pertama Said Nursi di hadapan publik, “Pidato untuk Kebe-basan”, menandai awal dari sembilan bulan kehidupan publiknya ketika dia dengan penuh semangat menyebarkan gagasan-gagasannya menge-nai konstitusionalisme, khususnya di antara para ulama dan murid-murid madrasah, sekaligus di antara sesama orang Kurdi. Dengan menjelaskan arti penting konstitusionalisme bagi kekaisaran dan dunia Islam, dia berupaya membuat mereka agar mendukung konstitusi dan pemerintah-an baru. Dia melakukpemerintah-annya dengpemerintah-an cara berbaur dalam kedua kelompok dan memberikan ceramah-ceramah serta diskusi, dan dengan sarana pers, yang semakin hidup dan semarak seiring dengan meningkatnya penyen-soran. Masa-masa ini tiba-tiba berhenti dengan pecahnya pemberontakan yang dikenal sebagai Insiden 31 Maret (13 April 1909), yang selanjutnya diikuti dengan ditahannya Nursi, diadili di hadapan Mahkamah Militer, dinyatakan tidak bersalah, dan dibebaskan. Sejumlah koran oposisi ditu-tup dan sebuah hukum pers yang baru diperkenalkan.67

Said Nursi memublikasikan artikel pertamanya, yang judulnya diam-bil dari ayat Al-Qur’an: “Ajaklah mereka bermusyawarah tentang urusan

[umum],” (3: 159) pada 6 Agustus 1908 pada edisi pertama sebuah surat

kabar yang kurang dikenal bernama Rehber-i Vatan (Pemandu Tanah Air).68 Jika surat kabar ini diterbitkan di Istanbul, kemungkinan besar dia pergi ke Selonika tidak lama setelahnya. Riset terkini menunjukkan bahwa artikelnya kemudian muncul pada 2 Oktober 1908, pada edisi kedua

Mis-bah,69 yang mana pada saat itu dia pasti telah kembali di Istambul. Selama minggu-minggu pertama revolusi ini, dia jelas-jelas banyak bekerja sama dengan CUP. Sejumlah pimpinan mereka, komite tujuh, telah mening-galkan Selonika menuju Istanbul pada awal Agustus. Di antara mereka terdapat Tal’at, Jamal, Javid, dan Rahmi,70 yang, ketika berada di Istanbul tidak memegang peran penting, selanjutnya bertindak sebagai kelompok penekan pada pemerintahan baru para politisi yang sudah mapan.

Tak diketahui siapa yang mengundang Nursi pergi ke Selonika untuk berceramah, tetapi pasti untuk kepentingan merekalah CUP giat mem-pekerjakan pendukung perdamaian dari kalangan ulama yang pandai ber-pidato ini,71 sementara Nursi tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengajarkan kepada mereka yang kini memegang nasib kerajaan agar mematuhi syariat. CUP di Selonika adalah “kelompok koalisi”; yang me-nyatukan mereka adalah patriotisme serta hasrat mereka untuk menye-lamatkan kekaisaran yang runtuh itu, dan keyakinan mereka bahwa hal ini bisa dicapai dengan mengembalikan konstitusi dan membentuk peme-rintahan yang mewakili seluruh golongan. Karena kebanyakan di antara mereka adalah perwira angkatan bersenjata, pengalaman mereka dalam politik dan administrasi politik sangat sedikit, dan bahkan ketika mereka memaksakan proklamasi konstitusi itu mereka tidak memiliki gambaran program politik yang jelas;72 kondisi saat itu tidak mengizinkan mereka ikut bermain-main dengan sisi teoretis dari reformasi.73

Dalam banyak hal, pandangan mereka sekuler; namun, sebelum maupun sesudah revolusi mereka berjuang untuk melegitimasi konstitu-sionalisme dengan menekankan agar bersumber kepada Islam dan kese-suaiannya dengan syariat, dan mereka menjaga hubungan baik dengan para ulama dan para pemimpin terpelajar,74 yang sebagian besar mendu-kungnya.75 Pada awalnya, fungsi positif Islam dalam masyarakat diterima bahkan oleh para teoretikus dari Kaum Muda Turki, semacam Ahmet Riza dan Abdullah Cevdet, yang melewatkan masa-masa oposisi mereka dalam pengasingan di luar negeri dan dikenal karena menerima positivisme dan

doktrin-doktrin materialis lainnya.76 Sebagaimana ditulis Nursi sendiri kelak di kemudian hari: “Pada awal masa konstitusi aku melihat bahwa ada orang-orang ateis yang telah menyusupi CUP menerima bahwa Islam dan syariat Muhammad mengandung prinsip-prinsip agung yang benar-benar berguna bagi kehidupan masyarakat, khususnya kebijakan-kebi-jakan Usmani dan yang mendukung syariat dengan segala kekuatannya.”77 Meskipun bopeng-bopeng di wajah islami CUP semakin terlihat, Nursi menggunakan kesempatan itu untuk mencapai tujuan-tujuannya, dan “menggunakan segenap kekuatannya untuk membuat kebebasan dan konstitusionalisme mematuhi syariat.”78 Tetapi, lagi-lagi perlu ditekanka n bahwa sementara dia terus mendukung para anggota CUP yang memiliki tujuan yang sama dengannya, dia menjadi lawan yang berat bagi mereka yang melenceng dari tujuan tersebut.

Nursi menyajikan “Pidato untuk Kebebasan” yang kedua kalinya di

Freedom Square di Selonika, “di hadapan ribuan politisi”,79 yang agaknya merupakan para anggota dan pendukung CUP. Kemungkinan besar ini ada lah sebuah rapat akbar atau perayaan yang dimaksudkan untuk me-lakukan konsolidasi revolusi.

Salah satu indikasi bahwa Nursi memang benar-benar bergaul denga n para pimpinan CUP di Selonika adalah cerita di dalam biografi “resminya” tentang pertemuannya dengan Emanuel Carasso, seorang Yahudi yang menjabat sebagai deputi untuk Selonika, pendiri dan guru besar Macedo-nia Risorta Masons’ Lodge.80 Tidak pelak lagi, demi mencari cara meme-ngaruhi seorang berbakat dan menggunakannya untuk tujuan-tujuannya sendiri, Carasso berharap bisa bertemu dengan Nursi. Nursi setuju, teta-pi di tengah-tengah perbincangan sang guru besar tiba-tiba pergi dan menga ku kepada mereka yang menunggunya di luar: “Jika saya bertahan lebih lama lagi, dia akan menjadikanku seorang Muslim!”81

Pada hari-hari awal revolusi inilah, di Istanbul, Nursi bekerja sama dengan CUP dalam mengirimkan “50 hingga 60 telegram” kepada suku-suku di wilayah-wilayah timur dari kantor pejabat tinggi (Sadaret), yang mengundang agar mereka mengetahui dan mendukung pemerintahan konstitusional yang baru. Dia memberitahu mereka: “Pemerintahan kon-stitusional dan konstitusi yang telah Anda dengar itu berisi keadilan dan musyawarah demi kebaikan semua pihak sebagaimana diperintahkan oleh syariat. Silakan amati dengan baik dan berusahalah mempertahankannya,

karena kesejahteraan kita terletak pada konstitusionalisme. Dan kitalah yang paling menderita karena zaman despotisme.”82

Demi melihat sikap abai terhadap konstitusionalisme yang begitu menyebar di segala penjuru kekaisaran selain Rumelia, salah satu tugas pertama CUP, selain mengonsolidasi kekuatan mereka, adalah mencerah-kan sebanyak mungkin penduduk mengenai itu. Sistem telegram, yang telah menjadi komponen sarana penting pada zaman despotisme, kini kembali ke fungsinya semula untuk menyampaikan informasi yang mem-bahagiakan. Pesan-pesan dikirimkan ke seluruh penjuru kekaisaran, ber-sama-sama dengan para perwakilan, untuk mengabarkan kepada orang-orang dan mengumpulkan dukungan.

Hubungan erat antara Nursi dengan CUP tidak berumur panjang; seperti banyak orang, dia segera saja kecewa dengan kenyataan di lapang-an. Selanjutnya, dia tetap berhubungan hanya dengan Enwer Bey (Pasya selanjutnya), karena alasan-alasan yang selanjutnya akan kita ketahui. Meski demikian, ada bidang-bidang kebijakan mereka yang dia anggap masih bisa diterima dan berguna. Atau setidaknya, ada gagasan-gagasan mereka dan gagasan-gagasan Nursi yang masih sejalan. Salah satunya adalah ketaatan mereka terhadap ideologi Usmanisme,83 yang mereka ha-rap bisa dipakai untuk mencapai salah satu di antara dua tujuan utama mereka, yang tercantum di dalam nama komite, Persatuan dan Kemajuan. Usmanisme, yang pertama kali dikemukakan oleh Tanzimatis, adalah pu-jaan para Usmani Muda:84 Serikat di bawah kedaulatan sultan di dalam “bangsa” Usmani (millet) yang anggotanya terdiri dari seluruh kelompok etnis dan komunitas agama dari yang ada di seluruh kekaisaran. Dengan perumusan ideologi yang secara esensi bersifat sekuler ini, istilah

“mil-let” mendapatkan makna baru; komunitas-komunitas agama (millet) kini

(juga) disebut “elemen-elemen” (unsur, jamak anasir) atau komunitas (cema’at);85 dan para anggota mereka adalah seluruh warga (vatandas) dari negara Usmani dengan hak yang sama, dan anggota “bangsa” Usmani. Sekali berkuasa CUP berniat menyatukan seluruh elemen kekaisaran di bawah sebuah pemerintahan pusat yang kuat, tanpa memedulikan perbe-daan etnis maupun agama. Bagaimanapun, karena Islam adalah landasan dari Usmanisme dan dinasti Usmani adalah orang Turki, maka para Turki Muda86 menghadapi kritik dari Eropa dan dari minoritas-minoritas itu sendiri.87 Dengan kecenderungan separatisme dan nasionalisme yang

se-dang tumbuh, hal itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan, bahkan menjadi “sebuah khayalan yang mustahil.”88 Bagaimanapun, tanpa memedulikan ini dan kegagalan akhirnya, Usmanisme mendapat dukung an awal dari banyak tempat, termasuk kaum minoritas, dan dari aktivis-aktivis seperti Said Nursi. Pada 1910, kepemimpinan CUP meng-alihkan penekanan mereka kepada komponen Islaminya.89 Kemudian, se telah Peran g Balkan, aliran-aliran di antara mereka memegang nasio-nalisme Turki sambil tetap mempertahankan komitmen mereka kepada Usmanisme.

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 79-83)