• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jatuhnya Van dan Sikap Manusiawi nursi

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 169-174)

Walaupun pasukan Rusia sudah menarik diri sesudah gagalnya se-rangan pertama, mereka terus menekan pasukan Usmani dengan mu-dahnya hingga perlahan-lahan bisa memukul mundur mereka ke Anatolia di sejumlah titik di sepanjang garis depan yang membentang dari Batum di Laut Hitam, di sepanjang Sungai Araxes selatan Kaukasus, hingga ke Iran, dan ke selatan hingga melewati Van. Pada awal Maret 1915, di ba-gian timur pasukan Rusia mulai maju ke selatan; jelas mereka bermaksud merebut Van dan memicu bangsa Armenia agar memberontak.21 Cevdet Bey, Gubernur Van, memberikan perintah dan meminta bantuan Pasukan Ekspedisi Pertama yang dipimpin Halil Pasya.22 Kemudian, sebagaimana bisa diperkirakan, pada 17 April 1915 pasukan Armenia masuk dan ter-jadilah pemberontakan bersenjata di sekitar Van.23 Pemberontak ini me-nyerang dan menghancurkan kawasan Muslim di kota-kota dan desa-desa di sekitarnya. Pemberontakan berdarah tersebut berlangsung sekitar satu bulan. Selama masa itu orang-orang berbondong-bondong meninggalkan kota. Penduduk kota sudah benar-benar dievakuasi pada saat pasukan Ru-sia datang.24

Ketika pemberontakan itu meletus, Said Nursi sedang dalam per-jalanan kembali dari garis depan di Pasinler. Keponakannya menulis bah-wa begitu tiba, Nursi langsung menarik diri ke madrasah bersama murid-muridnya dan tidak turun tangan untuk meredakan pemberontakan itu. Malahan dia berusaha melindungi orang yang tidak berdaya, wanita dan anak-anak.25

Di perbatasan Iran, Pasukan Ekspedisi Pertama bergerak ke utara, tetapi setelah itu langsung menderita kekalahan di tangan pasukan Ru-sia di Dilman. Hal ini menghancurkan impian Enwer untuk membebaskan kaum Muslim Kaukasia dan membuka jalan bagi majunya Rusia. Melalui

telegram, Cevdet Bey mendesak agar Pasukan Ekspedisi Pertama datang untuk membantu di Van atau menghentikan pergerakan Rusia.26 Pasukan Ekspedisi ini gagal menyelesaikan kedua tugas ini dan telah jauh terting-gal di belakang pasukan Rusia sehingga harus pergi ke selatan. Cevdet Bey, yang sejak awal pemberontakan sudah berjuang melawan Armenia dengan pasukan yang dimilikinya, akhirnya terpaksa melepaskan Van pada malam 16/17 Mei 1915. Said Nursi tidak mau melarikan diri dari pasukan Rusia. Dia bersama para muridnya membuat barikade di benteng, memutuskan untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Hanya desakan Cevdet Bey saja yang membuat mereka mau pergi. Mereka mundur ke selatan ke Vastan (Gevas). Dengan kaum Muslim yang tersisa mereka dengan sekuat tenaga melarikan diri sebelum kedatangan pasukan Rusia. Pasukan Ru-sia mengalahkan detasemen Usmani yang ditempatkan di Vastan.27 Pada saat itu, pasukan Armenia sedang menyusun kekuatan untuk “mengusir bangsa Turki dari seluruh tepi selatan danau sebagai persiapan bersama Rusia untuk merebut vilayet (provinsi) Bitlis.”28

Salah seorang murid Nursi yang bersamanya selama terjadi peristi-wa-peristiwa tersebut menyatakan bahwa saat itulah dia membentuk se-buah resimen milisi bersama Cevdet Bey, sang gubernur. Milisi ini ber-isi kan polber-isi dan tentara yang masih ada di Vastan, ditambah sejumlah muridnya. Mereka melancarkan perlawanan yang sengit untuk mengha-langi pergerakan pasukan Rusia. Tujuan mereka adalah untuk mengulur-ulur waktu demi mendapatkan cukup waktu agar kaum Muslim yang ber-migrasi itu bisa pindah ke tempat yang aman. Sebab, jika tidak, mereka akan dibantai. Pada malam hari, Nursi dan orang-orangnya mendaki bukit di atas perkemahan pasukan Rusia, lalu menjatuhkan batu-batu besar, mengelabui mereka agar berpikir seolah-olah datang bala bantuan pa-suka n dalam jumlah besar.29 Mereka menahan pasukan Rusia di teluk itu sampai semua orang Muslim keluar dari kawasan tersebut dengan korban seminim mungkin.30

Banyak relawan dan murid Nursi yang tewas saat itu. Salah satu di antaranya juru tulis Nursi, Molla Habib, yang telah berhasil kembali dari menyampaikan pesan kepada Halil Pasya,31 yang pada saat itu pasti sudah berada di selatan Baskale. Diperkirakan bahwa telegram yang sebelumnya digunakan oleh gubernur tidak berfungsi dengan baik saat itu. Informasi kecil yang disisipkan ke dalam biografi “resmi” Nursi, memberikan bukti

yang cukup mengenai keterlibatan Nursi dengan pasukan khusus Enwer Pasya.

Menurut keterangan Jenderal Sabi, Cevdet Bey dan pasukannya bu-kannya mundur ke Vastan sebagaimana dinyatakan dalam biografi itu, melainkan ke tenggara ke arah Baskale dan perbatasan Iran untuk kemu-dian menggabungkan kekuatan dengan Pasukan Ekspedisi Halil Pasya.32 Selanjutnya, pasukan ini bergerak memutari pegunungan yang berbahaya itu untuk menghindari pasukan Rusia, dan tiba di Bitlis pada bulan Juni 1915 dalam keadaan lelah dan jumlah yang telah banyak berkurang. Na-mun semua penjelasan murid-murid Nursi menunjukkan bahwa Cevdet Bey dan Nursi bersama-sama di Vastan, kemudian di Bitlis, tetapi urutan peristiwanya mungkin kacau.

Pada titik ini, biografi Nursi lebih banyak menyebutkan contoh-con-toh berbagai upaya kemanusiaannya di tengah kekisruhan perang dalam menyelamatkan penduduk yang terlantar itu dari pembantaian. Nursi juga menyelamatkan kaum perempuan dan anak-anak Armenia. Upaya kon tro versial mendeportasi penduduk Armenia provinsi timur ke Syiria bagian utara sudah dimulai.33

Setelah melarikan diri dari Rusia ke Vastan, barisan menyedihkan yang terdiri dari para emigran tersebut bergerak lambat ke barat menuju Bitlis di sepanjang tepian selatan danau Van. Nursi bepergian ke Bitlis bersama Cevdet Bey. Di sana dia mendapat tanggung jawab mengurus lebih dari lima ratus anak yatim piatu dan mengusahakan makanan serta tempat berteduh buat mereka.

Begitu kekuatan gabungan antara tentara dan milisi berhasil meng-hentikan pergerakan pasukan Rusia, baik di selatan maupun utara da-nau Van, migrasi dari kawasan-kawasan yang telah diduduki dilanjutkan ke selatan menuju Siirt dan seterusnya. Tugas lain yang diemban Nursi bersa ma kekuatan milisi lainnya adalah menjaga perbatasan di belakang ang katan bersenjata seiring berlangsungnya migrasi.34

Suatu saat Nursi mendapat kabar bahwa tentara Armenia menyerang Desa Isparit, dekat tempat asalnya, Nurs. Dia memimpin sebuah pasukan melintasi pegunungan ke desanya, dan selama tiga bulan ketika berada di sekitar kawasan Hizan terjadi pertempuran sengit melawan tentara penye-rang, menangkal serangan dan melindungi para penduduk. Akhirnya, pa-sukan Nursi berhasil mendesak mereka dan mencegah pembantaian

pen-duduk Muslim.35 Namun demikian, dengan sikap yang patut diteladani dia mengumpulkan semua perempuan dan anak-anak Armenia dari kawasan sekitar untuk diselamatkan dari tindakan balas dendam, yang menurut dia bertentangan dengan syariah, dan menyerahkan mereka kepada pa-sukan Armenia. Papa-sukan Armenia begitu terkesan dengan tata cara Islam yang baik sehingga sesudah itu mereka tidak lagi melakukan pembantaian biadab terhadap kaum sipil yang tidak berdosa.36 Musim dingin berakhir ketika Nursi kembali ke Bitlis, dan di sana dia mulai membentuk resimen milisi lagi.

Tindakan kemanusiaan Nursi yang masyhur juga dikutip dalam catat-an-catatan berbahasa non-Turki, yang salah satunya berbahasa Perancis dengan judul Documents sur les atrocités arménorusses. Berikut terjemah-an salah satu halamterjemah-annya:

Yusuf dan Abdurrahman, putra Mehmet, mengatakan berikut ini di bawah sumpah:

Keluarga kami berasal dari Nurs, Vavink, And, dan Mezraa-i Abd, padang rumput musim panas di distrik Isparit, subprovinsi Hizan. Setelah subprovinsi Catak dikuasi oleh pasukan Rusia, orang-orang Ar-menia di desa-desa sekitarnya seperti Livar, Yukan Kutis, Asagi Kutis, Cacuan, Sikuar, dan Yukan Adr Datang ke desa Yukan Kutis di bawah pimpinan Kazar Dilo dan Lato, yang juga dikenal dengan nama Mi-hran—keduanya masuk Anatolia melalui Rusia. Mereka mengajukan tiga usulan kepada tokoh masyarakat di sana. Di antara tokoh-tokoh masyarakat tersebut ada yang bernama Molla Said, yang juga dikenal dengan sebutan Badiuzzaman. Saya tidak tahu apakah beliau tertawan atau terbunuh. Saya tidak tahu. Inilah usulan mereka: menye-rah, mengosongkan distrik, atau bertempur.

Sembilan jam sesudah kedatangan musuh, enam ratus pasukan me-nyerang desa tersebut. Para pasukan musuh mengenakan seragam dan bertopi. Kami tidak tahu apakah ada tentara Rusia atau tidak di anta-ra mereka. Banyak musuh yang kelihatannya miskin. Bisa jadi mereka adalah orang-orang Rusia atau Armenia yang datang dari Rusia.

Musuh membawa seluruh penduduk desa kami ke Mezraa-i Abd. Ab-durrahman, putra Hursid Bey, salah seorang tokoh masyarakat, juga ha-dir bersama istri dan putranya. Hari berikutnya, tiga puluh tiga laki-laki dewasa dan anak-anak serta sekitar delapan puluh wanita dewasa dan anak-anak dipindahkan ke Mukus dalam iringan terpisah. Iring-iringa n

wanita ditinggalkan di Cacuan, tetapi pada malam hari semua orang pria dibunuh. Saya bisa selamat dari pembantaian karena saya diberi tugas. Ketika mereka menyampaikan tugas itu, mereka berkata: “Kami akan memberimu uang. Temuilah Molla Said, dan katakan kepadanya agar menyerahkan orang Armenia yang tersisa kepada kami. Katakan padanya, tidak ada gunanya membunuh mereka. Negeri ini sudah dikua-sai sepenuhnya. Pasukan Rusia sudah sampai di Aleppo. Armenia telah berdiri. Carikan kami informasi tentang jumlah dan kekuatan pasukan Turki di sana.”

Hal ini dikatakan Dilo kepada saya. Saya segera berangkat. Ketika saya sampai di Cacuan, saya melihat pasukan kami, yang terdiri atas polisi dan orang-orang Kurdi, sudah sampai di sana bersama wali kota kami dan Molla Said. Di bawah komando Badiuzzaman Said Efendi, pasukan kami berhasil menyelamatkan iring-iringan wanita sesudah melakukan pertempuran sengit selama lima jam. Keadaan kaum wanita sangat mengenaskan. Mereka tidak kuat berjalan. Kebanyakan anak-anak terinjak-injak, dan dari 33 pria, hanya kami berdua yang selamat.37 Laporan lain menyebutkan bahwa pada bulan Agustus Nursi berada di Subhan Dagi, sebuah gunung tinggi di timur laut Danau Van:

Saya bertemu Nursi pertama kali pada Agustus 1331 (1915) di Gunung Subhan. Beliau menunggang kuda putih. Sambil memacu kudanya ke sana kemari, beliau mengobarkan semangat para prajurit. Saat itu be-liau menjadi komandan pasukan milisi. Bebe-liau mengenakan surban di ke pala dan bantalan pundak berhias. Beliau terus-menerus bergerak di antara para relawan dengan berkuda untuk membangkitkan keberanian mereka. Enwer Pasya telah menunjuk Nursi untuk menjadi pemimpin pasukan milisi. Mereka sudah lama berteman ...

Pada lanjutan potongan cerita ini, terdapat uraian tentang pasukan tersebut pada permulaan musim dingin, dan mungkin berkenaan hal seru-pa di garis deseru-pan Van, di mana berdasarkan sumber di atas, Nursi tengah bertempur ketika Erzurum jatuh ke tangan musuh pada Februari 1916. Kemungkinan lain, hal ini terjadi sebelum Bitlis jatuh ke tangan musuh.

Pasukan milisi [Nursi] tidak memperoleh senjata maupun perbekala n dari kami, mereka menyediakan segala sesuatunya sendiri. Mereka se lalu berada di depan pasukan dan bertempur di garis depan. Mere-ka dikenal dengan juluMere-kan PasuMere-kan Topi Kempa. PasuMere-kan Rusia tidak

tahu harus ke mana ketika mereka mendengar: “Pasukan Topi Kempa datang!”; mereka tidak tahu apa yang mereka hadapi. Saat itu pedang hanya digunakan untuk menusuk, tetapi mereka menggunakan sam-bil menunggang kuda dan menusuk apa saja yang mereka temui. [Pada musim dingin] mereka suka mengenakan topi putih agar menyerupai tanah yang tertutup salju dan tidak bisa dideteksi oleh musuh. Mereka memegang tali kekang kuda dengan satu tangan, atau memasangnya di leher kuda tersebut sehingga binatang itu benar-benar bebas. Kemudian mereka memacu kuda dengan kecepatan tinggi sembari menembakkan senjata tiada henti. Tembakan mereka sangat akurat. Ketika para per-wira menemui para relawan itu untuk mengobarkan keberanian mereka untuk bertempur. Dengan semangat yang berkobar-kobar, para relawan itu berhamburan di medan laga begitu mendapat perintah untuk berge-rak. Mereka akan meloncat ke atas kuda mereka dan memacu dengan kecepatan tinggi ke arah musuh.38

Pada pertengahan September 1915, pemerintahan Usmani menerima informasi bahwa Duke Nicholas yang Agung, paman Tsar, telah ditunjuk untuk menjadi komandan utama garis depan Kaukasus dan mengatakan bahwa Rusia sedang merencanakan serangan besar-besaran. Serangan be-sar dimulai pada 10 Januari 1916. Pasukan Usmani kalah dalam hal jumlah, perbandingannya tiga banding satu, dan peralatan mereka relati f kurang. Mereka dipukul mundur, dan pasukan Rusia merebut kota Erzurum pada 16 Februari sesudah pertempuran yang sangat sengit. Pasukan Rusia yang kedua bergerak ke selatan, kemudian memutari kawasan selatan Danau Van ke arah Bitlis dan Mus. Pada saat itu, Nursi masih di Bitlis. Ada se-jumlah keterangan tentang perannya yang menonjol dalam pertempuran menyelamatkan pusat strategis ini, di mana kemudian dia diberi peng-hormatan.

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 169-174)