• Tidak ada hasil yang ditemukan

nursi Mempertahankan Tatanan Publik

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 87-95)

Saat luapan optimisme atas datangnya kebebasan berubah menjadi kekecewaan dan pandangan-pandangan partai menjadi lebih terpolari-sasi, situasi secara umum menjadi semakin tidak stabil dan mudah ter-pancing. Oleh karena itu, Nursi mengerahkan segala daya upayanya untuk mempertahankan tatanan dan keselarasan sehingga konstitusionalisme

bisa menjadi mantap dan keuntungan-keuntungannya bisa diperoleh. Be-berapa contohnya diberikan di atas; berikut ini beBe-berapa lagi.

Pemilik surat kabar Mizan yang tenar, Mizanci Murad Bey, mem-berikan ceramah di Ferah Theater di Sehzadebasi di Istanbul, topiknya adalah pasang surutnya Kekaisaran Romawi. Seiring berjalannya kuliah itu, tampaklah bahwa Murad Bey, yang pada awalnya memimpin kelom-pok Islamis Turki Muda itu, membandingkan CUP dengan pemerintahan Romawi. Ketika perbandingan-perbandingannya semakin gamblang, para pendukung CUP di antara para hadirin mulai berkomat-kamit menghina. Murad Bey melanjutkan kritik-kritiknya tanpa gentar dan tidak tergoyah-kan meski ditodong seseorang bersenjatatergoyah-kan pistol. Tetapi ketika komat-kamit itu meledak menjadi teriakan-teriakan dan sumpah serapah, lawan-lawannya menguasai keadaan dan dia tidak mampu mengendalikan. Dia menyingkir ke sayap panggung dan tirai diturunkan. Tetapi keributan tidak mereda. Sebaliknya, hadirin yang kini terpecah menjadi dua kubu mulai saling dorong, menekan dan melontarkan hinaan serta makian. Tidak seorang pun berusaha meninggalkan tempat, dan tak seorang pun berusaha menengahi.

Tiba-tiba, seseorang bangkit di atas kursinya dengan sempoyongan dan berteriak di tengah-tengah keriuhan: “Wahai kalian semua kaum Muslim!” Orang tersebut adalah Badiuzzaman. Setelah mendapatkan per-hatian para hadirin, dia menyatakan bahwa kebebasan berbicara harus dihormati. Memalukan jadinya apabila warga sebuah bangsa yang baru saja memproklamasikan kebebasan dan konstitusinya kini menerobos batas-batas perilaku yang baik dengan cara seperti ini dan menghalangi seseorang berceramah. Agama Islam juga memerintahkan untuk meng-hormati gagasan orang. Dia mendukung ucapannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis, memberi contoh-contoh dari sejarah Islam, dan berce-rita tentang bagaimana Nabi Muhammad biasa bermusyawarah mengenai gagasan-gagasan orang lain dan mengutip sabda-sabdanya. Kemudian dia menyarankan agar mereka semua bubar dengan tenang dan pergi ke tem-pat masing-masing.

Nursi berbicara dengan bagus dan meyakinkan hingga tidak ada yang menolaknya. Bahkan orang-orang kuat yang gemar membuat kegaduhan dan beberapa waktu sebelumnya telah melemparkan cercaan dan makian kini hanya diam. Semua orang meninggalkan gedung pertunjukan dengan

sikap benar-benar tunduk dan menyesal.103

Penulis deskripsi di atas, jurnalis Munir Suleiman Capanoglu, memi-liki kenangan yang lebih jauh tentang masa itu, yang dia ceritakan dalam sebuah wawancara pada 1972: “Pastilah, [Nursi] adalah seseorang yang mengerti teori-teorinya dengan baik dan bisa mempertahankannya. Dia mulai mundur pada saat itu, pada masa konstitusional. Dia melakukan-nya dengan tempo, kecepatan, dan arah yang sama, dan mempertahankan gagasan-gagasan yang sama. Mereka ketakutan kepadanya pada saat itu sebagaimana juga pada masa kini, karena kapan saja dia keluar ke jalanan dia segera dikelilingi kerumunan orang.”

Pada saat ditanya apakah yang berkerumun itu murid-muridnya sendiri, Munir Capanoglu melanjutkan: “Murid-muridnya sendiri dan ju-ga rakyat biasa. Tetapi kebanyakan rakyat biasa; mereka ingin melihat-nya, mereka ingin mendengarnya berbicara. Saya sendiri menyaksikannya berkali-kali. Dia berbicara dengan menarik. Dia berbicara dengan persua-sif.”104

Nursi juga menenangkan sebuah keadaan yang menegangkan dalam sebuah protes yang diorganisasi oleh para siswa madrasah di Beyazid Is-tanbul pada Februari 1909. Menurut tradisi, para siswa sekolah-sekolah agama dibebaskan dari kewajiban berbakti di militer dalam bentuk apa pun. Namun setelah proklamasi konstitusi, pemerintah memutuskan un-tuk mengenalkan sebuah ujian dengan dalih privilese itu telah disalahgu-nakan. Para murid yang lolos ujian dibebaskan dari kewajiban berbakti di militer, sementara bagi mereka yang gagal akan diwajibkan masuk militer. Para murid yang mengorganisasi pertemuan itu berpura-pura memprotes pendeknya waktu yang diberikan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk ujian tersebut.

Pertemuan itu menjadi agak panas pada saat Nursi sampai di sana. Karena sangat dikenal oleh para siswa, dia memberi amanat di hadapan mereka, menjelaskan hubungan sejati antara syariat dan konstitusional-isme dan menegaskan bahwa kezaliman mustahil dikait-kaitkan dengan syariat. Sebentar saja dia bisa menenangkan keadaan dan mencegah ter-jadinya gangguan serius.105

Catatan Akhir

1. Bandingkan dengan keterangan di sumber-sumber berikut: Ahmad, Making

of Modern Turkey; Findley, Bureaucratic Reform in the Ottoman Empire; dan

Goffman, Ottoan Empire and Early Modern Europe.

2. Mengenai arti istilah-istilah ini, lihat Lewis, Political Language of Islam. 3. Heyd, “Ottoman ‘Ulema and Westernization,” 29-33; 39-53.

4. Ibid., 33-35.

5. Mardin, Genesis, 117; Mardin, Religion and Social Change, 122. 6. Berkes, Development of Secularism, 261; Zurcher, Turkey, 72. 7. Berkes, Development of Secularism, 482; Mardin, Genesis, 289, 402. 8. Zurcher, Turkey, 85.

9. Mengenai kehidupan Sultan Abdulhamid, lihat Dorys, Private Life of the

Sul-tan of Turkey.

10. Berkes, Development of Secularism, 275-6.

11. Hanioglu, Abdullah Cevdet, 9-14; Hanioglu, Young Turks in Opposition, 20-21; Mardin, Religion and Social Change, 354.

12. Lewis, Emergence of Modern Turkey, 187ff.

13. Untuk nama para penulis dan kata-kata terlarang, lihat Shaw dan Shaw,

His-tory, 2: 251.

14. Berkes, Development of Secularism, 276-82.

15. Sebagai contoh, Osmanli, yang diterbitkan di Jenewa sejak 1897 oleh Abdul-lah Cevdet, dan Iskak Sukuti, dua pendiri asli Komite Persatuan dan Kema-juan (CUP), diselundupkan ke dalam kekaisaran melalui pos-pos Perancis dan Austria. Lihat Zurcher, Unionist Factor, 16; Hanioglu, Abdullah Cevdet, 34ff.

16. Mengenai CUP, periksa Ahmad, Young Turks; Arai, Turkish Nationalism; dan Heyd, Foundations of Turkish Nationalism.

17. Lihat, Zurcher, Unionist Factor, 22.

18. Resneli Niyazi (18731912), dikenal sebagai “Pahlawan Kebebasan,” seba -gaimana halnya Enver Pasya (1881-1922). Lihat, Ibid., 20 n. 9, 22 n. 20. Me-reka disebutkan bersama-sama tidak kurang dari 25 kali dalam 110 edisi surat kabar Volkan, dan dijunjung tinggi sebagai teladan—sepertinya hal itu terutama karena keteguhan mereka menjunjung ajaran konstitusionalisme di tengah-tengah kemerosotan di berbagai bidang secara umum setelah re-vo lusi.

19. Nursi, “Lemean-ı Hakikat,” Volkan no. 103 (31 Maret, 1325/Nisan 13, 1909), 105 (Nisan 2, 1325/Nisan 15, 1909), dikutip dalam Düzdağ, Volkan Gazetesi, 204, 511.

20. Nursi, Munazarat (edisi 1977), 61. 21. Abdurrahman, Tarıhçe-i Hayatı, 33-34.

22. Şahiner, Son Şahitler, 3: 17-19. Aslinya merupakan arsip Kantor Perdana Menteri, Istanbul (Istanbul Basvekalet Arsivi), di antara koran-koran Yildiz milik Sultan Abdulhamid II. Şahiner memberikan transkripsi dan foto dari aslinya, tetapi tidak jumlah dokumennya.

23. Abdulmecit (Nursi), Hatıra Defteri, 4, Badıllı, Nursi, 1: 171.

24. Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 48-49.

25. Şahiner, Bilinmeyen (edisi ke-6), 84.

26. Başoglu, “Bir Hatıra,” Uhuvvet Gazetesi (Istanbul), 11 Desember 1964), di-kutip dalam Şahiner, Bilinmeyen (edisi ke-6), 82-83.

27. Ali Himmet Berki, dalam Şahiner, Son Şahitler, 2: 12. 28. Şahiner, Bilinmeyen (6th ed.), 84.

29. H. Hasan Sarıkaya, dalam Şahiner, Son Şahitler, 4: 356. 30. Nursi, Emirdağ Lahikası(edisi 1959), 1: 54-55.

31. Untuk detail-detail biografi Syekh Bakhit (w. 1935 Şahiner, Son Şahitler, 4: 363-64. TDVIA, S.V. “Bahit, Muhammed,” oleh Cengiz Kallek.

32. Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 49-50; Nursi, Emirdağ Lahikası(edisi 1959), 1: 108.

33. Dalam sebuah artikel yang berjudul “Ifade-i Meram” (Pernyataan Tujuan), ditulis pada November 1908, Nursi menggambarkan apa yang dia tulis— yang keempat di antara empat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang Islam yang ditanyakan orang-orang Jepang yang berkunjung ke Istanbul—sebagai sesuatu yang “dua bulan lebih tua daripada [datangnya] Kemerdekaan,” dan setelah ditanya enam bulan sebelumnya (Lihat Nursi,

Içtimai Reçeteler, 2: 300). Bisa dipahami dari sini bahwa “jawaban-jawaban”

tersebut dibuat pada Mei 1908; bahwa perseteruan Nursi dengan para Pasya Mabeyn dan penahanan pasti terjadi pada Mei/Juni 1908; dan bahwa artikel tersebut ditulis di bulan November.

34. Ali Riza Sağman, dalam Şahiner, Son Şahitler, 4: 294-95. 35. Nursi, “Nutuklar,” 366-67.

36. Zurcher, Turkey, 83.

37. Sarıkaya, Medreseler ve Modernleşme, 82. 38. Ibid., 79.

39. Ibid., 191-92.

40. Dalam sebuah artikel koran yang dimuat pada Maret 1909, Nursi menjelas-kan kepada sultan dengan sebuah perbincangan imajiner bagaimana dia ha-rus bertindak sebagai khalifah di sebuah zaman baru yang disebut zaman konstitusionalisme: “Karena despotisme tidak menyisakan sedikit pun ke-hidupan di Istanbul yang merupakan jantung negara-negara Islam ini, tun-jukkanlah bahwa Anda punya niat baik dan ubahlah Istana Yildiz, yang kini dibenci, menjadi dicintai dengan cara menerima konstitusionalisme dengan

baik tanpa pertumpahan darah: naikkan derajat Istana Yıldız hingga men-jadi lembaga pendidikan dengan cara memasukkan ulama-ulama terkemuka seperti malaikat rahmat untuk menggantikan zabbani neraka (pemberi azab di neraka ed.) yang sebelumnya ada, dan dengan menjadikannya seperti se-buah universitas dan membangkitkan kembali ilmu pengetahuan Islam, dan dengan menaikkan derajat kantor-kantor Syekhul Islam dan kekhalifahan ke taraf yang semestinya, dan dengan pulihkan kelemahan dalam hal agama yang merupakan penyakit bangsa dan kebodohan yang merupakan penyakit para pimpinannya dengan menggunakan kemakmuran dan kekuasaan Anda. Maka, dinasti Usmani akan bisa menebarkan sinar keadilan dalam konstelasi kekhalifahan ...” “Badiuzzaman Kurdi’nin Fihriste-i Makasıdı,” Volkan, no. 84 (12 Mart, 1325/24 Maret, 1909), Düzdağ, Volkan Gazetesi, 407.

41. Sarıkaya, Medreseler ve Modernleşme, 96-100. 42. Ibid., 95-96; Celik, Ali Suavi ve Donemi, 650-56. 43. Sarıkaya, Medreseler ve Modernleşme, 96-100. 44. Nursi, Munazarat (edisi 1977), 71.

45. Nursi Muhakemat, 8.

46. Nursi, Munazarat (edisi 1977), 72. 47. Ibid., 74-76.

48. Ibid., 76.

49. Nursi, Muhakemat, 46-47.

50. Nursi, “Badiuzzaman Kurdi’nin Fihriste-i Makasıdı” (11 Mart, 1325/24 Mart 1909), Düzdağ, Volkan Gazetesi, 403.

51. Nursi, Rays, 493.

52. Nursi, “Devr-i Istibdad ve Said-i Kurdi’nin Penceleşmesi,” dalam Asari

Bedi’iyye, 324-29.

53. Bisa diacu dua tulisan lain yang menunjukkan bahwa para dokter mencapai keputusan sama. Lihat Şahiner, Türk ve Dünya Aydınlarının Gözüyle Nurculuk

Nedir? 142-43; Şahiner, Bilinmeyen edisi ke-13), 106-7.

54. Baru-baru ini, wawancara tersebut bisa dibuktikan kebenarannya dengan ditemukannya dokumen-dokumen yang terkait di antara arsip-arsip ista-na Yildiz. Salah satunya, yang tertanggal 26 Juni 1908, menyatakan bahwa “Vanli Said Efendi” harus dibayar dengan gaji 1.000 kuruş, lainnya, yang ter-tanggal 27 Juni, menegaskan agar dia dibayar 2.000 kuruş untuk memenuhi biaya perjalanannya untuk perjalanan kembalinya ke Van. Lihat Şahiner,

Ba-diuzzaman Universitesi, Medresetuz-Zehra, 330-31.

55. Nusi, “Devr-i Istibdadde Tımarhaneden Sonra Tevkifhanede iken Zabtiye Naziri Sevik Pasya ile Muhaveremdir,” in Asar-i Bedi’iyye, 330-31.

56. Dalam pers Usmani pada masa ini, lihat Brummet, Image and Imperialism in

57. Esref Edip, “Islam Düşmanlarinin Tertiplerini Ortaya Çikarmak Vazifem-izdir,” Yeni Istiklal Gazetesi, nomor 241, 23 Maret 1966, dikutib dalam Şahiner,

Bilinmeyen (edisi ke-6), 97-98.

58. Badıllı, Nursi, 1: 197. Lihat juga Macfie, End of the Ottoman Empire, 41. 59. Kutay, Badiuzzaman Said Nursi, 186, 310.

60. Dalam teks asli tidak ada.

61. Macfie, End of the Ottoman Empire, 25-26. 62. Tunaya, Türkiye’de Siyasal Partiler, 3: 22. 63. Zurcher, Turkey, 97.

64. Nursi, Divan-i Harb-i Örfi, 56-70.

65. Kara, Islamcıların Siyasi Görüşleri, 24, 39-45. 66. Mursel, Badiuzzaman Said Nursi, 249-52.

67. Mengenai “Insiden” ini, lihat Fahri, “Seriat as a Political Slogan.” 68. Kara, Islamcıların Siyasi Görüşleri, 131.

69. Badıllı, Nursi, 1: 286.

70. Macfie, End of the Ottoman Empire, 44.

71. Ini bisa ditafsirkan secara longgar. Pada tahap ini, tidak ada kedudukan res-mi di dalam profesi akaderes-mis.

72. Shaw dan Shaw, History, 2: 274. 73. Zurcher, Unionist Factor, 21.

74. Tunaya, Türkiye’de Siyasi Partiler, 3: 308-9. 75. Kara, Islamcıların Siyasi Görüşleri, 50, 97ff.

76. Mardin, Continuity and Change, 23; Hanioglu, Abdullah Cevdet, 129ff., 139-40.

77. Nursi, Barla Lahikası, 191. 78. Nursi, Divan-i Harb-i Örfi, 70. 79. Ibid., 70.

80. Surat dari Sir Gerard Lowther kepada Sir Charles Hardinge, dikutip di dalam Macfie, End of the Ottoman Empire, 31.

81. Risale-i Nur Külliyati Müellifi, 57. 82. Nursi, Divan-i Harb-i Örfi, 12-13. 83. Zurcher, Turkey, 133.

84. Lihat Mardin, Genesis of Young Ottoman Thought, 330. 85. Berkes, Development of Secularism, 331.

86. Nama tersebut menyesatkan: nama tersebut pertama kali digunakan oleh orang-orang Eropa untuk semua lawan Abdulhamid di pengasihan, dan nama itu tidak memiliki nada nasionalis. Kaum Türki Muda sendiri meman-dang diri mereka sendiri yang pertama dan utama sebagai warga kekaisaran Usmani. Lihat Berkes, Development of Secularism, 305.

87. Lihat Kayali, Arabs and Young Turks, 82-83. 88. Lewis, Emergence of Modern Turkey, 233. 89. Ibid., 218; Kayali, Arabs and Young Turks, 114. 90. Birinci, Hurriyet ve Itilaf Firkasi, 28-29. 91. Ibid., 25-27.

92. Kayali, Arabs and Young Turks, 75. 93. Nursi, “Nutuklar”, 356-57.

94. Ada acuan kepada sebuah edisi terdahulu dari karya tersebut, 1324/1908, da-lam Hanioglu, Abdullah Cevdet, 315 n. 2, tetapi saya belum bisa memastikan kebenarannya ini.

95. Nursi, “Nutuklar,” 358-59.

96. Ahmad, “War and Society under the Young Turks,” 127-28. 97. Brummet, Image and Imperialism, 183.

98. Nursi, Divani Harb-i Örfi, 14-15.

99. Lihat Brummet, Image and Imperialism, 183. 100. Tunaya, Türkiye’de Siyasal Partiler, 1: 407. 101. Kayali, Arabs and Young Turks, 76. 102. Kara, Islamcılarin Siyasi Göruşleri, 63, 88.

103. Munir Suleyman Çapanoğlu, Türkiye’de Sosyalizm Hareketleri ve Sosyalist

Hilmi, dikutip oleh Şahiner, Bilinmeyen (edisi ke-6), 110-11.

104. Şahiner, Nurs Yol, 131.

3

Badiuzzaman dan

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 87-95)