• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Tahir Pasya

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 54-60)

Tahir Pasya, yang saat itu menjadi gubernur Bitlis dan telah begitu banyak memberi dorongan dan dukungan kepada Said, menulis sepucuk surat yang mengenalkannya ke Istana, dengan menyebut-nyebut kemasy-huran dan kedudukannya di antara ulama Anatolia Timur dan meminta bantuan dan dukungan sultan untuk menjamin pengobatan medis un-tuknya. Pengobatan ini untuk kelelahan mental yang diakibatkan oleh terlalu lama dan kerasnya dia dalam menggunakan mental pikirannya. Keponakan Said Nursi, Abdurrahman, melihat bahwa pemecahan soal-soal matematika yang penuh persainganlah yang terutama melelahkan otaknya, sehingga selama sekitar tiga tahun dia tinggal di Van, akhirnya dia berhenti berdebat tentang hal-hal seperti itu dan hanya bicara jika perlu.21 Berikut ini terjemahan dari surat Tahir Pasya:

Permohonan dari hamba-Nya yang paling hina.

Karena Molla Said, yang termasyhur di kalangan ulama Kurdistan dengan kecerdasannya yang cemerlang, memerlukan pengobatan medis, dengan mencari perlindungan dalam belas kasih dan kebaikan Yang Mu-lia Naungan Khalifah, saat ini dia telah berangkat menuju Yang MuMu-lia.

Meskipun orang yang disebut di atas adalah orang yang dirujuk semua orang di daerah ini dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pembelajaran, dia tidak setuju mengubah caranya berpakaian karena dia menganggap dirinya masih seorang murid.

Selain sebagai hamba yang setia dan jujur dari Yang Mulia Maha Penolong, orang tersebut di atas memang dari sananya adalah orang yang berbudi dan cukup puas dengan sesuatu yang sedikit, dan menu-rut pendapat hamba yang paling hina ini berkenaan dengan sifat mo-ral yang baik ataupun kesetiaan dan ketundukan terhadap Yang Mulia Naungan Khalifah, di antara ulama Kurdi yang sampai saat ini berna-sib baik bisa pergi ke Dersaadet [Istanbul], adalah orang yang dikenal

karena alimnya dan paling dihargai kebajikannya. Maka, dengan berani disampaikan bahwa jika dia diberi bantuan dan fasilitas istimewa dalam bentuk menerima pengobatan, semua pelajar Kurdistan akan mengang-gapnya sebagai kebaikan menyenangkan yang tidak akan terlupakan dari dinasti Yang Mulia Sultan.

Dalam hal ini dan semua hal lain, perintah adalah miliknya yang memiliki semua perintah.

3 Jumadil Tsaniyah 1323 (16 November 1907)

Gubernur Bitlis, Tahir22

“Sekerci Han”

Tidak ada catatan apakah surat itu mendapat balasan yang diingin-kan . Setelah tiba di Istanbul, Said Nursi tinggal sebagai tamu Ferik (Mayor Jenderal) Ahmet Pasya selama dua bulan.23 Sulit untuk menyimpulkan urut-urutan aktivitas Said dalam tujuh sampai delapan bulan sampai di-proklamasikannya konstitusi pada 23 Juli 1908, dan tentu saja sesudah itu. Ahmet Pasya, yang tidak banyak diterangkan pada sumber di atas, mungkin telah membantu Said mempersiapkan petisi untuk mendapat-kan dukungan bagi proyek pendidimendapat-kannya di Kurdistan untuk dipresen-tasikan kepada istana, dan memutuskan perkenalan yang diperlukan. Meskipun begitu, presentasi yang sebenarnya tidak berlangsung sampai Mei atau Juni 1908.

Selama beberapa waktu Said menetap di Fatih, pusat keagamaan Is-tanbul, dan mulai mendapat tempat di antara ulama Istanbul. Sebelum meninggalkan Van, Tahir Pasya bermaksud memberinya dorongan de-ngan mengatakan pada-nya: “Anda dapat mengalahkan semua ulama Anatolia bagian timur dalam berargumentasi, tetapi Anda tidak dapat pergi ke Istanbul dan menantang semua ikan besar di laut tersebut,” kare-na Tahir tahu Said tidak akan perkare-nah membiarkan tantangan seperti ini tidak terjawab.24 Said memilih kamar di gedung besar di Fatih yang dise-but dengan Sekerci Han, yang berfungsi sebagai penginapan bagi banyak tokoh cendekiawan terkemuka pada waktu itu. Tokoh lain yang pernah menjadi penghuninya di antaranya penyair Mehmet Akif dan Fatin Hoca, direktur observatorium.

Kecuali para ulama, golongan berpendidikan pada waktu itu semua-nya telah memilih berpakaian Barat, dan hasemua-nya menyisakan peci sebagai lambang identitas Islam mereka. Tidak pelak, gaya pakaian Said menjadi sensasional. Tak dapat dipercaya bila ada seseorang dengan keduduk-an apa pun, apalagi seorkeduduk-ang ulama, harus tersembunyi di balik pakaikeduduk-an tradisional provinsi-provinsi bagian timur yang unik, dan dengan sangat jelas serta meyakinkan menggambarkan berbagai masalah kronis wilayah tersebut sekaligus menyampaikan masukan-masukan sebagai solusinya. Di sini dia juga menantang para ahli dari madrasah dan sekolah-sekolah sekuler untuk berdebat dan mengajukan pertanyaan padanya. Di pintu kamarnya, dia bahkan menggantungkan tulisan besar yang berbunyi: “Di sini semua pertanyaan dijawab, semua masalah dipecahkan, tetapi tidak ada pertanyaan diajukan.” Maksudnya adalah untuk menarik perhatian bukan kepada dirinya tetapi kepada masalah-masalah provinsi-provinsi bagian timur dan untuk memublikasikan pikiran-pikirannya tentang re-formasi pendidikan.

Berikut ini adalah kesan-kesan dari beberapa tamunya di Han dan beberapa orang yang bertemu dengannya waktu itu. Pertama-tama adalah insiden yang menyebabkan dia dipenjara. Peristiwa ini diceritakan oleh Dr. Hamid Uras, seorang dokter dari Gaziantep:

Hal ini terjadi sekitar waktu diproklamasikannya Konstitusi Kedua dan kami adalah mahasiswa di Sekolah Kedokteran. Nursi juga berada di Is-tanbul pada waktu itu. Di antara para profesor dari madrasah, dia lebih memilih yang dari Fatih dan mengagumi mereka. Dia sangat terkenal dan ketenarannya menyebar ke mana-mana. Suatu hari dia terlihat oleh polisi sedang berjalan melewati pelataran istana. Mereka menahannya lalu bertanya apakah dia tidak tahu kalau taman ini bagian dari istana dan kepunyaan khalifah. Said menjawab bahwa dia sangat tahu tetapi hal ini tidak menghalanginya untuk berjalan melewatinya; sebagai anak bangsa dia bebas berada di sini. Insiden tersebut dianggap serius, dan mereka membawanya untuk diperiksa oleh dokter pemerintah, orang Yunani. Dokter tersebut mewawancarai Said dan ketika mereka ber-bicara Said mengambil buku teks tentang anatomi dari rak buku lalu membaca empat atau lima halaman. Said kemudian meminta dokter tersebut mengujinya. Dokter itu setuju dan menjadi sangat tercengang ketika pasiennya mengucapkan kata demi kata dari semua halaman yang telah dibacanya tadi tanpa melihat buku. Dia minta maaf pada Said

dan menuliskan hasil pemeriksaan yang baik untuk dikirim ke istana melalui kepala polisi.25

Berikut ini kesan Hasan Fehmi Basoglu, yang akhirnya menjadi ang-gota Komite Konsultatif Departemen Urusan Agama:

Sekitar waktu diproklamasikannya Konstitusi Kedua, saya sedang ber-sekolah di Madrasah Fatih. Saya mendengar ada pemuda yang dijuluki Badiuzzaman telah datang di Istanbul dan tinggal di asrama. Bahkan dia menggantung tulisan besar di pintu kamarnya yang berbunyi: “Di sini semua pertanyaan dijawab, semua masalah dipecahkan, tetapi tidak ada pertanyaan diajukan.” Menurut saya, orang yang membuat pernya taan seperti itu pastilah orang gila. Tetapi, karena yang saya dengar ha nya-lah pujian dan pendapat yang baik tentang dia, juga mengetahui be-tapa takjubnya semua ulama dan mahasiswa yang menemuinya, saya juga ingin menemuinya sendiri. Saya memutuskan untuk menyiapkan beberapa pertanyaan tentang masalah yang paling sulit. Pada waktu itu, saya dianggap sebagai salah satu warga madrasah yang terkemuka. Akhirnya, pada suatu malam saya memilih beberapa topik dari beberapa buku ilmu teologi tingkat lanjut, dan menyusunnya dalam bentuk per-tanyaan. Keesokan harinya saya pergi mengunjunginya dan saya ajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut padanya. Jawaban-jawaban yang saya terima cukup mengagumkan dan luar biasa. Dia menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan tepat seolah-olah kami sudah bersama-sama malam sebelumnya dan melihat buku-buku tersebut bersama-sama. Saya benar-benar puas ....

Setelah itu dia mengeluarkan peta, dan menjelaskan perlunya mem-buka universitas di provinsi-provinsi bagian timur serta menunjukkan betapa pentingnya hal itu. Pada waktu itu, di provinsi-provinsi tersebut ada resimen Hamidiyah. Dengan sangat meyakinkan dia menjelaskan pada kami berbagai kekurangan bentuk pemerintahan ini dan menga-takan bahwa wilayah tersebut harus dikembangkan melalui pendidikan, industri, dan ilmu pengetahuan. Dia menjelaskan bahwa ia datang ke Istanbul untuk mewujudkan tujuan, dan katanya: “hati nurani diterangi oleh ilmu agama, sedangkan kecendekiaan diterangi oleh ilmu-ilmu peradaban.”26

Ada cerita lain dari Ali Himmet Berki, mantan kepala pengadilan tinggi:

Fakul-tas Hukum). Saya lebih maju dibandingkan mahasiswa lain. Nama dan kemasyhuran Nursi telah menyebar ke seluruh Istanbul; semua orang membicarakannya dalam kelompok-kelompok cendekiawan. Kami men-dengar berita bahwa dia tinggal sebagai tamu di Han di Fatih dan bahwa dia menjawab semua jenis pertanyaan yang diajukan padanya. Saya me-mutuskan pergi dengan beberapa teman mahasiswa.

Suatu hari kami mendengar bahwa dia berada di warung teh sedang menjawab berbagai pertanyaan. Kami langsung ke sana. Di sana cukup ramai, dan dia mengenakan pakaian yang aneh, bukan baju cendeki-awan, tetapi baju daerah Anatolia Timur.

Sewaktu kami mendekat ke Nursi, dia sedang menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Dia dikelilingi oleh para cendekiawan yang se-dang mendengarnya dengan saksama karena terpesona dan takjub. Se-tiap orang puas dan senang dengan jawaban yang mereka terima. Saat itu dia sedang merespons teori-teori para filsuf Yunani kuno, merun-tuhkannya dengan bukti-bukti rasional ... Ada sepotong informasi lain tentang dia yang sangat terkenal: sebagai manusia yang taat beragama dia tidak mau menerima hadiah, uang, atau derma dari orang lain. Dia bisa saja memiliki banyak benda kalau dia mau. Bahkan tongkat saja dia tidak punya di dunia ini.27

Abdullah Enwer Efendi, yang terkenal dengan julukan “Perpustakaan Berjalan,” menyampaikan cerita berikut:

Harbizade Tawasli Hasan Efendi, seorang guru di Madrasah Fatih, adalah tokoh cendekiawan dan sangat dihormati. Dia berumur 90 tahunan, terus mengajar sampai hari tuanya. Tiada hari tanpa mengajar. Suatu hari dia memberitahu murid-muridnya: “Saya hari ini tidak bisa datang. Seseorang yang dipanggil dengan nama Badiuzzaman telah datang dari Anatolia Timur dan saya akan menemuinya.” Dia meninggalkan ma-drasah untuk mengunjungi Said Nursi di Sekerci Han. Sekembalinya dari sana, dia menunjukkan kehangatan dan takjub yang dia rasakan, dan berkata pada murid-muridnya: “Tak pernah ada orang seperti itu sebe-lumnya, dia adalah makhluk langka. Yang menyamai dia belum ada.”28 Dan akhirnya ada cerita dari Haji Hafiz Efendi, yang dahulu juga biasa menghadiri diskusi dan debat yang diadakan di Madrasah Fatih. Cerita ini disampaikan oleh anak lelakinya, Visali Bey, dari riwayat hidup ayahnya.

Suatu hari, beberapa ulama sedang memperdebatkan suatu topik di hal-aman Masjid Fatih, namun mereka sama sekali tidak bisa meyakinkan

satu sama lain dan menjawab pertanyaannya. Debat berlanjut ketika Ba-diuzzaman datang dengan berpakaian desa bersorban dan kopiah bulu di kepalanya. Saya mengenalinya dan tahu bahwa pengetahuannya sa-ngat tinggi, jadi saya mundur dan memerhatikan apa yang akan terjadi. Nursi bertanya pada para cendekiawan itu: “Apa yang sedang Anda semua diskusikan? Boleh saya tahu? Mohon beritahu saya!”

Melihat pakaiannya yang sederhana, mereka menjawab: “Sudahlah, penggembala! Kamu tidak akan mengerti masalah yang kami bicarakan ini. Sana pergi, urusi urusanmu sendiri!”

Nursi sama sekali tidak tersinggung. Dia tahu apa masalahnya lalu menjelaskannya dengan begitu indahnya dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis sehingga semua orang mulutnya ternganga takjub. Dia benar-benar meyakinkan mereka. Anda akan mengira dia berada di sisi Rasulull ah ketika ayat-ayat tersebut diwahyukan. Akhirnya para cendekiawan itu menoleh padanya dan memuji-mujinya, namun Nursi dengan rendah hati menolaknya dan mohon diri.29

Sekitar 40 tahun kemudian dalam surat kepada muridnya, Nursi menjelaskan bagaimana hidupnya telah mengikuti jalannya sehingga menghasilkan Risalah Nur. Dia menceritakannya dengan memberikan ilustrasi:

Dalam perjalanan ke Istanbul sebelum kemerdekaan, saya membawa be-berapa karya penting tentang ilmu kalam. Saya mempelajarinya dengan saksama. Setibanya di Istanbul, saya mengundang ulama maupun guru-guru sekolah sekuler untuk berdebat dan mengumumkan bahwa siapa saja bisa mengajukan pertanyaan apa pun yang disukainya pada saya. Yang sungguh mengherankan, semua pertanyaan yang diajukan orang pada saya adalah hal-hal yang saya pelajari dalam perjalanan dan ter-simpan dalam ingatan saya. Masalah yang ditanyakan oleh para filsuf (yaitu, siswa dan guru ilmu pengetahuan modern) juga tentang hal-hal yang ada di pikiran saya. Sekarang bisa mengerti bahwa keberhasilan dan iklan diri yang luar biasa yang benar-benar tidak pantas saya dapat-kan, dan bahwa unjuk kebolehan yang tidak berarti itu, adalah untuk mempersiapkan fondasi agar di masa datang Istanbul dan ulamanya menerima Risalah Nur dan arti pentingnya.30

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 54-60)