• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabur dan Perjalanan Pulang

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 192-195)

Tidak ada catatan yang perinci tentang bagaimana Nursi kabur serta tentang perjalanan kembalinya ke Istanbul. Dia tidak mengizinkan kepo-nakannya, Abdurrahman, untuk memberikan keterangan apa pun selain fakta-fakta paling ringkas: bahwa “setelah kabur dari Kosturma, dia ber-hasil mencapai Petersburg, [kemudian] Warsawa, dan pada akhirnya tiba di Istanbul lewat Wina, dan [Nursi] terbebas dari tahanan.”1 Bagaimanapun, perjalanan ini tidaklah langsung dan cepat. Karena deskripsinya tentang malam-malam yang panjang di masjid dekat Volga ketika musim semi su-dah dekat menunjukkan bahwa dia kabur, yaitu “beberapa hari sesusu-dah malam yang dia deskripsikan itu,” pasti sebelum Maret atau April, dan dia baru tiba di Istanbul setelah 20 Juni, 1918. Terlebih lagi, salah satu sumber menyatakan bahwa dia mengunjungi Berlin,2 sementara biografi “resmi”3 serta saudaranya Abdulmecit4 mengatakan bahwa dia kembali “melalui Jerman”.5 Karena menurut penuturan Nursi sendiri dia kabur dan menempuh perjalanannya dengan luar biasa mudah, dia pasti menginap beberapa waktu di suatu tempat sepanjang perjalanan tersebut. Namun tidak ada petunjuk tentang hal ini dalam satu pun karyanya.6

Apa pun yang terjadi, pada bulan Juni 1918, Nursi kembali ke Istanbul lewat Wina dan Sofia, bagian terakhir perjalanannya dengan naik kereta api. Di Sofia dia diberi paspor oleh atase militer. Paspor yang tertanggal 17

Juni 1918 ini memberi perincian tentang Nursi berikut di sampul depan-nya:

Nama : Said Mirza Efendi (Letkol.) Detasemen : Relawan Resimen Kavaleri Kurdi Kebangsaan : Usmani

Pemberangkatan : Sofia

Tujuan : Istanbul (Dersaadet) Alasan Perjalanan : Kembali dari Penahanan Tanggal : 17 Juni 1918

Dan, di belakang paspor tertempel salinan foto Nursi yang diambil oleh Pemerintah Jerman, dan terdapat kalimat yang menyatakan agar biaya kereta api dibebankan kepada angkatan bersenjata.7

Kedatangan Nursi di Istambul diberitakan dalam beberapa surat kabar. Surat kabar Tanin 25 Juni 1918 memuat berita pendek berikut: “Ba-diuzzaman Said-i Kurdi Efendi, salah satu ulama Kurdistan yang ikut ber-perang di Garis Depan Kaukasia bersama murid-muridnya dan menjadi tawanan Rusia, telah tiba kembali di kota kita.”8

istanbul

Sekembalinya di Istanbul Nursi disambut layaknya seorang pahla-wan. Enwer Pasya memperkenalkannya kepada personel militer utama di Kementerian Perang dengan mengatakan: “Apakah kalian lihat hoca ini? Beliau inilah yang menahan orang-orang Cossack Rusia di Timur!” Dia menerima undangan dari para pasya dan petinggi terkemuka, atau dikun-jungi orang-orang itu. Dia mendapat tawaran berbagai posisi dan tanda jasa dan dianugerahi medali perang. Molla Suleiman, salah satu muridnya, mengingat pembicaraan antara Enwer Pasya dan Nursi sebagai berikut:

Saya membaca tentang kembalinya Nursi di Tanin, dan mengunjungi-nya di [Masjid] Sultan Ahmet dan mencium tanganmengunjungi-nya. Kemudian Enwer Pasya, Menteri Perang, mengundangnya ke Kementerian Perang. Dia berkata kepada Nursi: “Apa kabar? Apa yang Anda lakukan hari-hari ini,

hoca?” Nursi menjawab: “Jika Anda menawarkan pekerjaan untuk

kenik-matan duniawi, saya tidak bisa menerimanya. Tetapi jika Anda punya suatu gagasan yang berhubungan dengan pengetahuan dan pendidikan, lain lagi ceritanya. Namun yang saya butuhkan saat ini adalah

beristi-rahat, karena saya diperlakukan dengan sangat kasar ketika menjadi ta-wanan, dan saya sangat menderita.”9

Nursi juga ditemani keponakannya Abdurrahman, putra kakaknya Abdullah. Kemungkinan besar, sejak dari timur dia membawa salinan

Isarat-ul I’caz (Keajaiban Al-Qur’an)—komentar perang Nursi10—yang masih bagus, karena begitu Nursi kembali dia segera berusaha menerbit-kannya. Karena ingin menunjukkan penghargaannya atas karya dan bakti Nursi dalam peperangan, Enwer Pasya menawarkan untuk menerbitkan karya tersebut. Nursi menolak tawaran itu dan hanya mau menerima ker-tasnya saja. Kertas bukanlah sesuatu yang mudah ditemukan di Turki pada masa perang, maka Enwer menyediakan kertas untuk Isarat-ul I’caz (Ke-ajaiban Al-Qur’an). Nursi pun menerbitkannya.11 Iklan untuk bagian per-tama muncul di I’tisam Mecmuasi, nomor 5 dan 6, tertanggal 26 Desember 1918, dan Jin Gazetesi, 16 Januari 1919. Kantor Syekhul Islam mendistri-busikannya ke semua mufti di tiap provinsi.12 Karya tersebut mendapat pengakuan secara meluas.

Sebuah cerita dari penutur pertama tentang Nursi pada minggu-ming gu awal kepulangannya menyebutkan bahwa setiap petang dia ber-jalan- jalan di sekitar taman di dekat Masjid Sultan Ahmet di jantung Kota Istanbul. Saat itu dia terlihat bijaksana dan bermartabat. Pada saat sebe-lum transformasinya menjadi Said Baru itu dia masih mengenakan busana tradisional Anatolia Timur, tetapi dari jenis yang sangat bagus. Dengan turban dari bahan halus yang melingkari topi hitam, ujungnya jatuh ke satu pundaknya, dia tampak sangat mengesankan.13 Pertama-tama dia ting gal di Eyub, kemudian di Fatih dan Vezneciler, lalu pada akhirnya di Camlica, bukit populer di sisi Asia dari Bosphorus. Nursi selalu suka tem pat-tempat yang menjulang tinggi yang bisa melihat luas ke pemandang an di bawah-nya. Di sini dia tinggal di sebuah mansion tua bernama Yusuf Izzettin Pasya Kosk—yang mungkin diserahkan kepadanya melalui Enwer Pasya.

Tetapi Nursi tidak diberi kesempatan untuk beristirahat dan me-ngum pulkan kekuatannya kembali. Pada 12 Agustus 1918, Darul Hikmeti l Islamiye, sebuah dewan ahli atau akademi Islam, didirikan atas kerja sama dengan kantor Syekhul Islam, dan tanpa sepengetahuannya, Nur-si ditunju k sebagai wakil dari dinas ketentaraan. Namun sebelum kita lanjut kan, untuk lebih memahami permasalan-permasalahan yang diha-dapi lembaga ini dan sikap Nursi terhadapnya—dan, bahkan, semua

pe-mikiran dan kegiatannya pada saat ini—di sini kami sertakan garis besar kejadian-kejadian pada masa suram tersebut.

Dalam dokumen Kelahiran dan Awal Masa Kanak-kanak (Halaman 192-195)