• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBAGAI CERMIN KEHIDUPAN DALAM MENYONGSONG MASA DEPAN

Panduan & Contoh-Contoh Pensyarahan Musabaqah Syarh Al-Qur’an (MSQ)

106

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

seperti seorang buta yang berjalan tanpa tongkat, kita akan sulit untuk bangkit, maju dan jaya. Apalagi bersaing dan sejajar dengan orang yang sudah maju. Itulah pentingnya kita bercermin pada sejarah masa lalu.

Berkenaan dengan pentingnya mempelajari sejarah, maka pada kesempatan ini kami akan membahas topik Menjadikan Sejarah sebagai Cermin Kehidupan dalam Menyongsong Masa Depan. Dengan

landasan QS. Ali-Imran ayat 137:

“Sebelumnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah, karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah akibat orang-orang yang pernah mendustakan (para rasul).”

Ayat ini dijelaskan oleh Imam Ali As-Shabuni, bahwa telah berlaku sunah-sunah Allah pada umat-umat terdahulu berupa kehancuran, akibat sikap menentang mereka kepada para utusan Allah. Melalui ayat ini kita diperintahkan supaya mengambil pe-lajaran dari peristiwa masa lalu, dengan menyaksikan kehancuran-kehancuran yang pernah menimpa para pendusta dan pelaku dosa.

Dengan mempelajari sejarah masa lalu kita akan menemukan sosok Fir’aun, seorang tirani, diktator, gila hormat, rakus kekuasaan serta memaksa rakyat untuk memuji dan memuja bahkan sampai pada puncak kedurjanaannya, memproklamirkan diri menjadi Tuhan dan akhirnya dia ditenggelamkan di Lautan Merah. Sejarah juga mencatat tokoh Qorun,watak manusia serakah, selalu ber ambisi menumpuk dan menimbun harta, namun tidak mau berzakat. Tidak peka dan peduli terhadap kaum dhu’afa, membiarkan fakir miskin makin terlantar dan akhirnya seluruh kekayaannya diamblaskan ke perut bumi. Dalam sejarah masa lampau juga disebutkan wanita-wanita pembangkang yang tercatat dalam al-Qur’an, seperti istri Nabi Nuh dan Nabi Luth, akhirnya mereka pun ditimpa azab Allah akibat kekufurannya.

Bagaimana jika kisah masa lalu itu kita kaitkan dengan kondisi zaman sekarang, terutama di negeri kita tercinta ini? Ternyata hadirin, sosok pembangkang, pelanggar aturan-aturan Allah,

Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua

107

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

pelaku maksiat, manusia-manusia sombong, yang berebut jabatan, me numpuk kekayaan dan tidak peka terhadp nasib insan lemah itu masih ada dan bergentayangan di negeri ini. Padahal, jika sikap dan sifat itu terus mengkristal dan tidak mau bercermin pada kehinaan-kehinaan yang menimpa pelaku masa lalu, saya yakin bangsa kita pun akan mengalami kehancuran seperti bangsa-bangsa terdahulu. Karena itulah, guna membuka jalan cerah di masa datang kita harus mengfungsikan akal dan memerankan hati nurani agar mau menengok sejarah untuk dijadikan pelajaran. Hal ini ditegaskan Allah dalam surat Yusuf ayat 111:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

Berdasarkan ayat tersebut bahwa orang yang mau dan mampu menjadikan sejarah sebagai cermin dalam kehidupan adalah “ulul abshar“ yaitu insan yang mempunyai kecerdasan intelektual dan spiritual, dan hal inilah yang harus kita miliki.

Sebab, bila kita memiliki kecerdasan ini, kita akan sanggup membedakan yang benar dan yang salah. Dengan kecerdasan ini, bukan saja kita akan menjadikan kehancuran-kehancuran para pelaku durjana sebagai cermin agar tidak terulang pada diri kita, tapi sebaliknya, hal ini pun akan menjadikan kita sebagai pelopor kebaikan, pemakmur bumi, pembawa keselamatan seperti para rasul yang tegar dalam menegakkan risalah Allah. Seperti Lukmanul Hakim yang ulet dalam menyebarkan pesan-pesan moral, Ashabul Kahfi yang teguh dalam keimanan, Asiyah istri Fir’aun dan Maryam ibunda Nabi Isa as. yang kokoh mempertahankan iman dan pelopor-pelopor yang lainnya, akan mampu menuntun langkah kita untuk menyongsong kejayaan masa mendatang.

Selain itu, kita pun sebagai bangsa memiliki aktor-aktor yang tampil di panggung sejarah dengan mengagumkan, seperti sang Proklamator Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Imam Bonjol,

Panduan & Contoh-Contoh Pensyarahan Musabaqah Syarh Al-Qur’an (MSQ)

108

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

Pangeran Diponogoro, Sultan Hasanudin, Teuku Umar. Kemudian, pejuang pendidikan Ki Hajar Dewantara, Dewi Sartika, R.A. Kartini, Cut Nyak Dien, dan pejuang-pejuang lain yang dengan sabar, tabah dan ulet dalam mempertahankan negeri Indonesia tercinta. Mereka dengan ikhlas mengorbankan jiwa raga bahkan nyawa sekalipun, dengan satu tujuan untuk mengusir kaum imperialis dari persada bumi Indonesia. Semua itu mereka lakukan dengan dasar rasa cinta yang tinggi terhadap tanah air.

Bagaiman dengan kita sekarang? Kita pun hadirin, jika betul-betul ingin membuka jalan kejayaan di masa yang akan datang bagi negri tercinta ini, maka kita patut mencontoh, meniru dan meneladani sifat dan sikap leluhur kita itu, yaitu dengan me-numbuhsuburkan rasa cinta yang tinggi terhadap tanah air. Rasulullah bersabda, “Cinta tanah air itu sebagian dari iman.”

Karena itulah, kita harus satu pendapat bahwa sejarah tidak cukup hanya ditulis, dibukukan, dimuseumkan, diajarkan, di-seminarkan, dibicarakan dan didiskusikan, namun lebih jauh dari itu, penelitian dan penggalian sejarah harus dijadikan cermin yang membawa ke arah perubahan total akhlak dan sikap kita menuju arah yang lebih baik, guna menyongsong kemuliaan di masa men datang.

Apa yang harus kita lakukan dan siapkan? Jawabannya adalah kita harus memperteguh keimanan dan ketakwaan. Maksudnya kita harus menjadikan sejarah sebagai sarana memperteguh keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Hal ini ditegaskan Allah dalam surat Hud ayat 120:

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu dan dalam kisah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”

Demikian penjelasan Allah tentang hikmah menjadikan sejarah sebagai cermin, yaitu keteguhan hati, keyakinan terhadap kebenaran janji Allah terhadap para pelaku sejarah, serta kesiapan menjadikan sejarah sebagai cermin dalam menyongsong masa depan yang lebih berharga.

Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua

109

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati

Dengan demikian, syarahan ini dapat disimpulkan bahwa,

The game of history is usually played by the best and the world over heads of majority in the middle (Panggung sejarah selalu dimainkan oleh tokoh

yang terbaik atau yang terburuk), dan kita hadirin, harus bercermin dari peristiwa yang buruk untuk tidak terjadi pada kehidupan kita. Dan menjadikan contoh serta teladan terhadap tokoh-tokoh sejarah yang mulia untuk menjadi lampu penerang dalam melangkah menuju masa depan yang cerah.

111

هتكا ب�و لهلا ةحمرو كميلع ملاسلا

لىعو ن ي�لسرلماو ءايبنألا ف ش�أ لىع ملاسلاو ةلاصلاو ن ي�لماعلا بر لهل دملحا

دعباما - ن ي�ع بحمأ هبصحو لهآ

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati.

Dr. Muhammad Khalil Harats dalam bukunya Da’watut Tauhid

mengatakan, “Akidah adalah mengesakan Allah dari sesuatu, sedangkan kemusyrikan adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu. Dua hal ini ber-tentangan dan tidak bisa menyatu dalam satu kalbu.”

Untaian kalimat itu mengisyaratkan kepada kita, bila kita meyakini tiada Tuhan selain Allah, tiada penguasa selain Allah, tiada raja langit dan bumi selain Allah, tiada tempat bersandar selain Allah, tiada penyelamat selain Allah. Maka, pada saat ini pula kita harus membersihkan hati sekaligus membentenginya dari anggapan, ke percayaan, apalagi keyakinan ada kekuatan lain yang mampu memberi manfaat dan madharat selain Allah. Sebab hal itu adalah mental syirik yang jika dibiarkan akan terus merusak, menggrogoti, melemahkan, melumpuhkan bahkan meluluhlantahkan akidah tauhid kita.

Muncul pertanyaan, bagaimana strategi kita dalam menjaga

MENJAGA AKIDAH