• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA PENGGUNAAN MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIKA

Panduan & Contoh-Contoh Pensyarahan Musabaqah Syarh Al-Qur’an (MSQ)

88

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

antar pelajar, perkelahian antar kampung bahkan peperangan antar etnis dan golongan. Akibat tontonan magis-mitologis, lahir masyarakat irrasional, ayat Al-Qur’an dipermainkan, bahkan agama dilecehkan. Akibat hiburan yang erotis-seksual, marak perkosaan dan perzinahan, bahkan akhir-akhir ini kita digemparkan oleh munculnya praktek seks bebas yang dilakukan pelajar dan mahasiswa.

Itulah dampak langsung dari penggunaan media cetak dan elektronika yang mengabaikan nilai-nilai etika. Lalu, bagaimanakah Islam melihat persoalan ini? Sebagai jawabannya pada kesempatan ini kami akan membahas Etika Penggunaan Media Cetak dan Elektronika.

Dengan landasan QS. Al-Hujurat ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Secara sosial historis, sababun nuzul ayat tersebut menurut Imam

aT-Thabrani bersumber dari Jabir Ibnu Abdullah adalah berkenaan dengan berita kebohongan (hadis ifki) yang disampaikan oleh Walid

Ibnu Utbah kepada Rasulullah bahwa istri Beliau (Siti Aisyah) telah berbuat serong dengan Shofwan Ibnu Mu’aththal. Mendengar pengaduan Walid tersebut, Rasulullah memarahi Aisyah. Tatkala itu, datanglah malaikat Jibril memberikan teguran kepada Rasul dengan menurunkan Q.S. Al-Hujurat ayat 6, yang pada ayat tersebut terdapat kalimat, “Jika datang kepadamu seorang fasik dengan membawa suatu berita maka telitilah kebenaran berita tersebut”.

Secara filosofis, ayat tersebut merupakan landasan metodis dalam menyikapi derasnya informasi yang disebarkan media cetak dan elektronika, yaitu Islam mempunyai prinsip akomodatif selektif, jika sesuai dengan ajaran Islam maka ambillah, namun jika bertentangan dengan ajaran Islam, maka jangan takut untuk me-nolaknya, meskipun melanggar ekspresi seni dan kebebasan pers.

Dengan demikian, ayat tersebut memberikan pelajaran kepada kita untuk memperhatikan nilai moral dan etika dalam

mengguna-Etika Penggunaan Media Cetak dan Elektronika

89

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

kan media cetak dan elektronika. Namun sangat disayangkan, saat ini yang terjadi adalah fakta sebaliknya. Sebagai bukti, tidak sedikit majalah-majalah yang memajang foto perempuan setengah telanjang. Tidak sedikit koran-koran “mengumumkan” tempat-tempat mesum dan pelacuran, tidak sedikit stasiun-stasiun televisi yang menayangkan sinetron adegan ciuman, tidak sedikit bioskop-bioskop yang memutar adegan ranjang dan hubungan badan. Bahkan akhir-akhir ini kita digemparkan dengan munculnya majalah playboy, maraknya bacaan stensil, bahkan merebaknya film-film porno yang disebarkan lewat internet dan handphone. Yang lebih memalukan lagi adegan film porno tersebut diperankan oleh tokoh dan artis ternama.

Lalu, bagaimanakah sikap kita dalam menghadapi serbuan media tersebut? Sebagai jawabannya kita renungkan firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 104:

“Hendaklah ada sebagian di antara kamu sekelompok orang yang me-ngajak pada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Imam Ali Ashabuni dalam Shafwatut Tafasir menjelaskan ayat ini, “Hendaklah ada di antara umat Islam sekelompok orang yang berdakwah menuju Allah, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.” Sejalan dengan maksud ayat ini, Rasulullah Saw

bersabda: “Barangsiapa di antara kamu melihat kemunkaran, maka rubah-lah dengan tangannya, jika tidak mampu rubahrubah-lah dengan ucapannya, jika tidak mampu rubahlah dengan hatinya. Dan merubah dengan hati itu adalah cerminan dari iman yang lemah.”

Secara tekstual, ayat dan hadis tersebut memberikan landasan strategis dalam menghadapi maraknya penggunaan media cetak dan elektronika yang mengabaikan nilai etika, yakni kita harus berdakwah dengan cara melakukan internalisasi, transmisi, difusi, transformasi, dan aktualisasi syariat Islam sesuai dengan metode dan media yang ada, baik media cetak, media elektronika, maupun media digital.

Panduan & Contoh-Contoh Pensyarahan Musabaqah Syarh Al-Qur’an (MSQ)

90

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

kepada umat Islam: Pertama, kepada kaum terpelajar, para

maha-siswa, para santri, muballigh dan para guru untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi, demi tercapainya tujuan dakwah Islamiyah. Berkaitan dengan ini, Jalaluddin Rakhmat, Pakar Komunikasi Unpad, mengatakan, “Da’i saat ini tidak cukup hanya pandai ceramah dari masjid ke masjid, dari kampung ke kampung, namun yang sangat dibutuhkan adalah da’i yang pandai orator, tahu ilmu komunikasi, pintar menulis, dan handal mengoperasikan media digital seperti komputer, laser disk, compact disk, dan internet.”

Kedua, kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam, baik

pesantren, sekolah, bahkan perguruan tinggi untuk membuat laboratorium dakwah sebagai pusat pendidikan dan pelatihan dakwah, sehingga akan lahir da’i-da’i yang mampu beramal ilmiah, berilmu almaliyah dan pandai dalam penguasaan sains dan teknologi. Ketiga, kepada para pengelola media cetak dan elektronika,

khususnya yang beragama Islam, untuk membuat majalah, koran bahkan stasiun televisi Islami sebagai tandingan. Sebab kita tidak cukup menghujat bacaan erotis, tontonan porno, dan iklan-iklan nakal, tapi juga kita harus membuat bacaan mendidik, tontonan religius, dan iklan-iklan bermartabat. Oleh karena itu, kita membutuhkan jurnalis-jurnalis muslim yang siap menjadi

muaddib (pendidik), muwahhid (pemersatu), mujaddid (pembaharu), dan mujahid (pejuang) untuk menegakkan nilai-nilai Islam di tengah

kehidupan modern ini.

Jika sikap tersebut kita aplikasikan, insya Allah penggunaan media cetak dan elektronika yang mengabaikan nilai-nilai etika, sedikit demi sedikit akan tergeser dan tergusur. Dan akan lahir media cetak dan elektronika yang siap merespon dan mengelola derasnya arus informasi untuk membentuk wahdah akidah (kesatuan

akidah), wahdah fikrah (kesatuan pikiran), wahdah akhlak (kesatuan

budi pekerti), dan wahdah amal al-shaleh (kesatuan perbuatan baik).

Bagi kita insan beriman yang melakukan langkah-langkah ter-sebut berarti telah melakukan amal shaleh, karena bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, nusa dan bangsa. Sebagai balasannya Allah

Etika Penggunaan Media Cetak dan Elektronika

91

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

menjanjikan dalam surat al-Maidah ayat 9:

“Dan Allah berjanji kepada insan-insan beriman dan beramal kebajikan bagi mereka ampunan dan pahala yang melimpah ruah.” Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati

Dari uraian tadi dapat disimpulkan, saat ini pengunaan media cetak dan elektronika mulai mengabaikan nilai-nilai etika. Untuk menghadapi persoalan tersebut, umat Islam membutuhkan sumber daya insani yang siap menjadi muaddib, muwahhid, mujaddid, dan mujaahid untuk mengelola informasi menjadi maslahat dan manfaat

dalam kehidupan syahsiyyah (individu), usrah (keluarga), baldah (nusa

dan bangsa), serta ummah (komunitas manusia). Mudah-mudahan

Allah memberkati setiap usaha kita. Amien.

93

هتكا ب�و لهلا ةحمرو كميلع ملاسلا

لىعو ن ي�لسرلماو ءايبنألا ف ش�أ لىع ملاسلاو ةلاصلاو ن ي�لماعلا بر لهل دملحا

دعباما - ن ي�ع بحمأ هبصحو لهآ

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati

“Manusia adalah makhluk Tuhan yang sempurna, unik dan menarik. Lihatlah, betapa menakjubkan ciptaan Allah bernama manusia itu, alangkah indah ketika ia melangkah, alangkah cermat ketika ia berpikir, dalam bertindak ia bak malaikat, tanpa sayap ia dapat terbang lebih tinggi dari burung, tanpa ingsan ia dapat menyelam di dasar lautan, ia pun bisa memainkan benda terkecil bernama atom, dan meledakkan dunia ini hingga hancur”, demikian

kekaguman William Shekaespeare terhadap kehebatan manusia. Namun ungkapan tersebut bukan harus membuat kita menjadi sombong dan menepuk dada, tapi harus memicu kita seluruh umat manusia untuk menjaga, mengolah, menempa, membina, mem-bangun, memfungsikan, dan mengembangkan potensi-potensi kita, agar posisi kita sebagai manusia bisa terhormat, tinggi, mulia, dan pantas dibanggakan. Sebab, bila tidak, bukan saja potensi tidak akan bermanfaat, namun harkat kita pun sebagai manusia akan jatuh menjadi makhluk terpuruk, terhina, terendah, terjelek,