• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWAJIBAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Panduan & Contoh-Contoh Pensyarahan Musabaqah Syarh Al-Qur’an (MSQ)

100

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

“Tuhanmu telah memutuskan janganlah menyembah kepada selain Dia, berbuat baiklah kepada ibu bapakmu, jika salah seorang dari keduanya, atau kedua-duanya telah mencapai usia tua, maka janganlah kamu mengatakan kepada mereka “ah” dan jangan membentak mereka, tapi berkatalah kepada keduanya dengan kata-kata yang mulia.”

Dalam ayat ini terdapat dua perintah Allah Swt untuk kita semua. Pertama, perintah untuk menyembah-Nya. Kedua, perintah

untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Bagaiman cara berbuat baik kepada orang tua itu?

Ayat ini menjelaskan tiga cara berbakti kepada orangtua.

Pertama, dilarang mengatakan kepada keduanya “ah”, karena akan

menyinggung perasaannya dan menghancurkan hatinya. Menurut kaidah Ushul Fiqih, kalimat ini adalah contoh mafhum muwafaqah fakhwal khitbah, yang mengandung pengertian jangankan memukul,

dan menganiaya, mengatkan “ah” saja tidak boleh. Kedua, dilarang

menghardik dan menghinanya. Ketiga, ucapkan kepada keduanya

perkataan yang mulia, penuh sopan santun dan rasa hormat. Lalu, bagaimanakah sikap anak zaman sekarang apabila kita kaitkan dengan maksud ayat tersebut? Ternyata, anak-anak zaman sekarang jika kurang pendidikan agamanya, kadang-kadang mengeluarkan kata-kata yang kurang terkontrol dan tidak merasa-kan bahwa hal itu jelas-jelas berdosa. Namun akhir-akhir ini, ber-dasarkan fakta yang marak terjadi bukan saja mengeluarkan kata-kata yang kotor, tapi ada yang sampai hati memukul, menampar, menendang, menganiaya, membantai bahkan ada yang tega mem-bunuh kedua orang tuanya tanpa perikemanusiaan. Padahal Rasul Saw menegaskan: “Ridha Allah tergantung ridha kedua orang tua dan murka Allah tergantung pada murka kedua orang tua.”

Kemudian, apa sebabnya anak disuruh Allah Swt untuk ber-buat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu? Para ulama mengatakan, “Orang tua (ibu) merupakan sebab lahir adanya dan hidup nya seseorang di muka bumi ini.” Lebih jelas Allah memberikan statement

dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 14:

Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua

101

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

tuanya, ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah bertambah lemah dan menyapihnya pada usia dua tahun supaya kamu bersyukur kepadaku dan kepada kedua orang tuamu. Dan hanya kepada-Kulah kamu kembali.”

Apabila kita perhatikan ayat tersebut, ternyata ada dua penyebab kita diharuskan berbuat baik kepada kedua orangtua, terutama ibu. Pertama, karena ibu telah mengandung kita dalam

keadaan lemah dan bertambah lemah selama sembilan bulan. Bayangkan, bukan waktu yang singkat, sembilan bulan itu artinya: 9 x 30 hari x 24 jam x 60 menit. Sedangkan ke mana-mana selalu dibawa, ke pasar kita ikut, ke kantor kita ikut, sampai tidur pun kita menempel pada perut ibu yang kian hari kian membesar.

Kedua, sampailah saat yang ditunggu-tunggu kita lahir ke dunia

ini. Seorang penyair berkata, “Kau lahir dalam keadaan menangis sedangkan handai taulan yang ada di sekelilingmu bergembira dan tertawa karena kau lahir ke dunia dengan selamat.” Tapi ketahuilah, ibumu melahirkan dengan mengorbankan jiwa raga.

Berikutnya, kita dibesarkan dalam pelukan dan dekapan kasih sayang orang tua yang tiada terhingga. Ketika hendak tidur, dininabobokan dengan dongeng dan cerita-cerita yang lucu, diiringi dengan lagu-lagu nan merdu, diselipi puisi-puisi nan syahdu, menggugah hati yang sedang pilu sampai tertidur lesu. Dengan kesabaran dan kasih sayang oran tua tumpahkan demi anak, buah hati tercinta. Pantas, ketika Rasulullah ditanya seorang sahabat, “Kepada siapa saya harus berbuat baik?” Beliau menjawab, “Ibumu”

Sahabat bertanya, “Kepada siapa lagi” Beliau menjawab, “Ibumu”.

Lalu, kepada siapa lagi? Beliau tetap menjawab, “Ibumu, setelah itu baru bapakmu”. Dengan demikian, tiga banding satu. Dengan kata

lain, tugas ibu dalam mendidik anak lebih berat daripada ayah. Namun amat disayangkan, di era globalisasi seperti sekarang ini, anak shaleh semakin asing dan langka kita temukan. Fakta telah berbicara, banyak anak yang durhaka kepada orangtuanya. Ada anak yang menganiaya, mengusir, membantai, bahkan mengasingkan kedua orang tuanya karena merasa sudah tinggi ilmunya, sudah

Panduan & Contoh-Contoh Pensyarahan Musabaqah Syarh Al-Qur’an (MSQ)

102

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

mapan ekonominya, sudah luas pergaulannya, sudah modern gaya hidupnya. Bahkan dia sampai hati melupakan, enggan dan tidak mau lagi menemui orang tuanya karena malu, akhirnya dia menitipkan orang tuanya ke panti jompo.

Padahal, sejarah telah mencatat, tidak ada kebahagiaan bagi seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Siapa itu Kan’an yang ditenggelamkan Allah dengan banjir? Siapa itu Alqomah seorang sahabat Nabi yang shaleh, tapi sulit keluar ruh ketika hendak meninggal dunia? Siapa itu Maling Kundang yang dikutuk menjadi batu? Mereka itu adalah sosok anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, sehingga tidak mendapat kebahagiaan di dalam hidupnya. Itulah sebabnya Rasulullah Saw bersabda, “Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu”. Artinya, tidak ada anak yang selamat kalau masih membudayakan sifat angkuh, sombong, tinggi hati di depan ibunya sendiri.

Namun alhamdulillah, untuk menciptakan anak shaleh, banyak

upaya yang dilakukan pemerintah kita, baik melalui jalur formal ataupun non formal. Misalnya, dibangunnya sekolah-sekolah agama, dari taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi agama Islam (PTAI), didirikannya pesantren dan organisasi-organisasi ke-Islaman. Inilah upaya yang harus kita dukung dalam rangka menciptakan kesinambungan dalam keluarga. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Ath-Thur ayat 21:

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

Inilah janji Allah bahwa anak shaleh adalah anak yang bisa mengharmoniskan kesatuan keluarga. Bukan sebatas itu, tapi di akhirat kelak mereka akan berkumpul, bersatu, bersama-sama mendapat kebahagiaan berada dalam rahmat Allah.

Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua

103

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati.

Dengan demikian, syarahan ini dapat disimpulkan, begitu banyak jasa orang tua terhdap anak-anaknya; ia melahirkan, mem-besarkan, dan mendidik anak-anaknya hingga sukses di masa depan. Untuk itu, kewajiban kita sebagai anak adalah dengan berbakti, berbakti dan berbakti kepada orang tua. Di akhir khutbah ini saya mengajak para jama’ah marilah kita berdoa untuk kedua orang tua kita, “Ya Allah, ampunilah seluruh dosa-dosa orang tuaku, sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka menyayangi di waktu kecil. Ya Allah, curahkanlah rahmat-Mu kepada keduanya, dan tempatkanlah mereka di sisi-Mu sebagai makhluk termulia.” Amien.

105

هتكا ب�و لهلا ةحمرو كميلع ملاسلا

لىعو ن ي�لسرلماو ءايبنألا ف ش�أ لىع ملاسلاو ةلاصلاو ن ي�لماعلا بر لهل دملحا

دعباما - ن ي�ع بحمأ هبصحو لهآ

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati.

Prof. Arnold Taynbe, seorang ahli sejarah kenamaan di abad 20 dalam bukunya An Historian’s Approach to Religion mengatakan,

tiada satu jiwa pun yang hidup di alam raya ini tanpa mendapatkan tantangan dan rangsangan untuk memikirkan misteri alam semesta dan mengungkapkan masa lalu yang penuh peristiwa.

Ungkapan ini mengisyaratkan kita bahwa di balik keindahan alam nan indah dan mempesona, kesempurnaan susunan dan pe-raturannya yang menakjubkan, tersimpan kesan-kesan masa lalu yang patut kita telusuri, kita baca, kita teliti, dan kita gali untuk menjadi batu pijakan dalam melangkah dan menggapai kemuliaan di masa datang.

Sebab, bila kita tidak mau menengok ke belakang, tidak pandai bercermin pada sejarah, kita tidak aka pernah tahu dan menghargai jasa para leluhur. Akibatnya, kita akan terjatuh dua kali dalam satu lubang, kita akan selalu mengulangi kegagalan. Kita diibaratkan