• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan & Contoh-Contoh Pensyarahan Musabaqah Syarh Al-Qur’an (MSQ)

74

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

memalukan, memilukan, serta mengkhawatirkan bahkan me-nyakitkan kita sebagai warga negara yang beradab dan beragama.

Pertanyaannya, apakah mungkin akan terbentuk baldah tayyibah (negara yang makmur) kalau pemimpin tidak memiliki

akhlak karimah? Tidak mungkin. Oleh karena itu, mengingat betapa penting peran akhlak dalam membangun bangsa, maka pada kesempatan ini kami akan membahas Urgensi Keteladanan Akhlak Karimah bagi Pemimpin. Dengan landasan QS. Al-Ahzab ayat 21:

“Sesunguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa Rasulullah adalah teladan yang baik (uswah hasanag) bagi seluruh manusia, apa pun

ke-dudukannya. Beliau adalah figur bagi orang tua. Beliau adalah contoh bagi para pedagang. Bahkan, beliau adalah teladan bagi para pemimpin bangsa. Beliau memiliki akhlak yang mulia sehingga patut diteladani. Dengan akhlak mulia ini, Rasulullah berhasil mem-bangun sebuah bangsa yang makmur dan jaya, yaitu Kota Madinah Al-Munawwarah. Oleh karena itu, bagi para pemimpin bangsa ini hendaknya menjadikan Rasulullah sebagai figur sejati.

Namun sangat disayangkan, yang terjadi justru sebaliknya. Kita tidak mungkin menutup mata, persada nusantara Indonesia ter-cinta saat ini tengah dipertontonkan oleh kenyataan para pemimpin yang memiliki akhlak tercela. Di depan rakyat mendendangkan lagu-lagu demokrasi dan syair-syair perlindungan, tapi di belakang rakyat seringkali membuat kebijakan yang justru membuat rakyat sakit hati dan kelimpungan. Tampanganya sok bersahaja, padahal

ia masih hobi hura-hura dan berfoya-foya. Bahkan akhir-akhir ini kita sering mendengar pemimpin yang suka berbicara mendukung pemerintahan yang bersih, namun di balik itu ia masih mencari-cari kesempatan untuk berbuat korupsi. Gayanya bak orator padahal

biangnya koruptor. Laganya bak proklamator padahal biangnya

provokator. Pantas, jika bangsa kita sampai saat ini masih berada dalam keterpurukan dan krisis berkepanjangan. Reformasi yang

Urgensi Keteladanan Akhlak Karimah Bagi Pemimpin Bangsa

75

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

kita cita-citakan tapi destruksi yang dirasakan. Pembangunan nasional yang didambakan tapi bencana nasional yangg dirasakan.

Bagaimana akhlak Rasulullah dalam memimpin sebuah bangsa? Sebagai jawabannya kita renungkan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka dan ber-musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”

Prof. Dr. Quraish Syihab, dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan,

ayat tersebut mengandung tiga cara Rasulullah dalam berdakwah yang berisi pesan moral bagi pemimpin sebuah bangsa. Pertama,

Rasulullah senantiasa bersikap lemah lembut, baik terhadap kawan maupun lawan. Kedua, Rasulullah senantiasa berikap lapang

dada, mudah memaafkan dan memohonkan ampunan bagi setiap kesalahan siapa pun. Ketiga, Rasulullah senantiasa mentradisikan

hidup bermusyawarah dalam setiap mengambil keputusan . Al-Imam Ibn Taimiyah dalam As-Siyasah asy-Syar’iyah mengatakan,

“Tidak seorang pun di dunia ini yang paling sering melakukan musyawarah dengan para sahabat kecuali Rasulullah Saw.”

Itulah cara dan strategi Rasulullah sebagai seorang pemimpin yang selalu menjadi teladan dalam membangun bangsa dengan berlandaskan akhlak karimah. Dengan demikian jika bangsa kita ingin maju, bangkit dari keterpurukan dan krisis berkepanjangan selama ini ada dua hal yang harus dilakukan.

Pertama, harus adanya pemimpin yang berakhlak mulia sebagai

figur sentral setiap warga negara. Sebab sejarah membuktikan, kehancuran sebuah negara bukan saja disebabkan karena kondisi ekonomi, dan bukan pula karena kebodohan politik, tapi faktor utamanya adalah karena dekandensi moral pemimpinnya. Kita

Panduan & Contoh-Contoh Pensyarahan Musabaqah Syarh Al-Qur’an (MSQ)

76

LPTQ Tingkat Provinsi Banten 2016

lihat, Jerman hancur lebur karena kekejaman Adolf Hitler, Uni Soviet rusak binasa karena kebiadaban Michael Gorbacev, Rumania jatuh binasa karena ketamakan Nicholas Susesco, Iran merana men-derita karena kejahatan Reza Pahlevi, bahkan kita Indonesia saat ini menangis, menjerit, dan merintih karena ulah sebagian pemimpin kita yang hanya mengejar kursi, jabatan, dan popularitas diri.

Kedua, kita sebagai warga negara harus ikut berpartisipasi

dalam bentuk mengawasi, mengontrol dan mengkritik pemerintah dengan cara-cara terbaik serta melakukan hal-hal terpuji sebagai implementasi akhak karimah. Sebab menurut Sauqi Bekh, “Suatu bangsa hanya akan jaya dan bangsa hanya akan maju jika ditopang dengan akhlak mulia, tapi bangsa akan hancur terungkur dan rusak binasa jika tidak ditopang akhlak mulia.”

Jika pemimpin suatu bangsa sudah memiliki akhlak karimah, demikian pula warga negaranya, saya yakin bangsa itu akan maju dan jaya. Bangsa seperti inilah yang akan mendapatkan naungan rahmat dan berkah dari Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 96:

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati

Dengan demikian, dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk negara yang kuat dan jaya, subur dan makmur, diperlukan pemimpin yang berwibawa dan berakhlak mulia, suka melakukan hal terpuji dan patut diteladani. Oleh karena itu, dalam rangka menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran, saya meng-himbau kepada aparat pemerintah dan seluruh warga negara Indonesia, mari kita berakhlak mulia dan terpuji. Mudah-mudahan bangsa kita mampu bangkit kembali. Amien.

77

هتكا ب�و لهلا ةحمرو كميلع ملاسلا

لىعو ن ي�لسرلماو ءايبنألا ف ش�أ لىع ملاسلاو ةلاصلاو ن ي�لماعلا بر لهل دملحا

دعباما - ن ي�ع بحمأ هبصحو لهآ

Hadirin se bangsa dan se tanah air yang kami hormati

Syaikh Muhammad Hussain Al-Baghdadi dalam bukunya Al-Musibah ‘inda Al-Qur’an mengatakan, secara garis besar, Al-Qur’an

mendeskripsikan kepada kita tiga makna dari sebuah musibah.

Pertama, musibah sebagai ujian dari Allah. Kedua, musibah sebagai

siksaan dari Allah. Ketiga, musibah sebagai rahmat dan tazkiyah dari

Allah”.

Berkaitan dengan tiga makna musibah tersebut, kita per-hatikan, saat ini tanah air kita sedang menjerit, pertiwi kita sedang menangis, dikarenakan beberapa daerah sedang terkena musibah. Kita lihat, mulai gempa bumi di Nabire dan Alor, jatuhnya pesawat terbang di Bandara Adi Sumarno Solo, angin puting beliung di Madura dan Brebes, banjir bandang di Jakarta, banjir lumpur di Sidoarjo, tanah longsor di Karanganyar, tsunami di Aceh dan Pangandaran, sampai gempa bumi di Yogyakarta dan Padang.

Akibat berbagai musibah tersebut, tidak sedikit orang tua

MUSIBAH