• Tidak ada hasil yang ditemukan

Competitiveness Analysis of Tobacco Farming Mole Septian Rindiarto 1 , M Arief Budiman

Dalam dokumen M02070 (Halaman 159-161)

1Program StudiAgribisnis, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang A B S T R A K

Kata Kunci:

Daya Saing Tembakau PAM

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor tembakau. ekspor tembakau mengalami tren penurunan mulai dari tahun 2010 hingga 2014. Penurunan produksi tembakau dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Perlu adanya peninjauan mengenai kondisi daya saing tembakau mengingat Indonesia merupakan pengekspor tembakau dan kebijakan merupakan faktor yang mempengaruhi penurunan ekspor tembakau. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui daya saing usahatani dengan melihat keuntungan privat dan keuntungan sosial pada tingkat harga aktual atau harga pasar, mengetahui transfer effect atau dampak kebijakan pemerintah dengan menganalsisi daya saing dari tingkat privat (petani) dan sosial (internasioanl, dan mengetahui implikai kebijakan pemerintah setelah dilakukannya analisis PAM. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif dengan teknik penelitian survey. Analisis data menggunakan analisis deskritif dengan alat analisis Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tembakau Desa Sukasari memiliki daya saing baik keunggulan kompetitif maupun komparatif. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai PCR < 1 dan DRCR < 1 sedangkan kebijakan pemerintah dinilai menghambat ekspor output dan adanya proteksi terhadap input lokal. Kebijakan tersebut dibuktikan dengan nilai NPCO < 1 dan NPCI < 1. Secara keseluruhan kebijakan pemerintah menyudutkan petani tembakau. Namun, tingginya harga tembakau dunia diduga membantu meningkatkan daya saing tembakau dalam negeri.

ABSTRACT

Keywords:

Competitiveness Tobacco PAM

Indonesia is one of the tobacco exporting countries. Tobacco exports experienced a downward trend from 2010 to 2014. The decline in tobacco production are affected by government policies. Need for a review of the competitiveness of tobacco because Indonesia is an exporter of tobacco and policies is a factor affecting the decline in tobacco exports. The purpose of this study was to determine the competitiveness of farming with a view of private profits and social benefits at the level of the actual price or market price, knowing the transfer effect or impact of government policies with menganalsisi competitiveness of the level of private (farmer) and social (on international, and knowing implikai government policy after doing an analysis of PAM. The research design is the design of quantitative research techniques survey. The data analysis using descriptive analysis with a nalysis tools Policy Analysis Matrix (PAM). The results showed that the tobacco village Sukasari competitiveness both competitive advantage and comparative. It evidenced by the PCR values < 1 and DRCR < 1 wherea s government policies impeded the export of output and the protection of local input. This policy is evidenced by NPCO values < 1 and NPCI < 1. Overall government policy cornering tobacco farmers. However, the high price of tobacco the world thought to help improve the competitiveness of domestic tobacco.

* Korespondensi Penulis

148

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara pengekspor tembakau. Akan tetapi ekspor tembakau Indonesia mengalami penurunan yang signifikan mulai dari tahun 2010 hingga 2014. Faktor utama dari penurunan produksi tembakau adalah kebijakan pemerintah yang membatasi produksi nasional. Kondisi tersebut harus disesuaikan oleh pihak-pihak terkait terutama petani. Peningkatan daya saing mengingat produksi tembakau yang dibatasi merupakan tantangan yang harus diselesaikan.

Tembakau merupakan salah satu komoditas ekspor primer perkebunan. Terdapat 12 komoditas ekspor primer perkebunan. Dalam segi volume tembakau bukan merupakan 5 besar pemegang ekspor terbesar diantara komoditas yang lain. Kendati bukan termasuk 5 besar pengekspor terbesar dalam segi volume, tembakau juga mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2010 ke 2011. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.

Kebijakan pemerintah sangat menekan keberadaan tembakau dalam negeri. Hal tersebut diduga membuat kondisi tembakau Indonesia memiliji tren menurun pada 5 tahun terahir.

Tabel 1. Ekspor Komoditas Primer Perkebunan

Sumber: BPS

Pembatasan produksi, perizinan, dan pengujian merupakan isu utama dalam penurunan ekspor tembakau. Seperti pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 mengenai Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk tembakau bagi Kesehatan.

Kebijakan mengenai pembatasan produksi tembakau sangat menyudutkan pihak petani. Dengan kondisi yang tidak menguntungkan untuk petani (dilihat dari bentuk kebijakan pemerintah dan keadaan ekspor tembakau) maka perlu adanya peninjauan mengenai daya saing tembakau dan dampak kebijakan pemerintah yang diterapkan pada tembakau.

Daya saing dan dampak kebijakan pemerintah akan dilihat dari sudut pandang petani yang dilakukan di Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang mengingat provinsi Jawa Barat merupakan provinsi terbesar ketiga dalam memproduksi tembakau dalam negeri. Desa Sukasari memiliki potensi yang baik didukung dengan luas areal lahan terbesar di Kabupaten Sumedang, memiliki pasar khusus tembakau dimana hanya terdapat 2 di seluruh Indonesia dan memliki tembakau khusus yaitu tembakau mole

METODE PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah daya saing tembakau Indonesia dengan melihat salah satu petani

sebagai representatif usahatani yang diteliti yaitu di Desa Sukasari, Kecamatan Tanjung Sari, Kab, Sumedang, Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Desa Sukasari merupakan penghasil tembakau dan memiliki kelompok tani terbanyak di Kabupaten Sumedang. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik penelitian metode survey. Menurut Zikmund (1997) metode penelitian survei adalah satu bentuk teknik penelitian sampel berupa orang melalui pertanyaan-pertanyaan. Menurut Bailey (1982) metode penelitian survei merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan – tertulis atau lisan.

Alat analisis yang digunakan adalah Policy Analysist Matrix (PAM) untuk mengukur daya saing dan dampak kebijakan pemerintah.

Data yang digunakan adalaha data primer dan sekunder dimana primer didapat dari hasil wawancara petani sebagai responden dan sekunder didaptkan dari referensi yang representatif.

Cara mendapatkan data primer dengan menggunakan kuesioner yang disusun secara terstruktur yang memuat pertanyaan terkait biaya pengeluaran sampai pemasaran produk.

Cara Menentukan Responden

Dua tahap dalam menentukan responden yaitu dengan menggunakan rumus Slovin dan perhitungan proporsional sampling.

Slovin digunakan untuk menentukan jumlah responden yang akan diwawancarai. Dalam hal ini terdapat 35 responden dari populasi sebesar 184 jiwa. Kemudian proporsional sampling digunakan untuk mendaptkan proporsi petani yang seimbang dari tiap kelompok tani.

HASIL DAN PEMBAHASAN Harga Privat

Harga privat adalah harga yang didasarkan pada harga aktual. Harga tersebut mencerminkan keadaan usahatani dari rata-rata pendapatan dan biaya atau perilaku petani saat ini. Hasil survey lapangan memperoleh harga privat input dan output di tingkat petani disajikan pada tabel. 13. Rata-rata harga NPK adalah Rp. 8772,727/kg, dan Za Rp. 2760/lt. Harga insektisida Rp. 200.000,00/lt untuk curacron, dan fungisida Rp. 120.000,00/lt untuk antrakol.

Upah tenaga kerja petani bervariasi tergantung pada petani yang memiliki modal. Upah tenaga kerja laki-laki untuk kegiatan di lapangan mulai dari penanaman hingga panen berkisar pada Rp. 40.000,00 – Rp. 70.000,00. Masing-masing tenaga kerja membawa peralatan kerja sendiri.

149

Dalam dokumen M02070 (Halaman 159-161)

Garis besar

Dokumen terkait