Dessy Silviani1, Anne Charina2
Progra m Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universita s Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21
A B S T R A K Kata Kunci: Cireundeu, DEWITAPA, program, kendala, wisata
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi program terlaksana dan tidak terlaksana pada DEWITAPA Cireundeu. Selain itu, akan dicari kendala dari pengembangan DEWITAPA Cireundeu. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Informan ditentukan dengan sengaja (purposive). Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program DEWITAPA terdiri dari program terlaksana dan tidak terlaksana. Program yang terlaksana antara lain sosialisasi dan FGD DEWITAPA, peningkatan kelembagaan lokal serta penguatan nilai tambah produk olahan dan kewirausahaan. Program tidak terlaksana antara lain pola kemitraan, pemetaan wilayah, penataan seni, promosi dan launching DEWITAPA. Program yang tidak sepenuhnya terlaksana berdampak pada Cireundeu yang belum siap menjadi sebuah kawasan wisata. Kendala yang dihadapi oleh Cireundeu sebagai sebuah kawasan wisata antara lain sarana dan prasarana, keterlibatan masyarakat sekitar, promosi yang belum dilakukan, serta keterlibatan pihak swasta maupun pemerintah.
ABSTRACT Keywords: Cireundeu, DEWITAPA, program, constraints, tourism
The objective of this research to identify programs implemented and not implemented in DEWITAPA Cireundeu. Moreover, it will look for the constraints of development DEWITAPA Cireundeu.. The research design used qualitative method specifically the case study technique. This research was conducted in Cireundeu Village, South Cimahi Sub District, Cimahi District. Informants were selected purposively. The data used primary and seconda ry data. The data was analyzed by using descriptive analysis.The result showed that the implementation of the program consists of courses DEWITAPA implemented and not implemented. The program has been completed including socialization and FGD DEWITAPA, local institutional improvement and strengthening value-added processed products and entrepreneurship. The progra m wa s not implemented, among others, a partnership, regional mapping, the arrangement of art, promotion and launching DEWITAPA. Programs that do not fully materialize impact on Cireundeu not yet ready to become a tourism area. Constraints faced by Cireundeu as a tourism area among other facilities and infrastructure, involvement of local communities, the promotion of which has not been done, and the involvement of the private sector and government.
* Korespondensi Penulis
164
PENDAHULUAN
Salah satu komoditas pangan yang mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan makanan pokok hampir sebagian besar penduduk Indonesia. Hampir 97% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok utama. Hal ini mengindikasikan ketergantungan terhadap beras sangat tinggi (Louhenapessy, dkk.2010).
Konsumsi beras rata-rata penduduk Indonesia tahun 2013 mencapai 97,4 kg/kapita/tahun. Meskipun cenderung mengalami penurunan jumlah rata-rata konsumsi dari tahun ke tahun, namun Indonesia masih merupakan negara dengan tingkat konsumsi beras tertinggi pertama di Asia. Konsumsi Beras di Korea mencapai 40 kg/perkapita/tahun, Jepang 50 kg/kapita/thn, Malaysia 80 kg/kapita/thn dan Thailand 70 kg/kapita/thn. Tingginya angka konsumsi beras nasional dikarenakan beras merupakan budaya pangan yang sudah mendarah daging di kalangan masyarakat Indonesia. Pada Tabel 1 disajikan data perkembangan konsumsi bahan makanan yang mengandung beras di rumah tangga.
Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Bahan Makanan yang Mengandung Beras di Indonesia
Tahun Konsumsi Pertumbu han (kg/kapita/ minggu) (kg/kapita/ tahun) 2002 2,0656 107,7057 2003 2,0789 108,4018 0,65 2004 2,0520 106,9991 -1,29 2005 2,0190 105,2770 -1,61 2006 1,9945 103,9980 -1,21 2007 1,9188 100,0507 -3,80 2008 2,0116 104,8909 4,84 2009 1,9603 102,2146 -2,55 2010 1,9321 100,7453 -1,44 2011 1,9728 102,8661 2,11 2012 1,8727 97,6455 -5,08 2013 1,8680 97,4045 -0,25
Sumber: SUSENAS, BPS diolah Pusdatin (2013) Image atau citra bahwa pangan hanya disimbolkan dengan beras semata merupakan inti permasalahannya. Masyarakat Indonesia dominan mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok. Disisi lain masih banyak sumber panganyang berpotensi menggantikan beras. Contohjagung, kentang, ubi jalar, sagu, dan masih banyak alternatif lainnya yang nilai gizinya tidak kalah dengan beras. Pola konsumsi beras yang tinggi dibandingkan pangan alternatif lain disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Rata-Rata Konsumsi per Kapita Seminggu beberapa macam Bahan Pangan Pokok 2010-2013
Sumber: Badan Pusat Statistika (2013)
Kampung Adat Cireundeu dihuni oleh masyarakat yang menganut kepercayaan sunda wiwitan yang masih menjalankan tradisi leluhur. Budaya dan kesenian sunda masih dilestarikan oleh masyarakat Cireundeu hingga sekarang. Masyarakat adat menjalankan tradisi leluhur dalam kehidupan sehari-hari tidak terkecuali pada sistem pertanian. Berbagai ritual dilakukan pada saat setiap kegiatan agraris dari mulai penanaman singkong hingga kegiatan pasca panen.
Masyarakat Cireundeu memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya dari hasil budidaya singkong dengan memanfaatkan lahan yang ada di sekitarnya. Hasil panen singkong tersebut digunakan untuk memenuhi lumbung singkong tiap keluarga terlebih dahulu, jika ada sisa barulah dijual keluar. Masyarakat tidak menjual singkong dalam bentuk segar namun diolah dulu menjadi RASI, tepung aci maupun opak. Kebutuhan masyarakat akan singkong selalu terpenuhi bahkan masyarakat bisa menjual olahan singkong tersebut ke luar daerah. Hal tersebut menjadikan Kampung Adat Cireundeu sebagai Desa Mandiri Pangan.
Kampung Adat Cireundeu memiliki banyak keunikan yang dapat dijadikan sebagai daya tarik masyarakat luar untuk berkunjung ke Cireundeu. Keunikan Kampung Adat Cireundeu yang berbeda dari desa lainnya antara lain: budaya mengkonsumsi singkong yang dilakukan sejak 1918, merupakan Desa Mandiri Pangan dengan komoditas songkong, dihuni oleh masyarakat adat sunda wiwitan yang masih melestarikan tradisi leluhur, memiliki atraksi kesenian sunda yang bernilai seni tinggi, serta terdapat beberapa olahan yang berpotensi untuk dikembangkan.
Beragam keunikan yang ada di Kampung Cireundeu belum banyak dikenal oleh masyarakat luar Cireundeu. Oleh sebab itu, dibutuhkan peran dari pihak luar untuk membantu mengembangkan potensi tersebut serta memberitahukannya kepada masyarakat luas. Sehingga peran Pemerintah Kota dibutuhkan dalam pengembangan serta penyebarluasan keunikan yang dimiliki oleh Cireundeu. Jenis Bahan Makanan Sat. 2010 2011 2012 2013 Beras lokal/ketan Kg 1,733 1,721 1,675 1,642 Jagung Basah dengan kulit Kg 0,018 0,012 0,011 0,011 Jagung pocelan/ pipilan Kg 0,030 0,023 0,029 0,025 Ketela Pohon Kg 0,097 0,111 0,069 0,067 Ketela Rambat Kg 0,044 0,055 0,045 0,045