• Tidak ada hasil yang ditemukan

135 Menurut Widyahartono (1996) kemitraan

Dalam dokumen M02070 (Halaman 147-149)

usaha/aliansi bisnis muncul sebagai alternatif untuk menanggapi pasar yang makin mendiversifikasi dan lingkungan yang dinamis. Untuk itu diperlukan pengembangan organisasi yang bertujuan mengefektifkan proses produksi melalui perbaikan struktur, dan keterkaitan semua elemen (orang, teknologi dan faktor produksi lain) dalam organisasi. Tujuan petani melakukan kemitraan, selain untuk memperoleh kepastian pemasaran dan harga, sebenarnya petani telah menunjukkan motivasi yang kuat agar dapat memperoleh bantuan teknis dan input pertanian terutama dari mitra. Bagi petani, ketidakpastian pasar input tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan ketidakpastian pasar output dalam keputusan petani untuk bermitra. Di pasar input, petani menganggap bahwa bermitra merupakan cara untuk mengurangi resiko dari permasalahan pasokan input dan ketidakpastian benih. Pada pasar input tersebut, petani kecil dibatasi oleh beberapa masalah, seperti tidak tersedianya (kualitas) input, kurangnya informasi untuk mendapatkan input, lalu bagaimana menggunakannya, serta kurangnya akses terhadap kredit untuk membeli input tersebut (Darwis et al. 2013).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode dinamika sistem. Dasar pemikiran metodologi dinamika sistem adalah berfikir sistem (system thinking), yaitu cara berfikir dimana setiap masalah dipandang sebagai sebuah sistem, yaitu keseluruhan interaksi antar unsur-unsur dari sebuah objek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja untuk mencapai tujuan. Dinamika sistem merupakan pendekatan yang menggunakan perspektif berdasarkan umpan balik informasi dan delays untuk memahami dinamika perilaku yang kompleks dari sistem fisika, sistem biologis dan sistem sosial.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bener Meriah yang merupakan daerah sentra produksi sayur-sayuran di provinsi Aceh yang didukung oleh keadaan iklim dan kondisi lahan pertanian yang subur. Identifikasi kebutuhan untuk model kemitraan pada rantai pasok kentang dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara kepada masing-masing pelaku dalam rantai pasok kentang yang terlibat dalam prosedur penyediaan input, produksi, dan pemasaran output kentang. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan berdasarkan observasi, diskusi atau FGD (Focus Group

Discussion) melalui wawancara mendalam (depth interview) dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber literatur, buku, jurnal ilmiah serta publikasi-publikasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Formulasi model kemitraan pada rantai pasok kentang dilakukan dengan softwa re simulasi yaitu Veneta Simulation PLE (Vensim).

Subjek penelitian ini adalah sistem kemitraan pada rantai pasok kentang di Kabupaten Bener Meriah dalam upaya meningkatkan posisi tawar petani dan fluktuasi harga kentang. Pelaku rantai pasok kentang yang dianalisis meliputi: petani kentang, koperasi petani kentang, pedagang perantara yang terdiri dari bandar, grosir dan pedagang pengecer kentang. Pengumpulan informasi dari responden yang terpilih, mempergunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam agribisnis kentang di Kabupaten Bener Meriah, ditinjau dari ruang lingkup petani terdapat dua jenis kemitraan yang terjalin antara petani dan pelaku lainnya dalam rantai pasok kentang, yaitu kemitraan yang bersifat formal dan non formal. Kemitraan yang bersifat formal yaitu yang tertuang dalam bentuk kontak kerjasama yang telah disepakati dan harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang bermitra. Apabila ada pihak yang melanggar kesepakatan, maka akan dikenai sanksi yaitu dikeluarkan dari anggota koperasi. Kemitraan formal yang terjalin saat ini hanya kerjasama kemitraan dalam pemasaran hasil antara petani kentang dengan pihak Koperasi Gayo Land. Sedangkan kemitraan dengan pihak industri pengolahan kentang masih dalam bentuk home industry (industri rumah tangga). Adapun kemitraan yang bersifat non formal adalah kemitraan yang tidak tertulis secara resmi dalam lembaran perjanjian kontrak, apabila ada pihak yang melanggar maka sanksinya berupa putusnya hubungan kemitraan. Kemitraan jenis ini biasanya terjadi antara petani dengan bandar dan antara petani dengan pedagang grosir kentang di pasar lokal/pasar induk.

Model hubungan kemitraan yang terjalin pada rantai pasok kentang di Kabupaten Bener Meriah dapat diklasifikasikan ke dalam dua sub model yaitu: (1) Hubungan kemitraan formal koperasi dan industri; dan (2) Hubungan kemitraan non formal petani dan bandar.

136

Hubungan Kemitraan Formal Koperasi dan Industri

Gambar 1.Diagram Simpal Kausal Menjalin Kemitraan Formal Koperasi dan Industri dalam Pemasaran Kentang

Berdasarkan Gambar 1, pada simpal kausal yang pertama dapat dijelaskan bahwa kemitraan formal berawal dari keterbatasan kas petani, kas petani dapat meningkatkan ketersediaan biaya pemasaran, ketersediaan biaya pemasaran dapat meningkatkan akses pemasaran. Akses pemasaran meningkat dapat menurunkan ketergantungan pada pedagang perantara (bandar), ketergantungan pada pedagang perantara meningkat, dapat meningkatkan tekanan terhadap harga jual kentang. Tekanan harga jual meningkat, dapat menurunkan harga kentang sehingga petani sering menerima harga yang relatif lebih rendah dari harga yang berlaku dipasaran saat itu, serta seringnya menghadapi fluktuasi harga sehingga petani selalu menghadapi ketidakpastian penerimaan.

Adanya kesamaan nasib di antara petani kentang karena kesulitan mengakses pasar meningkatkan kemauan untuk berbagi informasi mengenai harga dan kepada siapa harus menjual. Seringnya berbagi informasi meningkatkan rasa saling percaya di antara petani kentang, adanya rasa saling percaya meningkatkan motivasi untuk berkelompok membentuk koperasi agar dapat melakukan kemitraan dan memperluas pemasaran. Dengan berkoperasi yang merupakan lembaga berbadan hukum, maka dapat meningkatkan pemasaran melalui kerjasama kemitraan formal, karena pihak mitra dalam hal ini dimisalkan pada

industri pengolahan keripik kentang hanya bersedia bermitra dengan lembaga berbadan hukum, bukan dengan perorangan.

Menjalin kemitraan dapat meningkatkan kepastian dalam pemasaran kentang. Meningkatnya kepastian pemasaran bagi petani, dapat meningkatkan keharusan koperasi atau petani berkomitmen hanya menjual kepada industri/mitra. Komitmen ini dapat meningkatkan pengiriman kentang ke industri. Dengan demikian petani mendapatkan kepastian harga jual yang berpengaruh positif terhadap penerimaan petani kentang, penerimaan berpengaruh positif terhadap kas petani. Pada Gambar 1, keterkaitan antar variabel pada simpal kausal yang pertama memiliki umpan balik positif, dapat diartikan melalui kemitraan petani memperoleh kepastian pemasaran, kepastian harga jual, kepastian penerimaan sehingga diharapkan kas petani akan bertambah, dengan bertambahnya kas petani maka petani memiliki kemampuan untuk memperluas pemasaran dan meningkatkan produksi kentang.

Berdasarkan simpal kausal yang kedua, hubungan antar variabel menghasilkan umpan balik negatif, artinya dengan adanya kemitraan dalam pemasaran kentang, dapat meningkatkan transfer teknologi budidaya kentang sehingga pengetahuan petani mengenai teknik budidaya kentang yang benar bertambah, dengan bertambahnya pengetahuan Motivasi membentuk

koperasi

Kemitraan

pemasaran kentang Kepastian dalam pemasaran

Komitmen hanya menjual kentang kepada pihak industri

Pengiriman kentang ke industri Kesempatan menjual

ke pihak lain Transparansi informasi harga kentang di pasaran Asimetri informasi

perkembangan harga kentang kepada petani Harga jual kentang

petani sesuai kontrak Penerimaan

petani Keuntungan petani

Kas / Modal petani kentang Ketersediaan biaya pemasaran Akses pemasaran kentang Kemauan berbagi informasi Kepercayaan Transfer teknologi Pengetahuan petani kentang Pemahaman teknologi budidaya kentang petani

Budidaya sesuai SOP Kualitas hasil kentang petani Pemahaman teknologi pascapanen kentang petani Produksi kentang petani Biaya produksi Kuantitas hasil kentang Terpenuhi kualitas

kentang sesuai spek industri Terpenuhi kebutuhan kentang utk bahan baku pembuatan keripik kentang + + + + - + - - + + + + + - + + + + + + + + + + + + + + - + + + R1 B2 R3 R4 R5 R6 + +

Motivasi utk memperoleh kentang sebagai bahan baku pembuatan

keripik secara kontinu

+ +

137

Dalam dokumen M02070 (Halaman 147-149)

Garis besar

Dokumen terkait