• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen M02070 (Halaman 39-41)

Risk Management in Structured Market of Poetatoes Supply Chain at Katata Farmer Group, Pangalengan, Jawa Barat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Kelompok Tani Katata rantai pasok kentang dimulai dari petani penangkar sebagai pemasok bibit. Bibit yang dihasilkan antara lain benih G2 dan G3. Sebagian besar bibit tersebut ditanam dan sebagian lainnya dijual untuk umum. Selanjutnya untuk memenuhi permintaan mitra Kelompok Tani Katata juga bermitra dengan petani kentang lainnya.

Hasil panen kentang lalu dibawa ke packinghouse untuk disortasi dan grading. Sebelumnya kentang dicuci dan juga dikeringkan dengan pengawasan dari KAPALINDO. Pihak KAPALINDO mengawasi dan juga mencatat semua kegiatan di packinghouse. Penanganan pascapanen dan perlogistikan sendiri dibantu oleh pihak KAPALINDO. Setelah itu kentang dikirim menggunakan mobil pick-up kepada pihak Giant.

Pemetaan aktivitas rantai pasok dilakukan menggunakan metode SCOR (Supply Chain Operation Reference) di Kelompok Tani Katata yang terdiri dari plan (perencanaan), source (pengadaan), make (produksi), deliver (distribusi), dan return (pengembalian). Masing-masing kegiatan dilakukan

oleh pelaku yang terlibat dalam rantai pasok kentang di Kelompok Tani Katata yaitu pada tingkat kelompok tani dan petani

.

Kriteria Kentang Kelompok Tani Katata untuk Giant Pasar Grade Standar Kualitas Giant A (cuci ,

packaging 20kg/pcs)

Kulit kuat tidak lecet, Usia kentang tua 100 -120 hst, Mata dangkal, dan tidak hijau, luka fisik, busuk mata, per kg nya sekitar 6-8 buah Sumber : Data Primer, 2015.

Pihak mitra biasanya melakukan PO (Purchase Order) 3 hari sebelum kentang dikirim. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 4 jam dan membutuhkan biaya Rp. 700.000,- untuk biaya transportasi dan upah tenaga kerja berjumlah 2 orang. Kentang yang di reject biasanya dikembalikan dan dijual ke pasar tradisional diantaranya Pasar Andir dan Pasar Caringin.

Setelah mengidentifikasi kegiatan rantai pasok di Kelompok Tani Katata dilakukan pengelompokkan berdasarkan tipe risiko dan pelaku dalam rantai pasok dengan RapAgrisk.

Tujuan utama RapAgRisk adalah untuk membantu para pengambil keputusan memahami risiko-risiko yang timbul dari sumberdaya internal maupun sumber daya eksternal pasokan pertanian, peserta rantai dan untuk meningkatkan strategi manajemen risiko. Perlu dilakukan wawancara secara mendalam kepada ketua Kelompok Tani Katata sebagai pemegang keputusan dan aktor yang terlibat dalam rantai pasok, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan risiko dan menngelompokkan risiko-risiko tersebut.

Selain nilai tingkat kemungkinan munculnya risiko dan kemampuan menjalankan risiko, selanjutnya juga ditentukan seberapa sering risiko tersebut terjadi. Melalui skala Kemungkinan Munculnya Risiko maka dapat ditentukan tingkat kemungkinan munculnya risiko tersebut. Hasilnya Kelompok Tani Katata

Petani Anggota

Petani Mitra

Giant KAPALINDO

28

Potensi Dampak Keparahan

Skala Kemungkinan Munculnya Risiko S J K P HTP Tinggi Logistik, Kualitas kentang, Spek mitra Sedang Kesepaka tan antar anggota Harga kentang, Ketersediaa n saprodi, kontrak dengan mitra Tenaga kerja, Biaya perawatan Persediaan kentang, Ketersedia an obat- obatan untuk mencegah hama/peny akit Rendah Pendapatan menurun Peralatan yang terpakai Pola tanam, benih, brand, manajemen yang baik, Biaya produksi Prioritas 3 Prioritas 2 Prioritas 1 dapat diketahui dampak keparahan dari masing- masing risiko yang terjadi pada rantai pasok kentang di Kelompok Tani Katata.

Nilai Keparahan Dampak Risiko (Severity)

ARP adalah kalkulasi antara nilai keparahan dampak peristiwa risiko atau severity (S), nilai kemungkinan terjadinya agen risiko atau occurrence (O), dan nilai hubungan keduanya atau correlation (R). ARP dihitung untuk mengetahui agen risiko mana yang memiliki pengaruh/dampak paling besar terhadap aktivitas rantai pasok dan menjadi prioritas untuk lebih dulu ditangani.

Setelah dihitung dan diurutkan mulai dari Nilai ARP tinggi ke rendah, didapat nilai ARP tertinggi adalah 2730 untuk agen A5, agen A5 sendiri yaitu iklim dan cuaca yang tidak menentu. Hal ini paling berisiko bagi petani karena tidak dapat diprediksi dan petani maupun kelompok harus mempunyai berbagai cara agar dapat menghasilkan kentang yang kontinu untuk dikirimkan kepada mitra.

Aksi Mitigasi Risiko Rantai Pasok Kelompok Tani Katata

1. Bantuan pengadaan sarana produksi bagi petani dari pihak Kelompok Tani Katata. (PA1) 2. Penerapan SOP penanaman kentang

disesuaikan dengan iklim dan cuaca. (PA2) 3. Perbaikan sarana prasarana khususnya untuk

penanganan pascapanen. Khusus untuk kentang dibutuhkan blower yang lebih banyak untuk menghemat waktu. (PA3)

4. Perjanjian antara pihak Katata dengan mitra disesuaikan dengan kesanggupan petani untuk memproduksi kentang dalam jumlah tertentu. (PA4)

5. Antisipasi ketersediaan obat untuk mencegah hama atau penyakit pada tanaman kentang. (PA5)

6. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan kentang harus diimbangi dengan persediaan benih kentang, karena sulitnya mendapatkan benih kentang yang berkualitas maka dibutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengembangkan benih kentang. (PA6)

7. Dibutuhkan tenaga ahli untuk pengembangan benih kentang, saat ini jumlah tenaga ahli dalam pembenihan di Kelompok Tani Katata hanya ada 4 orang. (PA7)

8. Dibutuhkan informasi dari pasar untuk perbandingan harga. (PA8)

9. Peningkatan manajemen oleh pihak Kelompok Tani Katata dengan PAL agar rantai pasok kentang dapat berjalan dengan efisien. (PA9) 10. Peningkatan kualitas tenaga kerja khususnya

dalam penanganan pascapanen, karena berkaitan dengan spek yang diminta oleh pihak mitra. (PA10)

11. Perlunya kendaraan yang lebih besar untuk mengangkut kentang. Sekaligus pencegahan penyusutan kentang selama perjalanan. (PA11) KESIMPULAN

1. Pada rantai pasok kentang di Kelompok Tani Katata dimulai dari petani penangkar yang menghasilkan benih dari mulai G0 sampai dengan G3, untuk memenuhi permintaan pasar terstruktur Kelompok Tani Katata juga bermitra dengan petani kentang lainnya. Selanjutnya kentang dibawa ke packinghouse untuk dilakukan persiapan pengiriman ke pasar terstruktur. Setelah diidentifikasi terdapat 27 risiko pada proses rantai pasok kentang di Kelompok Tani Katata. Risiko- risiko yang terjadi antara lain 8 risiko yang terjadi pada perencanaan (plan), 6 risiko yang Dafatar Agen Risiko dan Kemungkinan

29

terjadi pada pengadaan (source), 7 risiko yang terjadi pada produksi (make), 4 risiko yang terjadi pada pengiriman (deliver), dan 2 risiko yang terjadi pada pengembalian (return). 2. Manajemen risiko yang dilakukan oleh

Kelompok Tani Katata masih belum optimal. Terdapat 11 risiko krusial yang mempengaruhi keberlangsungan rantai pasok kentang di Kelompok Tani Katata, yaitu sebesar 82,56%. Jika risiko tersebut tidak segera ditangani akan menyebabkan kerugian yang besar bagi Kelompok Tani Katata.

3. Strategi mitigasi yang dapat dilakukan Kelompok Tani Katata ialah sebanyak 11 strategi mitigasi.

SARAN

1. Pihak Kelompok Tani Katata dengan KAPALINDO lebih memperhatikan dampak risiko dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi selama proses rantai pasok untuk memperkecil barang tolakan.

2. Salah satu permasalahan krusial pada rantai pasok kentang adalah mendapatkan benih yang berkualitas. Oleh karena itu kelompok dibantu oleh pihak KAPALINDO hendaknya mencari solusi untuk permasalahan tersebut misalnya mengusulkan bantuan kepada pemerintah atau mengadakan pelatihan terkait.

3. Strategi mitigasi yang akan dilakukan disesuaikan dengan peristiwa risiko yang terjadi di lapangan.

Dalam dokumen M02070 (Halaman 39-41)

Garis besar

Dokumen terkait