• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model EOQ

Dalam dokumen M02070 (Halaman 141-145)

Rasio Sensitivitas

1,11

Biaya Marjinal

Rp 8.552

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rasio sensitivitas dari model EOQ adalah 1,11. Angka tersebut diperoleh dari membagi total biaya persediaan aktual industri kecil sebesar Rp 86.025 dengan total biaya persediaan hasil perhitungan model EOQ sebesar Rp 77.744. Rasio sensitivitas yang melebihi satu menunjukkan bahwa persediaan yang diterapkan industri kecil belum efisien. Dengan kata lain, industri kecil menanggung biaya tambahan sebesar 0,11 kali lebih besar dari yang seharusnya, akibat tidak efisiennya pengelolaan persediaan. Oleh karena itu, industri kecil menanggung biaya marjinal sebesar Rp 8.552 karena tidak mengelola persediaan kedelai secara optimal.

Implikasi Terhadap Perusahaan

Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003), jika keadaan memungkinkan boleh melakukan pesanan 10% diatas jumalh EOQ atau 10% dibawah jumlah EOQ. Tidak ada kendala bagi perusahaan untuk menerapkan manajemen persediaan bahan aku

dengan metode EOQ selama ketersediaan pasokan kedelai selalu ada serta memiliki hubungan baik dengan supplier. Untuk mengetahui implikasi terhadap perusahaan dilakukan agara kondisinya seimbang sehingga sesuai untuk dibandingkan. Perhitungan biaya marjinal yang harus ditanggung perusahaan karena tidak mengelola persediaan secara optimal sebesar Rp 8.552 berimplikasi pada pelaksanaan manajemen persediaan industri. Jika manajemen persediaan kedelai industri tidak diperbaiki, maka akan terjadi pemborosan sebesar Rp 8.552 hanya dari kedelai belum termasuk bahan- bahan pendukung lainnya.

Tabel 9. Pengaruh Perubahan Kuantitas Pemesanan Kedelai Di Atas dan Di Bawah Sepuluh Persen dari Kuantitas Pemesanan yang Ekonomis

Total Biaya Persediaan pada Tingkat TC (100%) TC (90%) TC (110%) Kedelai Rp 77.744 Rp 78.176 Rp 78.098 Selisih Rp 0 Rp 432 Rp 354 % terhadap EOQ 100% 0,56% 0,46%

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat implikasi pada industri kecil akibat melakukan pemesanan kedelai di atas maupun di bawah 10% dari kuantitas pemesanan yang ekonomis yaitu 9.481 kg. Apabila industri kecil menurunkan jumlah pemesanan kedelai 10% atau melakukan pemesanan kedelai 90% dari 9.481 kg justru membuat biaya total persediaan meningkat Rp 432 atau 0,56%. Sementara itu, melakukan pemesanan dengan meningkatkan jumlah pesanan 10% atau melakukan pemesanan 110% dari 9.481 kg juga akan meningkatkan biaya total persediaan sebesar Rp 354 atau 0,46%. Baik dengan meningkatkan ataupun menurunkan jumlah pemesanan sebesar 10% dari 9.481 kg tidak ada yang menurunkan biaya total persediaan. Karena itu, industri kecil tidak direkomendasikan untuk menambah atau mengurangi jumlah persediaan kedelai dari kuantitas pemesanan yang ekonomis sebesar 9.481 kg.

PENUTUP Kesimpulan

1.Industri kecil Sari Kedele menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku utama pembuatan tahu sumedang, dan beberapa bahan pendukung lainnya seperti bawang putih, garam serta minyak goreng.

130

Untuk menghasilkan tahu sumedang yang gurih dan renyah, kedelai melewati beberapa tahapan proses produksi yaitu pencucian dan perendaman, penggilingan, perebusan, penyaringan, pemadatan, pencetakan, pemotongan dan perendaman dalam bumbu, serta penggorengan.

2.Dengan menggunakan model EOQ, kuantitas kedelai yang dipesan adalah 9.481 kg atau lebih besar 58% dari pada kuantitas aktualnya, dan biaya total persediaannya adalah Rp 77.744 atau lebih hemat 9,6%. Manajemen persediaan yang dilakukan industri kecil ini belum efisien. Hal ini dibuktikan dengan angka rasio sensitivitas yang lebih besar dari 1.

Saran

Berdasakan pembahasan dan kesimpulan, dapat disarankan bahwa Industri Kecil Sari Kedele sebaiknya menggunakan model EOQ untuk menentukan jumlah persediaan kedelainya. Konsekuensinya adalah gudang tempat menyimpan kedelai perlu diperluas agar dapat memuat kedelai sebanyak 9.481 kg. Seberapa besar tepatnya perluasan gudang ini dapat dihitung dengan teori Tata Letak Pabrik, sehingga diperlukan penelitian lanjutan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Asssauri, Sofjan. (2008). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 51 Agustus 2014. www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015

Erlina. 2002. Manajemen Persediaan. repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014.

Ginting, Erliana, Sri Satya Antarlina dan Sri Widowati. 2009. Varietas Unggul Kedelai Untuk Bahan Baku Industri Pangan. http://pustaka.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2015.

Handoko, T.Hani. 1984. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE Kementerian PPN/Bappenas Direktorat Pangan dan

Pertanian. Studi Identifikasi Ketahanan Pangan dan Preferensi Konsumen Terhadap Konsumsi

Bahan Pangan Pokok Kedelai dalam Upaya Mengembangkan Naskah Kebijakan Sebagai Masukan Pada RPJMN 2015 2019. www.greenclimateproject.org. Diakses pada tanggal 19 Februari 2015.

Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori dan Praktek). tekpan.unimus.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015.

Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. (2014). www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014.

Ma’arif, M. Syamsul, Henri Tanjung. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo.

Nilasari, Wiwin. 2012. Uji Efektivitas Isolat Rhizobia Asal Tanah Mineral dan Tanah Gambut Pada Tanaman Kedelai (Glycine max(L.) Merrill). http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014.

Perangin-angin, B. H. 2013. Pengaruh Konsentrasi Larutan Kitosan Jeruk Nipisdan Lama Penyimpanan terhadap Mutu Tahu Segar. Medan: Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014.

Produksi Tanaman Pangan 2013. (2013). Badan Pusat Statistik: Jakarta. Diakses pada tanggal 20 Januari 2014.

Rahmawati, Fitri. 2013. Teknologi Proses Pengolahan Tahu dan Pemanfaatan Limbahnya. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014.

Sipahutar, Marlon. 2010. Kajian Manajemen Persediaan Kedelai sebagai Bahan Baku Pembuatan Kedelai Bubuk Instan. Jatinangor: Universitas Padjadjaran.

Stephyna, Happy Ganadial. 2011. Analisis Kinerja Manajemen Persediaan Pada PT. United Tractors, Tbk Cabang Semarang. eprints.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2014.

Sukmawati, Dety. 2011. Kebutuhan Kedelai dan Kapasitas Produksi Tahu pada Pengrajin Tahu

di Kabupaten Sumedang . e-

journal.winayamukti.ac.id. Diakses pada tanggal 04 Januari 2015.

Suswardji, Edi, Eman, Ria Ratnaningsih. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. NT Piston Ring Indonesia di

131

Karawang. www.jurnal.feunsika.ac.id. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2014.

Wijaya, Dilzar Dian. 2006. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu Kental Manis Pada PT. Indomilk. repository.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014. Yusup, Imam Ahmad Maulana. 2012. Keragaan

Agroindustri Tahu Sumedang (Studi Kasus Pada Agroindustri Tahu Bungkeng).

133

Dalam dokumen M02070 (Halaman 141-145)

Garis besar

Dokumen terkait