• Tidak ada hasil yang ditemukan

149 Rata-rata sewa lahan yang dikeluarkan

Dalam dokumen M02070 (Halaman 161-163)

petani berkisar Rp. 300.000,00 hingga Rp. 500.000,00 bergantung jenis sewa lahan yang dipakai. Ada 2 jenis lahan yang dipakai yaitu lahan

kering dan lahan sawah (wawancara petani). Harga lahan sawah lebih besar dibanding lahan kering karena tembakau lebih baik ditanam pada lahan sawah.

Tabel 2. Harga Privat dan Harga Sosial

Harga Sosial

Penentuan harga sosial hanya bisa dilakukan dengan pendugaan (approximation). Pendugaan harga sosial untuk barang tradabel, baik untuk barang-barang impor maupun ekspor, untuk output maupun input adalah sama. Harga sosial untuk produk tersebut adalah border price (harga impor untuk importabes, dan harga ekspor untuk eksportables). Harga sosial barang tradabel (benih, NPK, Za, insektisida, fungisida) disajikan pada tabel 13. Harga sosial untuk benih tembakau sebesar Rp. 613,00/pohon, pupuk NPK sebesar Rp. 7.809,00/Kg, pupuk Za sebesar Rp. 6.385,00/Kg, insektisida sebesar Rp. 313.192,00/Lt, dan fungisida sebesar Rp. 156.746,00/Kg. Harga sosial untuk barang non- tradabel di asumsikan sama dengan harga privatnya. Perhitungan harga sosial tembakau dijelaskan pada lampiran 7 dengan nilai sebesar Rp. 156.746/Kg.

Harga sosial untuk tenaga kerja diduga sama dengan harga privatnya karena tidak ditemui distorsi kebijakan akan ketengakerjaan petani tembakau. Asumsi ini didasarkan pada informasi yang didapat dari informan bahwa tidak ada kebijakan pemerintah yang mempegaruhi langsung mengenai biaya ketenagakerjaan.

Matrix PAM

Komponen Pendapatan Input Keuntungan

Tradable Non-Tradable

Privat 2130966667 345403708 645274167 1140288792

Sosial 27260219347 535170069 645274167 26079775111

Divergensi -25129252680 -189766361 0 -24939486319

Data pada tabel matrix PAM diatas diperoleh dari bujet usahatani yang dibahas pada subbab sebelumnya. Perhitungan bujet privat menghasilkan nominal yang digunakan dalam perhitungan matrix PAM. Hal serupa juga dilakukan pada tingkat sosial. Kedua nominal yang dihasilkan pada masing-masing bujet privat akan dianalisis dengan melihat distorsi atau divergensi antara bujet privat dan bujet sosial. Keuntungan privat didefinisikan sebagai pengukur daya saing pada tingkat harga aktual atau petani. Keuntungan sosial didefinsikan sebagai pengukur efisiensi pada tingkat harga sosial.

Divergensi Input dan OuputTradable

Suatu divergensi akan menyebabkan harga aktual berbeda dengan harga efisiensi. Divergensi

timbul karena salah satu dari dua sebab – kegagalan pasar atau distorsi kebijakan. Kegagalan pasar terjadi apabila pasar gagal menciptakan suatu competitive outcome dan harga efisiensi. Jenis kegagalan pasar pada umumnya adalah monopoli, externality dan faktor (produksi) domestik tidak sempurna. Kebijakan distortif adalah intervensi pemerintah yang menyebabkan harga asar berbeda dengan harga efisiensinya.

Menghitung Keuntungan

Menghitung keuntungan merupakan langkah untuk mengukur keuntungan yang dihasilkan usahatani dalam satu musim tanam per hektarnya. Ada 2 jenis perhitungan yaitu pada tingkat petani (privat) dan pada tingkat internasional (sosial). Kategori Uraian Satuan Harga

Privat Sosial Input Tradable Benih Rp/Pohon 1778,33 612,892 Pupuk a. NPK Rp/Kg 8772,73 7.809,41 b. Za Rp/Kg 2760 6.385,75 Pestisida a. Insektisida Rp/Lt 200000 313.192,00 c. Fungisida Rp/Kg 120000 156.746,00 Input Non- Tradable Peralatan a. Cangkul Rp/Unit 100000 100000 b. Arit Rp/Unit 20000 20000 c. kored Rp/Unit 25000 25000 d. rajang Rp/Unit 200000 200000 e. sasag Rp/Unit 4000 4000 f. semprotan Rp/Unit 800000 800000 g. amril Rp/Unit 60000 60000 h. rimagan Rp/Unit 300000 300000 i. osreng Rp/Unit 42000 42000 j. parang Rp/Unit 80000 80000 k. pompa air Rp/Unit 3100000 3100000 Tenaga Kerja Rp/HOK 39892,9 39892,86 Sewa Lahan 400000 400000

150

1. Keuntungan Privat (PP)

Keuntungan privat merupakan hasil pengurangan pendapatan privat dengan biaya tradabel dan non-tradabel privat. Pada tabel matrix PAM dapat dilihat bahwa keuntungan menunjukkan angka positif sebesar Rp. 32.579.679,00/hektar. Nominal yang dihasilkan merupakan rata-rata dari penghasilan 35 responden yang telah diolah. Hasil positif keuntngan privat berarti secara finansial kegiatan usahatani mengalami keuntungan. 2. Keuntungan Sosial (SP)

Keuntungan sosial merupakan hasil pengurangan pendapatan sosial dengan biaya tradabel dan non-tradabel sosial. Tabel matrix PAM menunjukkan angka positif sebesar Rp. 118.298.670,00/hektar. Hal tersebut menunjukkan secara ekonomi pengusahaan komoditas tembakau mengalami keuntungan. Keuntungan yang diperoleh dari 2 tingkat harga memiliki perbedaan yang signifikan. Pada umumnya, kondisi lapangan memberikan informasi yang sesuai dengan hasil perhitungan penerimaan privat. Hasil perhitungan tingkat sosial menunjukkan nominal yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan petani menerima keuntungan yang tidak seharusnya. Diduga perbedaan harga tembakau penyebab distorsi keuntungan pada kedua tingkat.

Menghitung Efisiensi (Keunggulan Komparatif dan Kompetitif)

Daya saing dapat dilihat dari tingkat efisiensi yang menyebakan suatu usahatani memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Keunggulan kompetitif dihitung melalui rasio biaya privat (PCR) sedangkan keunggulan komparatif dihitung melalui rasio biaya sumber daya (DRC).

1. Rasio Biaya Privat (PCR)

Perhitungan rasio biaya privat menggunakan nominal pada matrix PAM dengan hasil 0,361 yang dimana menunjukkan usahatani tembakau memiliki keunggulan kompetitif.

2. Rasio Biaya Sumber Daya (DRC)

Perhitungan rasio biaya sumber daya menggunakan nominal pada matrix PAM dengan hasil 0,024 yang dimana menunjukkan usahatani tembakau memiliki keunggulan komparatif.

Nilai PCR dan PP dalam analisis keunggulan kompetitif merupakan indikator yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya dan tingkat keuntungan pengusahaan tembakau secara finansial. Nilai PCR sebesar 0,361 menunjukkan bahwa untuk meningkatkan nilai tambah output tembakau sebesar

satu satuan, diperlukan tambahan biaya faktr domestik sebesar 0,361 satuan. Hal tersebut menggambarkan bahwa komoditas tembakau mampu bersaing dengan komoditas sejenis dari produk impor dalam negeri maupun ekspor mancanegara.

Nilai DRC dan SP merupakan indikator yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya secara ekonomi. Nilai DRC pada lokai penelitian adalah 0,024. Nilai ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan nilai tambah output tembakau di Desa Sukasari sebesar satu satuan diperlukan biaya tambahan faktor domestik sebesar 0,024 satuan. Hal tersebut menggambarkan bahwa komoditas tembakau Desa Sukasari mampu hidup tanpa bantuan pemerintah dan memiliki peluang ekspor yang besar. Indikator lainnya adalah keuntungan sosial. Apabila keuntungan sosial bernilai positif maka petani menerima keuntungan sosial dari biaya perhitungan sosial. Oleh karena itu, bila dilihat dari hasil analisis DRC dan SP petani mampu untuk mandiri tanpa ada intervensi pemerintah.

Dapat disimpulkan dengan melihat nilai PCR dan DRC bahwa tembakau Desa Sukasari memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.

Menghitung Dampak Kebijakan Pemerintah Suatu kebijakan pemerintah dalam suatu aktivitas ekonomi dapat memberikan dampak positif maupun negatif terhadap pelaku dari sistem tersebut. Kebijakan pemerintah pada sektor pertanian dapat menentukan keberhasilan pengembangan usaha dalam rangka meningkatkan devisa. Kebijakan dapat mempengaruhi keuntungan maupun produktivitas suatu kegiatan ekonomi. Dampak kebijakan pemerintah dapat dilihat dari analisis matriks PAM melalui beberapa indikator yaitu kebijakan terhadap output, kebijakan terhadap input, dan kebijakan terhadap input-output.

1. Kebijakan Output a. Transfer Output (TO)

Nilai transfer output menunjukkan besarnya intensif masyarakat terhadap produsen. Nilai transfer output yang dihasilkan dari matrix PAM sebesar negatif Rp. 717.978.648,00/hektar yang berarti masyarakat mengeluarkan biaya yang lebih kecil, lebih kecil dari harga yang seharusnya dibayarkan dan produsen menerima harga yang lebih rendah dari harga yang seharusnya diterima.

b. Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) NPCO menilai kebijakan pemerintah yang menghambat atau mendukung ekspor melalui pajak. Matrix PAM menunjukkan hasil sebesar 0,078 yang berarti ada kebijakan pemerintah

151

Dalam dokumen M02070 (Halaman 161-163)

Garis besar

Dokumen terkait