Indonesia, hasil ekspor teh Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar dan harga teh dunia. Data yang diperoleh tersebut dianalisis secara regresi dengan menggunakan model ekonometrik untuk mengetahui seberapa besar kontribusinya terhadap ekspor teh di Indonesia. Model rumusan variabel penelitian diformulasikan dalam persamaan berikut:
̂ = + + + +
Keterangan:
Ŷ = Nilai ekspor teh Indonesia (0.000$) X1 = Produktivitas teh (Kg / Ha)
X2 = Nilai tukar rupiah (Rp / $)
X3 = Harga Internasional Teh (sen / Kg) = Konstanta
= Faktor error / disturbance
Perhitungan respon berdasarkan rumus elastisitas dapat menggunakan model sebagai berikut:
=∆∆ ̅̅
Ket:
Es : Elastisitas
∆
∆ : Koefisien variabel independennya ( , ,
dan )
̅ : Rata-rata variabel independen
̅ : Rata-rata nilai ekspor teh (variabel dependen) HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh menurut faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh, berikut merupakan hasil dari regresinya:
̂ = − . ∗∗+ , ∗∗− ,
+ , ∗∗+
Keterangan:
Ŷ = Nilai ekspor teh Indonesia (.000$) X1 = Hasil produksi teh Indonesia (kg / ha) X2 = Nilai tukar rupiah (Rp / $)
X3 = Harga teh dunia (sen / kg) = Faktor error / disturbance
Berdasarkan analisis respornnya, berikut merupakan data yang diperlukan dengan hasil koefisien elastisitas atau nilai responnya:
Tabel 3. Koefisien, -Rata-rata dan Nilai E Hasil Penelitian Variabel Koefisien ( ⁄ ) Rata-rata E Nilai Ekspor Teh Indonesia - 130.034,88 - Produktivitas Teh Indonesia 64,402 1.396,88 0,69 Nilai Tukar Rupiah -69,721 62,20 0,03 Harga Teh Dunia 551,782 194,01 0,82
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui seberapa baik model yang dihasilkan dalam analisis penelitian ini. Model yang baik harus memenuhi seluruh uji tersebut. Sehingga, model regresinya dapat dikatakan Best Linear Unbiased Estimator (BLUE)
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan mengamati grafik P-Plot dari output SPSS. Berikut merupakan gambar P-Plot dari data yang dianalisis:
Gambar 2. Grafik P-Plot untuk Uji Normalitas Dari grafik tersebut, terlihat bahwa data tersebar di sepanjang garis diagonal terhadap variabel dependennya (Nilai Ekspor Teh Indonesia). Maka, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas, yaitu data tersebar secara normal
Uji Multikolinearitas
Uji ini diamati dengan mengamati nilai VIF (Variance Inflation Factor). Hasil VIF ketiga variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Nilai VIF untuk Uji Multikolinearitas
No Variabel VIF
1 Hasil Produksi Teh Indonesia 1,142
2 Nilai Tukar Rupiah 1,386
3 Harga Teh Dunia 1,231
Seluruh variabel yang digunakan memiliki nilai VIF dibawah 10, berarti data yang digunakan tidak terdapat multikolinearitas
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan cara autoregresive dengan mengamati nilai durbin watson (DW). Batasan nilai DW yang diperoleh adalah sebagai berikut:
dL : 1,2576 dU : 1,6511 4-dU : 2,3489 4-dL : 2,7424
Berdasarkan nilai batasannya, nilai DW yang didapat berada diantara dU dan 4-dU, yaitu sebesar 1,838. Jadi, data analisis ini tidak mengandung data autokorelasi atau tidak terdapat korelasi serial
144
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan dengan mengamati nilai *ZPRED untuk sumbu X dan *SRESID untuk sumbu Y pada SPSS. Berdasarkan hal tersebut, berikut scatter plot yang dihasilkan dari data-data yang dianalisis:
Gambar 3. Scatter Plot Untuk Uji Multikolinearitas Grafik tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat pola khusus. Plot yang digambarkan tersebar, baik diatas sumbu x atau y maupun dibawahnya. Sehingga, data yang digunakan sudah cukup homoskedastisitas.
Analisis Hasil Regresi dan Nilai Respon
Berdasarkan fungsi tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat diinterpretasikan terkait analisis sebelumnya maupun analisis regresi beserta dengan teorinya. Interpretasi berikut ini menjelaskan juga hipotesis dari hubungan setiap variabel secara parsial. Berikut merupakan penjelasan setiap variabel dalam model tersebut:
- Koefisien produktivitas teh Indonesiayang dihasilkan adalah sebesar 64,402 dan bernilai positif, sama halnya dengan nilai t hitung yang menjelaskan hubungan yang signifikan. Artinya, produktivitas teh indonesia memiliki hubungan yang berbanding lurus terhadap nilai ekspor teh Indonesia. Dalam kurun waktu pertahunnya, bila variabel nilai tukar dan harga teh dunia dianggap tetap, maka setiap kenaikan satu kg di setiap areal tanam teh di Indonesia, maka akan menambahkan nilai ekspor teh Indonesia sebesar 64.402 dolar US. - Koefisien nilai tukar rupiah yang dihasilkan adalah sebesar -69,721 dan bernilai negatif, sama halnya dengan nilai t hitung yang menjelaskan hubungan yang tidak signifikan. Artinya, nilai tukar nominal ini memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan nilai ekspor teh Indonesia. Dalam kurun waktu pertahunnya, bila variabel produktivitas teh Indonesia dan harga teh dunia dianggap tetap, maka setiap kenaikan nilai tukar rupiah sebesar
satu rupiah setiap dolarnya, akan menurunkan nilai ekspor teh Indonesia sebesar 69.721 dollar US. - Koefisien harga teh dunia yang dihasilkan adalah
sebesar 551,782 dan bernilai positif, sama halnya dengan nilai t hitungnya yang menginterpretasikan hubungan yang signifikan. Artinya, semakin besar harga dunia yang terjadi, maka akan semakin besar pula nilai ekspor teh Indonesia yang didapat. Dalam kurun waktu pertahunnya, bila variabel produktivitas teh Indonesia, dan nilai tukar rupiah dianggap tetap, maka setiap kenaikan harga teh sebanyak satu cent (0,01US$) setiap kilogramnya, maka akan menghasilkan nilai ekspor teh Indonesia sebesar 551.782US$.
- Secara keseluruhan, nilai respon (koefisien elastisitas) tersebut berada dibawah angka satu. Artinya, setiap variabel yang digunakan bersifat inelastis terhadap perubahan nilai ekspor teh Indonesia. Dengan demikian, nilai ekspor teh Indonesia tidak respon terhadap produktivitas teh Indonesia, nilai tukar rupiah dan harga teh dunia. Persentase perubahan pada produktivitas teh Indonesia, nilai tukar rupiah atau harga teh dunia akan menghasilkan perubahan yang lebih kecil dari pada persentasenya terhadap nilai ekspor teh Indonesia. Namun demikian, hasil tingkat respon yang terbesar dihasilkan oleh harga teh dunia. Setiap kenaikan 1% harga teh dunia dalam cent di setiap kilogramnya akan menaikan nilai ekspor teh Indonesia sebesar 0,8232% dalam ribu dolar US. Analisis Ekonomi terhadap Hasil Regresi dan Nilai Respon
(1)Produktivitas terhadap Nilai Ekspor Teh Sebagai interpretasi faktor produksi, produktivitas mampu menerangkan seberapa baiknya faktor input yang digunakan (Yamit, 2005). Angka yang semakin tinggi dalam produktivitas teh Indonesia memiliki arti sebagai penggunaan faktor produksi yang semakin baik. Dalam hal ini, produktivitas teh yang baik dapat meningkatkan peluang untuk produksi teh yang lebih banyak, baik untuk dikonsumsi dalam negri maupun untuk ekspor. Sehingga, semakin besar prodiktivitasnya, maka peluang untuk memproduksi teh dalam negeri akan semakin besar. Kemudian peluang untuk ekspor pun akan bertambah juga. Sehingga, saat dikonversikan terhadap nilai ekspor, nilainya akan semakin tinggi. Mengingat produksi dalam negeri, peluang untuk menambah nilai ekspor dari produktivitas pun dapat disesuaikan. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh kondisi konsumsi dalam negeri yang cenderung stabil atau tidak mengalami kenaikan. Selain itu, dalam memproduksi teh terdapat perbedaan kualitas antara yang dikonsumsi dalam negeri maupun produk ekspornya. Perbedaan jenis konsumsi itu mungkin