• Tidak ada hasil yang ditemukan

Citra Dalam Pelantikan Presiden Indonesia

D

alam hubungan antar negara, citra memegang peran penting sekali. Dalam beberapa teori sering disebut image, yang melintasi jaman. Contoh paling jelas adalah sidang pemilihan ketua DPR dan MPR Indonesia baru lalu. Bagian dari komunitas ekonomi internasional langsung bersikap negatif ketika melihat kekisruhan sidang tersebut. Investor enggan menanam modal dan membuat nilai rupiah jatuh. Mereka mengkhawatirkan kestabilitas politik yang berimbas pada stabilitas sosial. Stabilitas nasional penting dilihat para investor. Inilah yang sangat diperhatikan Presiden Soeharto pada sebagian besar pemerintahannya. Investor tidak mau peduli dengan berbagai perdebatan dan wacana yang mencoba meyakinkan mereka tetapi lebih memilih “penampilan” politik di permukaan sebagai bahan pertimbangan membuat keputusan ekonomi. Sebagai negara yang masih mempertimbangkan investor untuk membantu proses pembangunan, maka Indonesia harus memperhatikan betul hal ini.

Kini, setelah sidang DPR dan sidang MPR yang telah “mengganggu” citra Indonesia tersebut, ada satu panggung yang mampu memberikan citra kepada Indonesia, yakni pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, hari Senin, 20 Oktober 2014. Pelantikan pemimpin eksekutif negara ini sesungguhnya mempunyai makna besar dan paling meluas bagi sebuah negara, dibandingkan dengan seremonial lembaga yang lain. Dari sudut sosiologis, pelantikan kepala negara adalah jendela sosial bangsa dan negara. Media massa internasional pasti akan menayangkan pelantikan itu. Disamping

menayangkan atau memberitakan pelantikannya, sebagai sebuah

features, media massa akan meliput kondisi geograis, kondisi sosial,

kekayaan alam, pola kehidupan, budaya, seni dan sebagainya kepada khalayak. Melalui tayangan ini akan terpatri citra dan gambaran bangsa dan negara ke seluruh dunia. Masyarakat internasional akan menangkap bagaimana jati diri sebuah bangsa dan negara. Politik disini seolah menguap karena masyarakat internasional melihat gerak sosial budaya dalam kehidupan masyarakat negara itu dan membuat kesimpulannya sendiri. Dan para investor pun juga membuat analisisnya sendiri berkaitan dengan upaya menanam modal.

Dari sisi politik, pelantikan presiden akan bisa menggambarkan bagaimana hubungan politik antar lembaga maupun antar individu di dalam suatu negara. Sorotan media massa pasti akan memperlihatkan tokoh-tokoh dan representasi kelembagaan saat pelantikan tersebut. Lembaga itu bisa berupa lembaga negara (eksekutif, legislative dan yudikatif), bisa partai politik, kelompok kepentingan, tokoh-tokoh pimpinan yang hadir. Akumulasi kehadiran dalam pelantikan ini mencerminkan dan menggambarkan kualitas harmonisasi kepemimpinan pemerintahan suatu negara dan mencerminkan bagaimana stabilitas jangka pendek maupun jangka panjang negara

tersebut. Bisa juga dilihat keadaan konigurasi politik yang ada di

negara bersangkutan. Apabila misalnya pelantikan tidak dihadiri oleh pemimpin partai politik, atau tokoh-tokoh politik di suatu negara, secara mudah bisa ditafsirkan oleh para pihak, bahwa negara itu mempunyai politik yang sangat fragmentatif. Dan stabilitas politik ke depannya bisa diprediksikan. Tentu yang sebaliknya juga bisa terjadi. Pemandangan di pelantikan Jokowi-Jusuf Kalla Senin depan akan mampu diperkirakan bagaimana kondisi Indonesia ke depan. Para investor cukup melihat pelantikan ini untuk memprediksi bagaimana keadaan politik Indonesia ke depan.

Dari kancah politik internasional, juga akan tergambarkan seberapa penting posisi negara itu bagi negara lain. Ini terlihat misalnya dari kehadiran-tamu-tamu negara luar yang hadir. Semakin banyak pemimpin negara atau pemerintahan yang hadir, memperlihatkan bagaimana wibawa dari negara itu bagi negara lain. Dalam beberapa berita di media massa, tamu yang hadir dalam pelantikan Joko Widodo

dan Jusuf Kalla ini cukup beragam. Meski tidak mutlak dihadiri oleh kepala negara atau kepala pemerintahan, tetapi tetap memperlihatkan bahwa peta posisi Indonesia di mata dunia tetapp penting, terutama di kawasan Asia Tenggara. Beberapa pemimpin negara di Asia Tenggara menyatakan akan hadir langsung pada pelantikan itu.

Namun demikian, yang paling penting nanti dilihat adalah bagaimana pidato sambutan (jika ada) dari presiden baru, Jokowi. Pidato ini mengandung pesan paling besar karena sebagian dari isi pidato itu mencerminkan kebijakan-kebijakannya presiden, baik dalam konteks dalam negeri maupun luar negeri. Diplomasi awal dari presiden akan terlihat dari pidato ini, dan karena itu sangat berguna bagi negara-negara asing. Melalui pidato inilah akan diperlihatkan pola-pola hubungan yang kelak coba dipatrikan oleh Indonesia. Kemajuan dan kemodernan atau bahkan perubahan arah politik luar negeri akan terlihat disini. Demikian juga dengan kebijakan politik dalam negeri. Bagi masyarakat, pidato yang menyinggung politik dalam negeri haruslah merupakan momen yang paling ditunggu. Sebab, dalam kondisi politik yang “terbelah dua” saat ini, tetap harus dilihat cara pandang Jokowi kepada seterunya. Sangat dimungkinkan para investor juga akan terpengaruh dengan pidato ini.

Disamping melihat bagaimana pencitraan yang akan tumbuh dalam pelantikan presiden nanti, juga akan bisa dilihat sikap berbagai kelompok (politik) yang kini ada di Indonesia. Juga akan bisa dianalisis, bagaimana perilaku politik para politisi (bahkan partai politik). Jika misalnya para politisi yang kini sedang berseteru antar kelompok ini tetap bisa datang (terutama di kalangan anggota DPR), maka mereka menjadii bagian dari pihak yang menyelamatkan martabat negara dari mata negara lain. Bagaimanapun peran menjadi negarawan tetap diperlukan dalam kondisi seremonial yang dihadiri oleh berbagai tamu luar negeri. Jika tidak hadir, dengan alasan berbelit-belit, apalagi membikin gaduh lagi di hadapan undangan negara asing, maka mereka bukan saja memperlihatkan politisi kacangan yang sangat bukan negarwan tetapi juga sebagai pencoreng muka negara sendiri. Nama dan citra negara akan semakin rendah di mata negara lain.

Mudah-mudahan dalam pelantikan presiden nanti, seluruh anggota parlemen Indonesia mampu memperlihatkan dirinya sebagai seorang negarawan. 

Mewujudkan Quick Wins

Garis besar

Dokumen terkait