• Tidak ada hasil yang ditemukan

N

unun Nurbaeti telah menjalani pemeriksaan oleh KPK. Meski ia pingsan dan kemudian dirawat di rumah sakit, akan tetapi pengusaha buronan ini telah berhasil ditangkap atas usaha KPK. Pada pihak lain, Nazaruddin juga telah mulai menjalani persidanagn di Jakarta. Harus jujur diakui, tertangkapnya Nunun, disidangkannya Nazaruddin dan upaya-upaya penyidikan yang telah dilakukan kepada Angelia Sondakh, membuat citra pemberantasan korupsi menjadi meningkat. Bagaimanapun ini juga meningkatkan citra pemerintah dan tentu saja lembaga penegak hukum di Indonesia yang telah berdekade-dekade kurang mendapat apresiasi dari masyarakat.

Kalau dilihat dari latar belakang tersangka koruptor itu, setidaknya secara garis besar bisa dilihat ada empat yakni pengusaha, politisi, pegawai negeri, dan rakyat biasa. Yang terakhir boleh dikatakan penampakannya relatif kecil (meski kalau dikalikan, jumlahnya banyak!). Korupsi yang dilakukan oleh masyarakat kebanyakan berlangsung secara ”tahu sama tahu”. Kendati demikian, secara kultural ini harus tetap dihapuskan. Menjual makanan yang telah kedaluarsa misalnya, jelas amat berbahaya dan perlu dibawa ke ranah meja hijau. Pegawai negeri telah mendapat sorotan beberapa waktu lalu, terutama karena ada oknum pegawai negeri muda yang mempunyai rekening milyaran rupiah. Oknum pengusaha dan politisilah yang paling banyak melakukan tindakan demikian yang jumlahnya menjadi titik perhatian. Dalam kasus dugaan

korupsi yang dilakukan Nunun dan Nazzar, jumlah rupiah yang ”digelindingkan” mencapai puluhan. Karena itulah harus dilihat bagaimana cara pandang mereka terhadap upaya-upaya penggelapan dan pengompasan untuk menjadi kaya tersebut.

Ada dua hal yang harus dilihat dari korupsi ini, yaitu tindakan dan tujuan dari tindakan itu. Tujuan melakukan tindakan demikian, pastilah untuk mendapatkan manfaat yang paling maksimal. Dalam hal melakukan korupsi, manfaat paling maksimal bisa berupa jumlah uang yang banyak dengan tidak melakukan upaya kerja keras, dan barangkali, mampu menjamin hari tua.

Korupsi jelas merupakan tindakan yang tidak melakukan kerja keras karena dilakukan dengan model motong kompas, dengan hasil yang berlipat-lipat. Tindakan menjamin hari tua ini amat mungkin bisa menjadi tujuan utama dari manfaat maksimal itu. Orang yang terlalu biasa dengan hidup mewah, akan membawa kebiasaan itu sampai tua, bila perlu sampai mati dengan cara membeli kuburan khusus. Ketuaan disebut sebagai masa yang tidak aktif, yang tidak mungkin bisa melakukan cara mengumpulkan uang banyak. Maka selagi raga masih bisa bergerak untuk melakukan korupsi, itulah cara terbaik untuk mengumpulkan jaminan hari tua.

Sedangkan tindakan, tidak bisa dilakukan sendiri. Korupsi adalah sebuah kejadian yang melibatkan paling kurang dua orang, yaitu aktor yang melakukan korupsi tersebut dan rekanan yang dipakai untuk melakukan perjanjian. Obyek yang dikorupsi di Indonesia kebanyakan proyek atau uang kantor, uang perjalanan dan sejenisnya. Dalam studi pilihan rasional, tindakan itu akan dilakukan setelah melakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan itu secara ”ilmiah” disebut dengan pengetahuan. Dan pengetahuan itu, sebagai sebuah kekayaan kognitif, bisa didapatkan dengan pengalaman sendiri, hasil diskusi dengan teman, kenalan dan sejenisnya serta membaca dari konten-konten berita yang ada. Pengalaman kognitif inilah yang dipakai pertimbangan untuk melakukan tindakan korupsi.

Dengan demikian, maka tindakan yang dilakukan oleh Nunun Nurbaeti, Nazaruddin, oknum pegawai negeri maupun para koruptor- koruptor lainnya, jelas tidak mungkin dilakukan secara tunggal.

Tindakan itu dilakukan dengan pasangannya (dan ”pasangan- pasangannya” yang lain).

Feneomena ini mempunyai pengaruh signifikan pada ranah hukum. Artinya, penegak hukum harus berupaya mencari rentetan rekan-rekan tersebut karena merekalah yang diajak bekerja sama sehingga tindakan korupsi tersebut berhasil dilakukan. Dilihat dari sisi kognitif seperti yang disebutkan diatas, maka sang koruptor tersebut (juga dengan rekan-rekannya), kemungkinan mempunyai pengalaman tersendiri yang dipakai sebagai patokan, sebagai bahan baku pengalaman untuk melakukan tindakannya sekarang. Karena itu, para korupsi tidak mesti ”ditanyai” tentang satu kasus korupsi mutakhir (paling akhir) yang dilakukan, akan tetapi kemungkinan mereka juga mempunyai pengalaman lain sebelumnya.

Dari titik ini, menangkap satu koruptor sebenarnya berpotensi untuk mengungkap berbagai kasus korupsi lain yang pernah dipakai untuk pengalamannya di masa lalu. Pembelajaran korupsi ibarat bekerjasama dengan penjahat lain. Harus didiskusikan terlebih dahulu tentang segala kemungkiannya. Hal ini membawa pemikiran bahwa koruptor itu pun mempunyai ”staf ahli”. Mereka-mereka ini bisa macama-macam jenisnya sebagai teman diskusi untuk menimba pengalaman, mulai dari rekan koruptor yang hendak diajak melakukan tindakan bejat tersebut, orang-orang berpengalaman sampai seorang ”ilmuwan” korupsi. Ranah hukum pun seharusnya ikut menjamah orang-orang seperti ini.

Di jaman teknologi komunikasi-informasi yang serba cepat, serba hiper seperti sekarang, proses pembelajaran juga bisa dilakukan secara konten analisis melalui media-media (dan buku!) yang ada. Pemberitaan korupsi yang terlalu mendetail, akan mampu menggelincirkan keahlian untuk melakukan korupsi itu melalui pembacaan yang ada. Jadi, media massa haru juga mempunyai tanggung jawab moral dan sosial untuk kasus-kasus korupsi yang dimuat sebab kemungkinan diantara berbagai kalimat itu terselip teori, kiat dan strategi tertentu yang bisa dipakai untuk memperkaya pengetahuan sang koruptor.

Di jaman sekarang, modal sosial sering kali menjadi perbincangan umum. Modal ini akan mampu dipakai untuk bebagai macam kegiatan

yang mampu menunjang kehidupan. Salah satu dari modal sosial itu adalah jaringan pertemanan atau relasi sosial. Sistem jaringan di jaman sekarang tentulah sangat jauh lebih mudah dibanding dengan satu dua dekade yang lalu yang lebih mengandalkan telepon meja dan surat. Kini dengan adanya jaringan maya (internet), jaringan sosial itu bisa dilakukan secara lebih cepat, lebih luas dan lebih rapi. Menjangkau dunia di jaman sekarang hanya hitungan detik, dengan berbagai informasi yang lengkap.

Pengusaha dikenal pandai bergaul untuk memperluas jangkauan dagangnya. Politisi adalah orang-orang yang mempunyai jaringan luas, mulai dari pusat sampai dengan daerah yang paling lokal. Pegawai negeri jelas mempunyai jaringan yang luas juga. Seragam yang dikenakan dan ”persamaan nasib” sering membuat hubungan mereka dekat. Inilah modal-modal sosial yang mempunyai potensi untuk melakukan tindakan korupsi. Penegak hukum harus memperhatikan hal ini dalam melakukan tugasnya.

Strategi untuk Memaksimal-

Garis besar

Dokumen terkait