• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyaksikan Babak Lanjutan Dinamika Partai Golkar

R

ibut-ribut Partai Golkar (istilah kerennya dinamika), memberikan beberapa catatan penting terhadap perilaku partai politik di Indonenesia. Betapapun dinamikanya itu, tetap memberi sumbangan penting yang akan mampu mengolah pemikiran bagi generasi politisi mendatang. Dimanapun, generasi baru politisi selalu memakai patokan masa lalu untuk melangkah. Positifnya diambil, negatifnya dibuang atau dicari sintesa dari hal tersebut. Jadi, ada juga keberuntungannya bagi masyarakat terhadap keributan di Partai Golkar yang terjadi sekarang ini.

Ada dua pendapat penting yang muncul dari partai ini. Kelompok pertama menginginkan agar partai ini tetap konsisten sebagai pendukung Prabowo-Hatta. Ringkasnya apabila gugatannya di Mahkamah Konstitusi berhasil, maka kelompok ini akan bergabung di pemerintahan Prabowo-hatta kelak. Kalau gugatannya itu gagal maka Partai Golkar akan berada di luar pemerintahan Indonesia. Kelompok kedua, mereka (para elit partai itu), menginginkan tidak bergabung dengan kelompok Prabowo-Hatta. Mereka yang beraliran ini masih belum jelas kedudukannya, apakah hendak mendekati Joko Widodo- Jusuf Kalla atau sekedar mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan kebergabungan partai itu kepada kontestan Prabowo-Hatta. Dalam kelompok ini juga secara tersamar kedengaran ada yang mengatakan kalau partai Golkar itu sekarang menjadi relawan,

sebuah fungsi yang dipandang sangat jauh dari itrah pendirian partai

kelihatan nada yang ingin memihak Jokowi-JK dan ingin bergabung dengan pemerintahan kelak. Alasannya, Golkar selalu duduk di pemerintahan. Disinilah inti dari berbagai dinamikan internal Partai Golkar tersebut.

Sebagai sebuah lembaga politik yang begitu berpengaruh, sesungguhnya Golkar sekarang ibarat teater. Artinya sebuah adegan yang cukup nikmat ditonton dan ditunggu pementasannya. Generasi kelahiran dekade lima puluh dan enampuluhan telah tahu dan mengerti sepak terjang Golkar, paling tidak sejak paruh kedua decade tujuh puluhan. Prestasi mencengangkan dari partai ini sesungguhnya tidak terlihat pada tiga decade awal (sejak enampuluhan samapai delapanpuluhan), tetapi tepat pada akhir abad ke-20.

Ketika Orde Baru jatuh, Golkar secara politik ternyata tidak jatuh. Kalau pada masa sebelumnya Golkar kuat karena dipandang ditopang oleh Soeharto, tahun 1999 itu Soeharto jatuh tetapi Golkar masih mampu mencengkram lembaga legislative. Logika yang mengatakan Golkar identik dengan Soeharto runtuh disini. Dan cengkraman itu masih hingga sekarang. Pertunjukan itu boleh dikatakan sebagai babak kedua dari kehidupan Golkar dari masa kelahirannya sebagai babak pertama. Babak ketiga seharusnya dimainkan Partai Golkar sekarang. Partai ini mempunyai pemain yang cukup banyak dengan keterampilan yang juga banyak.

Maka babak ketiga ini adalah mencoba mempertunjukkan kepiawaiannya sebagai pemain oposan (di luar pemerintah), tetapi yang benar-benar menunjukkan keeksistensiannya sebagai partai politik yang pro-rakyat. Dengan konteks ini, silang sengkarut pendapat di partai Golkar bisa didorong untuk memilih berada di luar pemerintahan, tidak usah mengikuti garis pemerintah. Praktik dan perilaku politik Golkar sebagai “orang” luar pemerintahan inilah yang akan dilihat dan ditonton oleh masyarakat. Jika PDI Perjuangan sebelumnya pernah mempraktikkan hal seperti itu, maka giliran Golkar lah yang kini mempraktikkan. Gaya mengambil kebijakan, prioritas keputusan yang diambil, strategi wacana yang dikeluarkan sampai pilihan politik di parlemen, semuanya akan menjadi tontonan dan kemudian dibandingkan oleh masyarakat. Apabila partai ini kemudian mampu memberikan contoh dan inspirasi yang baik,

maka komplitlah sudah pengaman Golkar. Apabila sebaliknya, ada pembelajaran menarik yang bisa dipakai untuk memperkuat langkah di depan.

Menjadi “oposisi” jelas tidak sekedar menyalahkan dan menghadang kebijakan pemerintah. Peran yang dipegang lebih banyak pada kemampuan memberikan pilihan alternatif lebih baik kepada pemerintah untuk ditujukan kepada masyarakat. Kesempatan memperlihatkan diri sebagai partai intelek, justru akan terlihat ketika berperan sebagai oposisi. Artinya partai yang mengungkapkan data dan argumentasi terhadap pilihan akan mampu lebih meyakinkan masyarakat di jaman serba terbuka dan serba cepat ini. Karena itulah partai yang mempunyai kekuatan litbang (penelitian dan pengembangan) yang lebih kuat, berkesempatan menjadi partai terbaik dan mendapatkan kepercayaan social di masa mendatang. Jika dilihat perkembangannya, sector apapun menggunakan lembaga litbang untuk meningkatkan prestasi. Termasuk dunia olahraga. “Oposisi” yang dimaksudkan disini adalah oposisi yang konstruktif, mampu memberikanmasukan dan inspirasi kepada masyarakat. Jadi, bukan partai yang as all menyalahkan pemerintah atau menghadang kebijakan pemerintah yang kemudian membuat mirip dengan partai balas dendam. Rakyat akan ketakutan dengan cara-cara seperti ini.

Bagaiamana kalau partai ini masuk ke pemerintahan? Kalau pasangan Prabowo-Hatta kelak memenangkan gugatannya di Mahkamah Konstitusi, sebagai partai penyokong terbanyak sudah sewajarnya masuk ke dalam pemerintahan. Ini merupakan hal logis dari adanya “koalisi” itu untuk mendukung pasangan calon presiden tersebut. Akan tetapi apabila pasangan Jokowi-JK tetap dinyatakan sebagai pemenang pemilu presiden 2014 ini, maka Partai Golkar

secara kesatuan harus berikir banyak. Keluar dari koalisi kalah dan

bergabung dengan koalisi pemenang sedikit banyak mengundang kritik dan cibiran.

Kendati politik sering dikatakan tidak mengenal rasa malu, akan tetapi di jaman sekarang ini hal itu harus diperhatikan. Kritik dan cibiran tersebut akan mampu menurunkan derajat partai. Jangan lupa juga bahwa kebebasan yang ada di Indonesia sekarang tidak hanya kebebasan mengungkapkan pendapat tetapi juga kebebasan

untuk mendirikan partai politik. Artinya, partai politik yang ada itu sudah demikian banyak sehingga orang bebas memilih partai mana yang mereka suka. Ini juga menjadi ancaman bagi para penggiat partai di masa depan.

Jadi, haruslah ditunggu bagaimana pertunjukan yang diper- lihatkan Partai Golkar, pemeran politik paling besar dalam sejarah Republik Indonesia. 

Membuang Kesempatan

Garis besar

Dokumen terkait