• Tidak ada hasil yang ditemukan

Presiden Dalam Mata “Pancingan’ Relawan

M

asing-masing calon pasangan presiden mempunyai tim relawan untuk membantu sukses mereka dalam pemilihan tanggal 9 Juli yang lalu. Sampai saat ini relawan itu tetap masih ada, meskipun pemilihan presiden sudah usai dan Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla tampil sebagai pemenang, meski Mahkamah Konstitusi masih melakukan sidang untuk memutus perkara sengketa pemilu yang diajukan oleh pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. Berbeda dengan tim sukses yang dibentuk oleh pasangan calon presiden, relawan ini benar- benar datang dari rakyat. Mereka mempunyai karakter tersendiri, yakni dibentuk secara spontan, untuk mendukung junjungannya, rela tanpa upah dengan tujuan mensukseskan dukungannya meraih cita-cita. Dalam hal ini adalah menjadi presiden. Terhadap pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, itu misalnya terlihat ketika ada konser musik yang diselenggarakan di Stadion Senayan. Apabila pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla kelak tetap terpilih menjadi presiden setelah Mahkamah Konstitusi menetapkan keputusannya, maka relawan ini mempunyai potensi bagus untuk tetap dipertahankan.

Kemunculan relawan pemilu pilpres tahun 2014 ini boleh dikatakan sebagai gejala sosial menarik karena mempunyai sifat meluas dan berada di ibu kota negara. Dikatakan meluas karena begitu banyaknya orang hadir dan menyatakan dirinya sebagai relawan (katakanlah untuk Jokowi-JK). Penuh sesaknya stadion Gelora Bung Karno oleh relawan Jokowi ini menjadi salah satu indicator meluasnya itu. Apabila dalam satu hari mampu memenuhi

stadion sampai melebihi 200.000 orang, ini merupakan bukti cukup untuk mengatakan fenomena itu meluas. Dalam konteks social, bisa dikatakan meluas dan membludaknya orang itu merupakan janji tidak terkatakan, terucapkan tentangsuatu dukungan yang sama. Artinya ada kesamaan pendapat yang kemudian mendapatkan momentum secara bersama-sama. Ada tempat untuk mengutarakan itu. Di dalam suatu yang tidak kelihatan itu, mungkin terselip ada ketidakpuasan terhadap keadaan yang ada. Misalnya kesenjangan kehidupan, ketidakadilan, kesesakan hidup di ibu kota sampai dengan ketidakadilan politik. Harapan mereka tentu kepada tokoh bersangkutan berbagai ketimpangan itu akan mampu diselesaikan. Inilah fenomena munculnya sukarelawan Jokowi-JK di Stadion Utama Bung Karno itu.

Bahwa fenomena itu muncul di ibukota negara, membuktikan masalah-masalah yang diungkapkan diatas banyak ada di ibu kota negara (Jakarta). Mungkin dalam sukarelawan itu tidak banyak berasal darii golongan kelas menengah atas. Akan tetapi mungkin juga ada yang berasal dari golongan tersebut, meskipun sedikit. Jumlah elit sebagai relawan tidak terlalu penting karena mereka justru mampu menggerakkan masyarakat dan meyakinkan golongan menengah ke bawah. Kehadirannya menjadi legitimasi bagi rakyat kecil untuk mengungkapkan perasaannya. Yang paling penting justru kehadiran fenomena itu di ibukota negara. Dalam satu negara, ibukota adalah pusat, core sector dari seluruh negara. Ibukota merupakan mata dan jantung dari berbagai pergerakan nasional. Karena fungsinya seperti itu, maka berbagaii peritiwa yang terjadi di ibukota negara, akan menjadi inspirasi di daerah-daerah. Pengaruh berbagai peristiwa itu akan meluas ke daerah. Dengan demikian, adanya fenomena relawan di ibukota negara itu pasti berpengaruh di daerah-daerah. Artinya akan tumbuh juga relawan-relawan calon pasangan presiden di daerah. Meskipun jumlah relawan di satu daerah tidak sama dengan apa yang ada di ibu kota negara, akan tetapi secara akumulatif, jumlah itu akan melebihi dengan apa yang ada di ibu kota negara. Di Indonesia, jumlah keseluruhan relawan di 34 (33) propinsi akan melebihi jumlah relawan di Jakarta.

Indonesia?

Relawan adalah pendukung dari calon pasangan presiden. Koheren dengan dukungan itu adalah langkah dan pilihan kebijakan dari calon presiden. Ada kesepakatan yang awalnya diam-diam dan kemudian terbuka saat kumpul berasama terhadap kebijakan presiden. Maka, apabila calon presiden dukungannya itu mampu memenangkan pemilihan umum, sudah seharusnya para relawan ini juga mendukung segenap kebijaksanaan dari presiden terpilih dukunganya itu. Disinilah kemudian manfaat relawan ini dalam pemerintahan Republik Indonesia. Relawan ini melanjutkan dukungannya saat junjungannya itu telah terpilih menjadi presiden. Tantangan paling besar dari para relawan ini justru terletak manakala junjungannya itu berhasil mencapai cita-citanya.

Cerita tentang relawan di tingkat pemilihan bupati sering kali terjadi masalah setelah keterpilihan tersebut. Banyak mereka-mereka itu ternyata relawan palsu yang menginginkan “hadiah” setelah tercapai cita-cita junjungannya. “Hadiah” itu bisa dalam bentuk posisi jabatan, pegawai negari, bahkan sampai dengan permintaan uang. Celakanya tokoh-tokoh relawan inilah yang menjadi masalah karena sang tokoh menginginkan posisi dan kedudukan tersebut. Cerita mengenai dipukul dan ditempelengnya bupati terpilih setelah tidak mendapat “hadiah” pernah terlontar di masyarakat. Cerita relawan yang meminta kanaikan kedudukan, pegawai negeri sampai minta “honor” itu jelas bukan relawan murni. Mereka adalah seorang petualang atau pengemis jabatan dengan bungkus mendukung calon politisi.

Relawan adalah orang yang benar-benar mampu memberikan dukungannya dengan sukarela. Maka, ketika misalnya Jokowi-JK telah pasti menduduki jabatan sebagai presiden dan wakil presiden, relawan ini tidakk boleh menjadi pengemis jabatan. Mereka benar- benar secara sukarela membantu penmerintahan dengan ikut memasyarakatkan berbagai kebijakan pemerintah. Tahu tentang bagaimana kondisi masyarakat dan tahu dengan bagaimana kondisi pemerintah. Mereka harus bisa menjelaskan kepada masyarakat soal keterlambatan kebijakan kemiskinan (misalnya) karena pemerintah masih disibukkan oleh urusan daerah tertinggal (misalnya). Mereka

juga harus mampu mengenal karakter masyarakat setempat untuk lebih mudah menjelaskan hal-hal yang sifatnya urgen tersebut. Sebagai relawan yang menyebar di seluruh negara maka mereka- mereka yang ada di daerah inilah yang mempunyai kedudukan penting sekarang, disaat junjungan mereka telah menjadi presiden. Bagaimanapun, keputusan pemerntah tersebut bertujuan harus sampai di daerah. Di dalam system pemerintahan Indonesia sekarang, dimana otonomi ada pada tingkat kabupaten, maka relawan ini juga harus mempunyai kedekatan hubbungan dangan pemerintah daerah tingkat II. Tanpa itu, akan percuma disebut relawan. Mereka yang meminta jabatan dan kedudukan, tidak beda dengan pengemis intelektual. 

Saling Membagi Informasi

Garis besar

Dokumen terkait