• Tidak ada hasil yang ditemukan

553Ataukah engkau takut jika alasan-alasan “ulama Shighar yang jumlahnya lebih sedikit’ itu

Dalam dokumen PERAN HIZBIYYIN DALAM DAURAH MASYAYIKH YORDAN (Halaman 111-113)

dalam mentahdzir Ihya’ut Turots engkau sebutkan pula, maka umat dapat dengan mudah mengetahui mana pendapat yang lebih “rajih” dari permasalahan “khilaf ijtihadiyyah” tentang Ihya’ut Turots?!

Kalau engkau sedikit ilmiyyah, tentu akan engkau tunjukkan kesalahan dan kelemahan tahdzir dan bukti-bukti kesesatan serta penyimpangan Ihya’ut Turots yang disampaikan oleh Syaikh Muqbil Rahimahullah, Syaikh Rabi’ Hafidhahullah, Syaikh Khalid Raddadi Hafidhahullah, Syaikh Ahmad Najmi Hafidhahulah, Syaikh Muhammad bin Hadi Hafidhahullah, Syaikh Ayyid Asy-Syamiri Hafidhahullah dan beberapa “murid-murid ulama Kibar” lainnya. Adapun hanya sekedar “menyebutkan kemaslahatan-kemaslahatan yang di dapatkan jika bermu’amalah dengan yayasan ini” tanpa menyebutkan kemudharatan- kemudharatan yang karenanya para “murid-murid ulama Kibar” mentahdzirnya?! Duhai alangkah ilmiyyahnya jalan tarjih yang sedang engkau tempuh!

Walhasil, keberanian As-Soronji untuk “menghadapi” Salafiyyin dengan berupaya “menetralisir” tahdzir yang dilakukan oleh “murid-murid ulama Kibar yang jumlahnya lebih sedikit” itu hanyalah bermodalkan sebuah risalah berjudul: “Syahaadaat Muhimmah li Ulama’ al-Ummah fi Manhaj wa A’maal wa Isdaaraat Jum’iyyah Ihyaa’ at-Turots al-Islami” (Lerai…, hal.226)!! Kita tidak tahu, kenapa Firanda tidak menyebutkan keterangan lebih lengkap bahwa risalah ini diterbitkan oleh Kantor Pusat Ihya’ut Turots di Qurtuba, Kuwait. Sengaja atau tidak, penyebutan lebih lengkap tentang penerbit risalah ini hanyalah akan mengundang komentar umat :”Ooo ternyata buku propaganda Ihya’ut Turots, pantas…”.

Beberapa ulama “shighar” telah dihubungi untuk mengetahui komentar mereka tentang buku terbitan kantor pusat Ihya’ut Turots ini yang dijadikan rujukan utama oleh Firanda, secara umum mereka menyatakan bahwa buku ini “hanyalah talbis Ihya’ut Turots” semata. Jika demikian waqi’nya, maka pantas saja Salafiyyin di negeri-negeri Arab dan sekitarnya “tenang-tenang saja” walaupun Ihya’ut Turots mengeluarkan buku ‘sedahsyat ini”. Kenapa? Karena mereka sudah tahu betul dan paham trik-trik yang dilakukan oleh yayasan Hizby ini untuk mentalbis umat. Buku yang tidak laku di pasaran luar negeri tadi akhirnya oleh Firanda diekspor ke Indonesia dan dielu-elukan sebagai “Buku Emas56” oleh Abu Salma dan orang-orang yang semanhaj dengannya. Allahul Musta’an. Betapa tidak, bukankah umat Islam Indonesia yang jauh jaraknya dari ulama menjadi potensi besar untuk melemparkan talbis “Tazkiyah Kibar Ulama terhadap Ihya’ut Turots”?! Siapa pula yang menyangsikan bahwa Kibar ulama adalah orang-orang yang sangat dihormati oleh Salafiyyin?

Hanya saja Firanda lupa bahwa Salafiyyin Indonesia tidaklah terputus hubungannya dengan saudara-saudara mereka yang ada di Jazirah Arab dan sekitarnya terutama saudara- saudara mereka di Kuwait yang menjadi basis terdepan dalam menghadapi serangan Ihya’ut Turots! Merekalah yang akan “membocorkan” trik-trik jahat” dan “talbis-talbis beracun” Ihya’ut Turots kepada saudaranya, Salafiyyin di Indonesia. Jazakumullahu khairan katsira.

kalangan mereka] bahwa kita tidak memiliki dakwah selama Muqbil masih di Yaman. Na’am, ini ni’mat dari Rabb-ku, karena kamu telah memisahkan dirimu sendiri wahai orang yang berkata ’bahwa kita tidak memiliki dakwah di Yaman selama Muqbil masih di Yaman’ (www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=548)

Dan sekarang lihatlah wahai saudaraku, bagaimana Firanda begitu heroiknya dalam membela Ihya’ut Turots dan berusaha mematahkan statemen Syaikh Muqbil dan “murid-murid ulama kibar” tentang “dakwah pecah belah umat” yang dilakukan oleh yayasan tersebut.

Firanda berkata: “Jawabnya: Perpecahan tersebut tidaklah terjadi kalau saja kita bersikap benar dalam menghadapi perbedaan pendapat yang ada di kalangan ulama Ahlus Sunnah. Salaf memiliki manhaj dalam menyikapi orang- orang yang berselisih dengan mereka dalam permasalahan khilafiyyah ijtihadiyyah…”

Bahkan Firanda melakukan “serangan balik”: ”Selanjutnya kita balik pernyataan kalian. Keadaan kalian yang melakukan tahdzir dan hajr tanpa pengikuti aturan yang benar itulah yang menimbulkan perpecahan di kalangan Salafiyyun. Karena antum menyelisihi manhaj salaf dalam menyikapi masalah khilafiyyah ijtihadiyyah. Apakah maslahat yang antum dapatkan dari tahdzir yang antum lakukan selain fitnah di kalangan Ahlus Sunnah?” (Lerai…, hal. 246-247). Tampaknya, Syaikh Muqbil Rahimahullah dan murid-murid ulama kibar –di sisi Firanda- masihlah “harus belajar lagi di alam nyata” untuk benar-benar meyakini bahwa dakwah Ihya’ut Turots adalah dakwah yang memecahbelah umat, kenyataannya? Justru sikap beliau “yang melakukan tahdzir dan hajr tanpa pengikuti aturan yang benar itulah yang menimbulkan perpecahan di kalangan Salafiyyun. Karena antum menyelisihi manhaj salaf dalam menyikapi masalah khilafiyyah ijtihadiyyah. Apakah maslahat yang antum dapatkan dari tahdzir yang antum –wahai Syaikh Muqbil Rahimahullah- lakukan selain fitnah di kalangan Ahlus Sunnah?”Allahul Musta’an. 56

Sepengetahuan penyusun, tidak ada kitab terbaik sekalipun hasil karya para Ulama Ahlul Hadits Ahlus Sunnah yang dipuji oleh para ulama lainnya sebagai “Buku Emas”!! Dan lihatlah, “Buku Emas” itu sekarang tlah berubah menjadi “besi tua” yang hanya dilihat sebelah mata oleh umat. Ternyata hanyalah emas sepuhan…mudah pudar terbuka diterpa hujjah yang nyata

Benarlah apa yang dinyatakan oleh Syaikh Ahmad As-Siba’i Al-Kuwaity Hafidhahullah kepada Al-Akh Abdurrahman : ”Kami Kuwaitiyyin lebih tahu tentang Ihya’ut Turots, anda?”

Bukanlah hal yang baru bahwa Hizbiyyin ketika mentalbis umat (kalau perlu) mereka bawakan fatwa-fatwa Kibar Ulama untuk mendukung mereka, tidak perlu dibahas bagaimana cara mendapatkan fatwa tersebut. Yang penting tazkiyah telah tergenggam di tangan.

Sebenarnyalah bahwa ”trik” Firanda dengan ”menaiki kendaraan” yang dibuat di Kantor Pusat Ihya’ut Turots untuk menghantam Salafiyyin bukanlah hal yang benar-benar baru. Berkali-kali ”siasat” seperti ini dilakukan oleh Hizbiyyun lainnya, hanya saja hasilnya tetaplah nol besar, umat tidak mampu mereka kecoh, apalagi ulama’nya,Walhamdulillah.

Strategi ini telah dilakukan terlebih dahulu oleh kalangan Hizbiyyun lainnya, bersembunyi dibalik fatwa atau pujian Kibar ulama. Namun demikian, apakah Hizbiyyun mampu menyelamatkan penyimpangan manhajnya dengan cara seperti itu? Lihatlah..

”Bahkan Hasan Al-Banna yang dipuji Syaikh Ibnu Al-Jibrin –seorang ulama anggota Kibarul Ulama-57 telah dikomentari dengan perkataan yang amat tendensius. Zaid bin Muhammad bin Hadi berkata tentang Hasan Al Banna, ”Bahwasanya tidak diperkenankan bagi setiap orang untuk menghormati, bahkan menjadikannya seorang imam yang dipanuti dalam akidah maupun akhlak, ibadah dan manhaj dakwahnya karena terdapat kesalahan fatal yang dibenci ulama as Salafiyyin ar Rabbani dalam beberapa segi itu”(Al-Ikhwanul Muslimun Mendhalimi..., hal.69-70).

Demikian pula pembelaan Syaikh Abdullah Al-JibrinHafidhahullah dan Syaikh Bakr Abu Zaid Hafidhahullah (keduanya adalah anggota Hai’ah Kibarul Ulama) terhadap Sayyid Quthb telah dijadikan tameng oleh Ikhwanul Muslimin untuk menutupi tabir penyimpangan mereka. Farid Nu’man Al-Ikhwani berkata:

”Cukuplah bagi kita ucapan Syaikh Ibnu Al-Jibrin yang telah membaca buku-buku Syaikh Rabi’ yang berisi bantahan terhadap Sayyid. Ia berkata, ”Saya telah membaca tulisan Syaikh Rabi’ Al-Madkhaly tentang bantahan terhadap Sayyid Quthb, tetapi saya melihat tulisannya itu sebagai pemberian judul yang sama sekali jauh dari kenyataan yang benar. Oleh karena itu, tulisan tersebut dibantah Syaikh Bakr Abu Zaid (lihat lampiran)” (ibid, hal.141-142).58

Inilah ”khilafiyyah Ijtihadiyyah” berikutnya:

”Imam Kabir Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz –mantan mufti kerajaan Saudi dan Ketua Hai’ah Kibarul Ulama- berkata, ”Buku-bukunya (Al- 57

Lebih lengkapnya, lihat pembelaan beliau terhadap Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb dan Abdurrahman Abdul Khaliq serta bantahan terhadap pembelaan ini di kitab:”Malhudhot wa Tanbihat ‘ala Fatawa Fadhilatusy Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin wafaqahullahu Ta’ala fi Difa’ihi ‘an:Hasan Al-Banna wa Sayyid Quthb wa Abdurrahman Abdul Khaliq wanuqaduhu lima Katabahu haulahum Fadhilatusy Syaikh Rabi’ bin Hadiy Al-Madkhaliy” yang ditulis oleh SyaikhTsaqil bin Shalfiq Al-Qasimiy Adh-Dhufairiy. Sayangnya, hal-hal seperti ini dan beberapa contoh yang akan kita kemukakan menurut kaidah Firanda hanyalah khilafiyyah Ijtihadiyyah. Jangan kaget kalau dia akan mencecar anda dengan pernyataan maupun pertanyaan yang menohok! “Mungkinkah para ulama (kibar) mengeluarkan pernyataan tanpa ilmu dan tanpa mengetahui realita?! Bukankah ini termasuk mengikuti hawa nafsu?”(Lerai…, hal.225-226). “Ini mirip dengan cara hizbiyyin dalam menolak fatwa-fatwa para ulama Kibar dengan tuduhan mereka tidak mengetahui fiqhul waqi’, sehingga fatwa mereka mentah, tidak sesuai dengan kenyataan yang ada” (ibid, hal.225). ”Pernyataan ini secara tidak langsung menuduh bahwa para ulama kibar tidak mengetahui fiqhul waqi’ dan tidak tahu medan dakwah..” (ibid, hal.224). Dan tentu saja Firanda akan menjustifikasi pendapatnya dengan pernyataan:”Jika para ulama kibar yang memberikan rekomendasi saja bisa keliru dan salah, (apalagi) para ulama yang notabene mereka adalah murid-murid para ulama kibar tersebut tentunya kemungkinan untuk salah dan keliru lebih besar lagi”(ibid, hal.234-235).

Tidakkah anda perhatikan wahai saudaraku bahwa buku Firanda ini dalam “dialog-dialog imajinernya” benar-benar mengekspolitasi berbagai “kemungkinan” dan (sama sekali!) tidak menyentuh substansi permasalahan kenapa” murid-murid ulama kibar” tersebut mentahdzir Ihya’ut Turots dan apa bukti-bukti nyata (tidak hanya berputar-putar tentang kemungkinan-kemungkinan saja!) yang mendukung sikap dan tahdzir para ulama yang jumlahnya sedikit tersebut! Bagaimana mungkin Firanda hendak Melerai Pertikaian ini sementara dirinya “berangkat dari Kantor Pusat Ihya’ut Turots di Qurtuba-Kuwait”?!!Allahul Musta’an.

58

“Pembelaan Syaikh Bin Jibrin dan Syaikh Bakr Abu Zaid Hafidhahumallah ini juga dinukil oleh Abduh Z.A. (yang salah satu bukunya direkomendasi oleh Caldok Muhammad Arifin) dalam buku pembelaan terhadap kelompok- kelompok sempalan “Siapa Teroris?…, hal.317-319, 321-322) Alangkah miskinnya Farid Nu’man Al-Ikhwani dan Abduh Zulfidar Akaha Al-Ikhwani yang masih saja menggunakan pembelaan usang sementara pemiliknya sendiri (Syaikh Bakr Abu Zaid) telah rujuk dari pendapatnya ini! Ternyata beliau baru tahu bahwa Ikhwanul Musliminlah yang telah menyebarkan “lembaran” tadi di Yaman dan negeri lainnya dengan disertai foto Sayyid Quthb dan diberi judul “Nashihah Adz-Dzahab/Nasehat Emas”. Cukuplah bagi beliau dengan mengetahui kesalahannya dari orang-orang yang menyebarkan kertas itu. Ternyata mereka adalah musuh Syaikh Bakr sendiri, musuh manhaj yang Haq”. Kita menunggu, bagaimana sikap Firanda terhadap Khilafiyyah Ijtihadiyyah ini?!Allahul Musta’an.

555

Dalam dokumen PERAN HIZBIYYIN DALAM DAURAH MASYAYIKH YORDAN (Halaman 111-113)

Garis besar

Dokumen terkait