• Tidak ada hasil yang ditemukan

555Qaradhawy-peny) memiliki bobot ilmiyah dan sangat berpengaruh di dunia Islam.”

Dalam dokumen PERAN HIZBIYYIN DALAM DAURAH MASYAYIKH YORDAN (Halaman 113-115)

Imam al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albany –ahli hadits terkemuka abad duapuluh- berkata, ”Saya diminta (al Qaradhawy) untuk meneliti riwayat hadits serta menjelaskan kesahihan dan kedha’ifan hadits yang terdapat dalam bukunya (Halal wal Haram).Hal itu menunjukkan ia memiliki akhlak yang mulia dan pribadi yang baik. Saya mengetahui itu semua secara langsung. Setiap dia bertemu saya dalam satu kesempatan, ia akan selalu menanyakan kepada saya tentang hadits atau masalah fiqh. Dia melakukan itu agar ia mengetahui pendapat saya mengenai masalah itu dan ia dapat mengambil manfaat dari pendapat saya tersebut. Itu semua menunjukkan kerendahan hatinya yang sangat tinggi dan kesopanan dan adab yang tiada tara. Semoga Allah Swt mendatangkan manfaat dengan keberadaannya59. Mengapa pengikut kedua Syaikh itu tidak mengambil manfaat dari kesaksian mereka?”(ibid, hal.182)60. ”Syaikh Al-Albany telah menjadi saksi ketawadhu-an dirinya” (ibid, hal.174).

Akhirnya:”Sesungguhnya Syaikh Bin Bazz dan Syaikh Al-Albany telah menjadi saksi tentang pribadi Al-Qaradhawy seperti yang telah disebutkan sebelumnya”(ibid, hal.221). Aih, Ikhwanul Muslimin telah membawa ”tazkiyah” Syaikh Biz Bazz dan Syaikh Al-Albani terhadap Al-Qaradhawy!! Yassalam.

Farid Nu’man Al-Ikhwani melanjutkan: ”Namun, justru sering muncul pandangan subyektif dari sebagian kecil kalangan yang gemanya melebihi suara aslinya. Lucunya, mereka bukanlah ulama, melainkan thalibul ilmi (penuntut ilmu). Kenyataannya hanya orang besar yang dapat menghargai orang besar. Mereka tidak lebih dari sekelompok anak-anak muda –dengan dukungan beberapa Syaikhnya- yang baru belajar beberapa kitab salaf (klasik). Sayangnya lidah mereka menjulur melebihi ilmunya...”(ibid, hal.175) Disana, ada fatwa lain dari ”murid-murid Kibar ulama yang mewakili pandangan subyektif sebagian kecil kalangan” tentang petinggi Ikhwany ini. Syaikh Muqbil Rahimahullah bahkan menulis satu kitab khusus tentangnya yang berjudul: ” “Iskatu Kalbun awi fi Raddi ‘ala Yusuf Al-Qaradhawi”, Mendiamkan Anjing Menggonggong sebagai Bantahan Kepada Yusuf Qaradhawi!!

Masih komentar tentang Qaradhawy, ”Sayangnya, Asy-Syaikh Ali Hasan Al-Atsary hafizhullah -kami mencintainya karena Allah ’Azza wa Jalla- pun ikut-ikutan merendahkan Syaikh Al- Qaradhawy dengan menyebutnya sebagai salah satu tokoh rasionalis abad modern yang mendahulukan akal di atas nash....Adapun guru Syaikh Ali –Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albany rahimahullah- justru memuji Al-Qaradhawy dalam mukadimah bukunya, Ghayatul Maram fi Takhrijil Halal wal Haram” (ibid, hal.178-179).

Tapi sudahlah wahai saudaraku, karena Firanda akan segera ”mendatangi anda” untuk menyodorkan pernyataan bahwa hal ini adalah permasalahan ”Khilafiyyah Ijtihadiyyah”!! Dan dia akan ”menakut-nakuti anda” dengan pertanyaannya (bandingkan:Lerai..., hal.237-238) :”Lantas kenapa antum tidak sekalian men-tahdzir atau bahkan meng-hajr ”Syaikh Bin Bazz” dan ”Syaikh Al-Albany” yang memberi rekomendasi kepada Al-Qaradhawy? Bukankah para Syaikh inilah yang menjadi sebab terbukanya pintu untuk bekerjasama dengan Al-Qaradhawy (gembong Ikhwani), yaitu dengan adanya rekomendasi (baca:pujian) mereka kepada Al- Qaradhawy ini? Adapun orang-orang yang bermu’amalah dengan Al-Qaradhawy –gembong Ikhwani- hanyalah merupakan akibat (dampak) dari rekomendasi tersebut. Kenapa kalian begitu gencarnya memerangi akibat dan tidak memerangi sebab sumber ”malapetaka”?” Apakah pertanyaan ”kritis” seperti ini, wahai Firanda?

Firanda juga berkata secara ”provokatif”:”Lantas kenapa antum tidak sekalian saja mentahdzir atau bahkan menghajr Syaikh Fauzan dan Syaikh Alusy Syaikh yang memberi 59

Muhammad Nashiruddin Al-Albany, Ghayatul Maram fi Takhrijil Hadits Halal wal Haram, hal.14 60

Itu adalah komentar Farid Nu’man setelah membawakan “tazkiyah” Syaikh Bin Bazz dan Syaikh Al-Albany Rahimahumallah terhadap Qaradhawy, gembong besar Ikhwanul Muslimin. Adapun Firanda? Apakah dia juga akan “tega” mencecar Salafiyyin dengan ucapan:” “Mungkinkah para ulama (kibar) mengeluarkan pernyataan tanpa ilmu dan tanpa mengetahui realita?! Bukankah ini termasuk mengikuti hawa nafsu?”(Lerai…, hal.225-226). “Ini mirip dengan cara hizbiyyin dalam menolak fatwa-fatwa para ulama Kibar dengan tuduhan mereka tidak mengetahui fiqhul waqi’, sehingga fatwa mereka mentah, tidak sesuai dengan kenyataan yang ada” (ibid, hal.225).”Pernyataan ini secara tidak langsung menuduh bahwa para ulama kibar tidak mengetahui fiqhul waqi’ dan tidak tahu medan dakwah..”(ibid, hal.224). Dan tentu saja Firanda akan menjustifikasi pendapatnya dengan pernyataan:”Jika para ulama kibar yang memberikan rekomendasi saja bisa keliru dan salah, (apalagi) para ulama yang notabene mereka adalah murid-murid para ulama kibar tersebut tentunya kemungkinan untuk salah dan keliru lebih besar lagi”(ibid, hal.234-235). Lalu dimana Al-Haq itu berada wahai Firanda kalau setiap perbedaan pendapat ternyata “engkau bungkam” dengan kaidah “Khilafiyyah Ijtihadiyyah”mu?!Allahul Musta’an.

rekomendasi kepada yayasan tersebut? Bukankah para Syaikh inilah yang menjadi sebab terbukanya pintu untuk bekerjasama dengan yayasan tersebut, yaitu dengan adanya rekomendasi mereka kepada yayasan ini? Adapun orang-orang yang bermuamalah dengan yayasan tersebut hanyalah merupakan akibat (dampak) dari rekomendasi tersebut. Kenapa kalian begitu gencarnya memerangi akibat dan tidak memerangi sebab sumber ”malapetaka”?..” (Lerai..., hal.237-238).

Saudaraku, jangan anda termakan ”provokasi” Firanda untuk mentahdzir bahkan menghajr Syaikh Fauzan dan Syaikh Alusy Syaikh!! Kenapa? Karena ini adalah kesalahan fatal dan anda memasuki lubang perangkapnya!! Cap Haddady telah menanti anda!! Dan demikianlah adanya sikap ghuluw Haddadiyyin yang harus kita enyahkan!! Bagaimana mungkin Salafiyyin dipaksa untuk memberikan sikap yang sama antara kepada ulama Mujtahidin dengan para pengekor hawa nafsu dan Hizbiyyah?! Tentulah beda!!

Kedua, katakan dengan jujur kepada umat wahai Firanda, sejak kapan Abu Nida’, Ahmas Faiz, Abu Haidar dan pembesar pembela Ihya’ut Turots Indonesia memegang fatwa para ulama tersebut? Apakah ketika mereka tersenyum penuh kemenangan ketika Abdurrahman Abdul Khaliq melecehkan Salafiyyin pada peristiwa ”Tragedi Daurah Al-Irsyad Tengaran” mereka sudah memegang fatwa ”Khilafiyyah Ijtihadiyyah”mu? Apakah ketika mereka, Abu Mush’ab dan teman-temannya bersama-sama guru mereka, Syarif Hazza Al-Mishri menyerang dan memerangi Salafiyyin Ahlus Sunnah dan para ulamany,a mereka juga telah memegang ”kaidah sakti” Khilafiyyah Ijtihadiyyahmu? Apakah ketika mereka, Yusuf Utsman Ba’isa dan cs-nya dari kelompoknya Abu Nida’ dan Ahmas Faiz menerjemahkan dan menyebarkan selebaran keji buatan Hizby-Khabits Asy-Syaiji murid Abdurrahman Abdul Khaliq juga termasuk dari Khilafiyyah Ijtihadiyyahmu? Anak-anak ingusan ini kuatir bahwa ketika semua kejadian penyerangan hebat terhadap dakwah Salafiyyah di atas ternyata dirimu belumlah ”terlahir” di medan dakwah ini!! Engkau muncul bak pahlawan yang akan menengahi dan menyelesaikan permasalahan ini dengan kaidah Khilafiyyah Ijtihadiyyah!! Semua beres, ini hanyalah...Khilafiyyah Ijtihadiyyah,Allahu yahdik.

Sejak kapan engkau dan mereka memegang ”Syahadah Muhimmah” yang diterbitkan oleh Kantor Pusat Ihya’ut Turots? Baru kemarin ”siang”-kan?

Ketiga, apakah engkau wahai Firanda tidak menyadari bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq beserta seluruh jajaran Ihya’ut Turots Kuwait akan tersenyum bangga penuh kemenangan jika mengetahui isi buku emasmu ini?!61Allahul Musta’an.

Keempat, tidakkah engkau wahai Firanda menyadari, betapa mirip “misi yang diemban” bukunya (Lerai Pertikaian…) dengan buku Farid Nu’man (Al-Ikhwanul Muslimun Mendhalimi…)? Perhatikanlah:”Kami jumpai orang-orang yang mencela Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb, Al-Ghazaly dan Al-Qaradhawyhanyalah thalibul ilmi yang tidak meneladani syaikh-syaikh mereka yang ‘ihtiram (hormat) terhadap ulama lain. Antara Syaikh Al- Qaradhawy dan Syaikh bin Bazz maupun Syaikh Al-Albany, tidak ada masalah apa-apa. Mereka saling mencintai karena Allah Swt walau mereka tidak sedikit berbeda dalam ijtihad fiqh yang klasik maupun kotemporer. Lisan dan tulisan mereka bersih dari saling mencela.Anehnya, kalangan yang menjadikan syaikh-syaikh itu sebagai ikutan, justru amat bersemangat dan tidak ada bosannya dalam menelanjangi kehormatan tokoh- tokoh Ikhwan dalam bentuk buku, majalah, buletin dan taklim dengan alasan tahdzir (memperingatkan) umat dari kekeliruan. Apakah hanya itu amal soleh mereka ataukah mereka memang lahir untuk itu? Apakah Allah Swt telah memberikan izin kepada mereka untuk menyebut pihak lain sesat, salah, firqah, hizbiyyah bukan hizbullah, dan keluar dari manhaj salaf?”(ibid, hal.226).

61

Lihatlah wahai saudaraku ungkapan kemenangan dan “terima kasih” kaki tangan Ihya’ut Turots Indonesia kepada Abdullah Taslim dkk di situs muslim.or.id

Andi Muhammad Arief April 12th, 2006 10:31 38

Ba’da Tahmid, Tsana’ wa Sholah, saya adalah muwadhof di Jam’iyah Ihya Turots Islamy (JITI) Maktab Indonesia dan silahkan anda-anda semua membaca AD/ART nya sehingga akan tahu bagaimana itu JITI. Jazakumullah ya Ustadz Abdullah Taslim atas perjuangan menegakkan islam diatas manhaj yang benar. Saya berani bersumpah atas nama Allah bahwa Manhaj SALAF / Ahlussunnah adalah manhaj yang benar dan selamat.(Muslim.or.id, Komentar

557

Dalam dokumen PERAN HIZBIYYIN DALAM DAURAH MASYAYIKH YORDAN (Halaman 113-115)

Garis besar

Dokumen terkait