• Tidak ada hasil yang ditemukan

577berupaya menyatukan berbagai kelompok-kelompok sesat seperti Khawarij Anjing-Anjing

Dalam dokumen PERAN HIZBIYYIN DALAM DAURAH MASYAYIKH YORDAN (Halaman 135-137)

Neraka, para penganut Khurafat, Syi’ah serta menjadi shahabat dekat (bahkan!!) menjabat sebagai Syaikhnya para pejabat penjajah kafir harbi Belanda yang ketika itu menjajah dan menginjak-injak kehormatan negeri ini, “memakan” dana lotre penjajah kafir tersebut untuk kepentingan organisasinya, yang lotre tersebut notabene hasil dari merampok dan merampas kekayaan Muslimin Indonesia, bekerjasama dakwah bersama Manggush antek Belanda yang sangat besar jasanya dalam pendirian Al-Irsyad, menjadi shahabat seorang gembong besar Orientalisten-Missionaristen-Kolonialisten Snouch Hurgronje yang menjadi pahlawan dunia barat karena strategi intelijennya yang jenius sehingga berhasil menumpas perjuangan kaum Muslimin!! Walaupun pada akhirnya Belanda lari terbirit-birit dari negeri ini.Alhamdulillah. Dimana posisi “Syaikh Salafy” Surkati di masa itu (dan kita tidak perlu membandingkannya dengan kondisi di masa kini!)?! Syaikh Salafy ini berada di pihak para pejuang Islam (yang diidentifikasikan sebagai masyarakat yang berpemahaman rendah terhadap agamanya, bergelimang dengan kesyirikan dan kebid’ahan) ataukah di sisi para penjajah kafir itu?! Ataukah justru menikmati fasilitas dan jabatan ‘kerennya” sebagai Syaikh Pejabat kafir Belanda yang sedang menjajah negeri ini?! Bukankah seharusnya dia menunjukkan sikap dan aqidah Salafiyyahnya dengan gagah berani memompa semangat perjuangan kaum Muslimin Indonesia ketika itu sebagai bukti keTauhidannya yang benar?! Apalagi Surkati telah dinyatakan“Bukan saja dia seorang Salafy bahkan ‘Syaikh Salafy’ ”!!

Sekali lagi, kita tidak akan membandingkan dakwah Salafiyyah di masa Surkati dengan dakwah Salafiyyah di masa kini. Kita bahkan membaca dan menyaksikan teladan A’immah Ahlus Sunnah sebelum kita, bahkan jauh sebelum Surkati lahir!! Bukankah mereka telah berbicara di kitab-kitabnya tentang Ba’iat Bid’ah dhalalah seperti yang dipraktekkan oleh Surkati dan Al-Irsyadnya?!

Hasan Al-Banna dengan Ikhwanul Muslimin-nya telah mempraktekkan hal yang sama (Bai’at dan juga upayanya dalam mempersatukan berbagai kelompok dengan latar belakang manhaj yang berbeda-beda)78 seperti yang dilakukan Surkati untuk merealisasikan dakwah Hizbiyyahnya. Para ulama Salafiyyah Ahlus Sunnah telah menyingkap dan menulis penyimpangan-penyimpangan ini di kitab-kitab mereka (di masa kini). Apakah para ulama kita sedang mendzalimi Hasan Al-Banna “hanya karena” menunjukkan kepada umat berbagai kesesatannya dan kesesatan IM-nya agar umat menjadi waspada dan tidak terjebak oleh kesesatan organisasi politiknya dan penerus dakwah Hizbiyyahnya?!

Lebih jauh lagi, di masa Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah. Apakah“Syaik Salafy” Ibnu Taimiyyah (yang muncul beberapa abad sebelum Surkati lahir) memberikan contoh teladan kepada kita betapa beliau Rahimahullah yang menyeru dan berdakwah kepada masyarakatnya (yang ketika itu bahkan kondisinya tidak lebih buruk jika dibandingkan keadaan masyarakat di masa Surkati)79 untuk mentauhidkan Allah, menyerang kebid’ahan dan kesyirikan, menyeleksi hadits-hadits dha’if dan palsudan di saat yang sama beliau juga menjadi Syaikhnya pasukan kafir Tartar yang menjajah negeri beliau?! Meminta dan menikmati “lotre” dan kekayaan Pasukan Tartar?! Ataukah justru beliau menunjukkan sikap dan keberanian sebagai seorang “Syaikh Salafy” yang memiliki aqidah dan manhaj yang kokoh kuat dengan bangkit menjadi teladan bagi kaumnya untuk memimpin memelopori

78

Apakah karena Hasan Al-Banna besar di lingkungan yang sangat kental menganut Thariqat Hasyawiyyah sehingga dia memiliki udzur atas aqidah Sufinya?! Patut dimaklumi seruan dakwah Pan-Islamismenya?!

Dari literatur yang ditulis dan dipublikasikan oleh orang-orang Al-Irsyad SENDIRItelah membuktikan kepada kita bahwa kesamaan manhaj dakwah antara Surkati dengan Al-Irsyadnya dan Al-Banna dengan Ikhwanul Musliminnya bukanlah satu hal yang kebetulan, bahkan keduanya memiliki figur panutan dan idola “PAN- Islamisme/Wihdatul Firqah” yang sama, Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi agen rahasia Yahudi Freemasonry!! 79

Apakah Syaikhul Islam tidak menghadapi masyarakat penyembah kubur? Apakah di masa beliau tidak membantah penganut Syi’ah dengan berbagai keyakinan kufur dan syiriknya? Apakah beliau tidak menghadapi masyarakat dengan keyakinan-keyakinan khurafat? Dan perhatikan pula –wahai saudaraku- dengan kondisi masyarakat ketika Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berdakwah!! Bahkan di masa shahabatpun, mereka telah menghadapi masyarakat yang jauh lebih kufur, lebih syirik dan lebih khurafat!! Adakah mereka semuanya –Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in- berupaya merangkul dan mempersatukan berbagai sekte sesat tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh As-Surkati?! Lalu dengan tolok ukur apa para a’immah membandingkan dan menggolongkan suatu ucapan, keyakinan ataupun perbuatan termasuk sebagai tauhid atau syirik, sunnah atau bid’ah, Al-Haq ataukah Al-Batil, sesat ataukah tidak? Apakah setiap masa/kurun memiliki tolok ukur kebenaran yang berbeda-beda?! Ketika anda – saat ini- berbicara tentang kesesatan yang terjadi di masa Shahabat ataupun di masa para imam Ahlussunnah yang lampau tergolong sebagai satu bentuk kedhaliman?!Allahul Musta’an.

Kesesatan tetaplah kesesatan, baik dilakukan di masa lampau, di masa kini maupun di masa yang akan datang!! Na’udzubillah.

perjuangan menentang tentara kafir Tartar?!80 Apakah dalam memimpin kaum Muslimin ketika itu “Syaikh Salafy” Ibnu Taimiyyah juga menyeru kepada persatuan kelompok- kelompok sesat dari kalangan Syi’ah, Khurafat dan Khawarij Anjing-Anjing neraka sebagaimana seruan “Syaikh Salafy” As-Sudani?! Ataukah justru dari kitab-kitab yang beliau Rahimahullah wariskan untuk kaum Muslimin penuh dengan bantahan yang sangat luar biasa yang mampu menghancurluluhkan kesesatan-kesesatan firqah-firqah yang dinyatakan oleh Surkati sebagai “golongannya”?81

Benarkah bahwa di masanya tidak ada seorangpun yang berdakwah untuk membantah kebid’ahan dan kesesatan sehingga dijadikan alasan untuk memberikan udzur kepada Surkati atas berbagai penyelewengan manhaj yang dilakukannya?! Sungguh pernyataan ini perlu ditinjau kembali.

A.Hassan, seorang tokoh PERSIS (Persatuan Islam), bukankah Abdullah Badjerei sendiri – wahai Hizbul Irsyad!- yang menceritakan bahwa A.Hassan-lah yang membantah fatwa Surkati ketika “Syaikh Salafi” ini menghalalkan dan menerima lotre penjajah kafir Belanda untuk Al-Irsyadnya?! Ataukah A.Hassan ini hanyalah sebuah sosok manusia yang tidak pernah ada di permukaan bumi?!

Dimana KH.Mas Mansyur (tahun 1908 telah belajar di Makkah, 2 tahun kemudian masuk Al- Azhar Mesir, kemudian balik lagi belajar di Makkah dan pulang ke Indonesia tahun 1915-ibid, hal.72) “bersembunyi” ketika Surkati As-Salafy berdakwah seorang diri di negeri ini menghadapi “kaum tua”?

HOS Tjokroaminoto, bukankah dia yang telah membantah konstitusi “bid’ah” Al-Irsyad yang menyatakan bahwa golongan “Sayyid” tidak boleh menjadi pengurus Al-Irsyad?! Ataukah HOS Tjokroaminoto hanyalah sebuah “nama imaginasi” sebagai “bumbu penyedap” sepakterjang As-Surkati As-Sudani di negeri ini?!

Irsyadiyyin sendiri, Hussein Badjerei menulis: “Dengan kemenangan kaum Wahabi di Mekkah dan tumbangnya Syarif Husein, terjadilah kemudian perebutan “khilafah” antara Kairo dan Mekkah. Para ulama Al-Azhar menrencanakan Mu’tamar untuk membicarakan masalah khilafah dan mengundang beberapa pribadi orang Arab dan perkumpulan di Batavia serta Surabaya. Beberapa diantara mereka yang menerima undangan menghubungi HOS Tjokroaminoto dan mengusulkan untuk mengirim delegasi ke Kairo. Calon-calon yang akan mewakili umat Islam Indonesia ke Kairo antaranya HOS Tjokroaminoto, H.Fakhruddin (ayah A.R. Fakhruddin-mantan ketua Muhammadiyyah-peny.), Syaikh Ahmad Surkati, Suryopranoto, H.Abdul Wahab Hasbullah.”(Al-Irsyad Mengisi…, hal.114).

Kyai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923)82, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah dengan slogannya yang terkenal di kalangan mereka dalam memberantas TBC (Takhayul, Bid’ah dan Churafat). Apakah keberadaan beliau hanyalah sebuah legenda?!

Haji Agus Salim (1884-1954), yang lahir pada 8 Oktober 1884 di Minangkabau. Berkat ketekunannya ia dapat menguasai bahasa-bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Jepang dan Turki. Sedangkan bahasa lokal yang dikuasainya adalah bahasa Jawa, Minang, Melayu dan Sunda. Sikap beliau yang memelihara jenggot (di kala itu) cukup menjadikan bahan cemoohan orang-orang jahil. Pernah sekali dia harus berpidato dalam rapat umum di Pekalongan. Tiba-tiba dari arah hadirin terdengar seruan……mbeeeeek (menirukan suara kambing)…..

80

Adapun Surkati dan Al-Irsyadnya?Dia bahkan menjadi Syaikhnya para pejabat kafir harbi Belanda!! Dan …menikmati fasilitas serta kemudahannya manakala mendapatkan kesulitan-kesulitan!! Inikah Al-Wala’ wal Bara’ yang diajarkan oleh seorang yang dilabeli sebagai “Syaikh Salafy?!” Bukan! Bahkan ini adalah bukti nyata seruan kesesatan untuk menghancurleburkan prinsip-prinsip Al-Wala’ wal Bara’ fil Islam!!

81

Ingat ucapan Surkati yang sesat dan menyesatkan:”Khurafiyna…Syi’iyna dan… Kharijiyna” dan ba’iatnya terhadap Hizbul Irsyad serta ingat pula pelecehannya terhadap dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab:”Wahaby.. Musyaddid!!” Alangkah besarnya pengaruh dakwah PAN-Islamisme Jamaluddin Al-Afghani Ar- Rafidhi agen Yahudi Freemasonry yang beberapa kali berkunjung ke tempat pelacuran umum serta Muhammad Abduh Al-Mishri bagi As-Surkati dan dakwahnya!

82

Abu Salma menyatakan bahwa beliau adalah murid As-Surkati (!?). Adapun Hussein Badjerei sendiri menulis:”Pada tahun 1921 Ahmad Surkati mengadakan perjalanan ke kota Solo untuk mengunjungi sahabatnya di sana, Awad Sungkar Al-‘Urmei. Dalam perjalanan dengan kereta api inilah Ahmad Surkati berkenalan dengan seorang “pribumi” yang asyik membaca majalah Almanaar. Tentu saja sebagai pendukung pemikiran ‘Abduh, Surkati kagum pada orang itu yang mampu membaca literatur arab. Orang itu ternyata Ahmad Dahlan. Terbukalah komunikasi antara mereka berdua sepanjang perjalanan, dan kian akrab setelah perjalanan itu. Kedua tokoh ini sering bertukar pikiran dan akhirnya sampailah mereka berdua pada satu kesimpulan yang mengandung tekad mereka berdua, yaitu sama-sama mengembangkan pemikiran ‘Abduh di Indonesia”(Al-Irsyad Mengisi…,hal.28).

579

Dalam dokumen PERAN HIZBIYYIN DALAM DAURAH MASYAYIKH YORDAN (Halaman 135-137)

Garis besar

Dokumen terkait